Calm down, I'm here...

53 12 2
                                    

"Sudahlah... Kau tidak apa-apa,'kan? Ada yang terluka?" Tanya Yohan ketika mereka di kantin sekolahan. Banyak mata yang memandang mereka dengan tatapan bingung, bencu, dan muak. Tetapi Yohan mengabaikan.

Fara menunduk, menahan air matanya. Jujur, inikah rasanya tertekan? Fara rasanya ingin mengakhiri hidupnya.

"Yohan sunbae..." Panggil Fara, "Jangan memanggilku dengan sebutan sunbae lagi. Aku sudah memintamu berapa kali untuk memanggilku oppa?"

"Maaf, tapi ini di sekolah, aku-"

"Tidak masalah. Banyak teman-temanmu yang memanggilku oppa tanpa persetujuanku. Dan aku sebenarnya tidak terlalu suka dengan mereka yang terlalu centil dan feminim!" Jawab Yohan tegas. Badan Fara bergetar.

"Yohan oppa... Ak-aku muak... Aku ingin bersikap egois, sekali saja!" Lirih Fara. Tangisannya hampir meledak. Yohan memeluknya, memberikan ketenangan.

"Menangislah... Air mata bukan untuk melemahkan, tetapi untuk menguatkan." Ujar Yohan sembari mengelus punggung sempit itu dengan sayang.

"Kenapa oppa sudah masuk? Bekannya kemarin kau mengatakan jika kau akan di pulangkan sore ini? Kenapa malah sekarang oppa masuk?" Tanya Fara beruntun sembari melepas pelukan Yohan.

"Aku kemarin bercanda. Sebenarnya aku di pulangkan pagi ini. Dan aku ingin langsung masuk sekolah." Jawab Yohan jujur. Fara diam tanpa ekspresi.

"Aku kecewa dengan Sian. Aku kira ia adalah gadis yang baik. Tapi nyatanya? Dia sama saja dengan Nancy. Dan mereka adalah adik kakak kandung. Kau harus tahu itu."

Fara terkejut. Pantas saja Nancy terkadang memanggil Sian dengan sebutan eonni.

"Ap-apa? Jadi selama ini..."

"Benar. Mereka adik kakak kandung yang beoerja sama untuk menindas. Kedua orangtua mereka yang menikah lagi, sama-sama berasal dari keluarga mapan." Yohan kembali menjelaskan. Fara semakin tak bisa berkata-kata.

"Aku... Hiks- aku benar-benar muak dengan mereka!"

"NAFARA..!" Teriakan Sian mengalihkan atensi seluruh siswa yang berada di kantin. Termasuk Yohan.

Sian berjalan mendekati bangku makan yang Yohan dan Fara tempati. Sian melayangkan tangan, bersiap menampar Fara. Fara menahan tangan itu. Matanya yang terlihat merah, berkaca-kaca menatap nyalang mata Sian.

Semua yang berada di kantin diam, tak berkutik. Ekspresi dingin Fara menjadi ekspresi yang marah penuh kebencian. Kedua sorot matanya nyalang.

"Jangan seperti adikmu yang juga hanya bisa menampar. Aku bahkan bisa membalasmu lebih dari tamparan!" Desis Fara dingin penuh dengan emosi.

Plak...

Semuanya terjadi begitu cepat. Fara menampar Sian. Tamparannya tak main-main. Yohan terkejut, tetapi ia tahu Fara sedang dalam pengaruh emosi.

Sian memegangi pipinya yang terasa perih dan panas. Sakit.

Fara menurunkan tangan yang di tahannya. Ia mendorong bahu kiri Sian beberapa kali, "Aku muak dengan perlakuanmu, kata-katamu, dan semua hal busuk yang berada di dirimu!" Fara menghentikan mendorong bahu Sian. Ia memegangi bahu itu dengan lembut namun penuh emosi.

"Kau tahu hal yang lebih jahat dari iblis? Yaitu ketika orang sabar mulai murka!"

Brak...

Fara mendorong Sian kuat hingga tersungkur ke belakang. Semua yang berada di kantin diam, shock. Mereka semua berpikir jika gadis monoton seperti Fara tidak akan membuang waktunya untuk memberontak. Tetapi perkiraan mereka semua salah setelah menyaksikan kemurkaan Fara secara langsung.

Dubious reality... 🔥Kim Seungmin🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang