🍁 X 🍁

2.1K 154 2
                                    

Di rumah keluarga Kim saat ini sedang terjadi kepanikan. Pasalnya, si bungsu yang sedang sakit ternyata tidak ada di kamarnya. Saat anak-anak dari keluarga Kim mencoba menghubungi ponsel si bungsu, ternyata ponselnya ditinggal di rumah. Sontak saja Jimin dan Taehyung yang baru pulang dari kuliah menjadi kalang kabut menyadari sang adik tidak ada di rumah.

"Ya Tuhan! Sebenarnya anak itu pergi kemana? Mengapa dia meninggalkan rumah tanpa membawa ponselnya?" tanya Taehyung dengan cemas. Ia mondar-mandir di ruang tamu menunggu kedatangan adik bungsunya.

"Sudah satu jam lebih kita menunggu, Tae. Apa tidak sebaiknya kita segera mencari Kookie? Aku takut dia terluka. Kondisi Kookie masih belum sehat. Aku cemas, Tae." tanya Jimin yang tak kalah cemas.

"Aku juga, Jimin-ah. Sejak tadi aku sangat ingin mencarinya. Tapi aku takut kita berselisih jalan dengannya." jawab Taehyung sambil mencengkeram kedua tangannya.

"Aku cemas, Taehyung-ah. Kookie tidak membawa ponsel, dan dia juga masih sakit. Aku takut ada hal buruk yang menimpanya di jalan."

"Ya! Jangan bicara yang tidak-tidak! Ucapanmu justru membuatku semakin cemas." bentak Taehyung kesal. Sepupu yang usianya lebih tua beberapa bulan darinya itu selalu berpikiran negatif.

Jimin dan Taehyung kini tak bersuara. Pikiran mereka dipenuhi dengan kecemasan terhadap sang adik yang tak kunjung pulang. Tiba-tiba perhatian kedua pemuda itu teralihkan oleh suara mobil yang memasuki halaman rumah mereka. Serentak keduanya segera berlari menuju ke depan melihat siapa yang datang. Tentu saja dengan harapan Kookie juga ikut pulang.

"Jin Hyung?" teriak Taehyung terkejut melihat kakak sulungnya sudah pulang meskipun jam kerja belum berakhir.

"Kalian sudah pulang kuliah, Taehyung-ah, Jimin-ah?" tanya Seokjin sambil turun dari mobil.

"Ne. Hyung kenapa sudah pulang?" tanya Taehyung lagi. Jin hanya tersenyum lalu melangkah mendekati pintu mobil bagian penumpang. Taehyung dan Jimin yang merasa heran pada sang kakak yang tak langsung masuk rumah segera mendekat. Keduanya terkejut mendapati si bungsu tengah tertidur di dalam mobil. Jin menempelkan jari telunjuk tangan kanannya di depan bibirnya sendiri tepat sebelum kedua adiknya menjerit. Lalu dengan sigap laki-laki berbahu lebar itu menggendong tubuh Jungkook yang tertidur dan membawanya masuk ke dalam rumah diikuti oleh Taehyung dan Jimin yang membawakan tas punggung milik sang adik.

"Apa yang terjadi, Hyung? Mengapa Kookie bisa bersama dengan hyung?" tanya Taehyung setelah Seokjin meletakkan tubuh Jungkook di atas tempat tidur.

"Hyung tidak sengaja bertemu Kookie di dekat sungai Han. Katanya ia ingin berjalan-jalan sebentar." jawab Jin berbohong sambil melepaskan sepatu yang dipakai oleh Jungkook dan meletakannya di lantai.

"Hyung! Kau tidak akan menghukum Kookie, kan?" tanya Taehyung khawatir.

"Jangan memarahinya, Hyung! Mungkin Kookie merasa bosan karena kami semua selalu melarangnya meninggalkan kamar." tambah Jimin dengan dahi berkerut.

Seokjin menatap kedua adiknya bergantian. Sambil menghela napas, Seokjin mendekat. Disentuhnya wajah kedua adikknya itu bersamaan. Seokjin tersenyum sendu.

"Hyung tidak akan memarahinya atau memberinya hukuman. Kalian tidak usah cemas." ucap Seokjin dengan nada suara yang begitu lembut

"Appa...." sebuah suara lirih mengalihkan perhatian tiga orang itu. Ketiganya menoleh dan menatap si bungsu yang tertidur.

"Mianhae, appa ...." ucap Jungkook lirih. Kedua matanya masih terpejam, tapi dahinya kini berkerut. Taehyung, Seokjin dan Jimin segera mendekati Jungkook. Seokjin langsung duduk di tepi tempat tidur dengan tangan kanannya mengusap surai hitam sang adik.

𝐂𝐚𝐧 𝐈 𝐇𝐨𝐩𝐞?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang