Seperti yang sudah dikatakan oleh Kai, kondisi Jungkook semakin menurun tiap harinya. Rasa nyeri yang mendera tubuhnya terasa semakin sering dan obat anti-depresan tidak begitu membantu meredakan rasa sakit itu.
Jungkook memang bandel, dia selalu saja menyembunyikan kenyataan bahwa penyakitnya sering kambuh dari Seokjin. Pemuda bergigi kelinci itu hanya mengeluh setelah menjalani kemoterapi saja yang memang memiliki efek yang berat pada tubuh. Sementara saat sakit itu kambuh di malam hari atau saat ia sedang sendirian, Jungkook selalu saja menyembunyikannya. Hanya satu alasan Jungkook melakukan hal itu. Ia tidak ingin membuat sang kakak merasa khawatir.
Saat ini, Jungkook baru saja meninggalkan perpustakaan umum yang letaknya tak begitu jauh dari kampus. Ia baru saja mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosennya. Sebenarnya ia ingin berada di perpustakaan lebih lama, tapi kondisi tubuhnya yang sedang tidak baik akhirnya menyuruhnya untuk segera pulang.
"Kim Jungkook?" Sebuah suara terdengar memanggil. Pemuda berusia dua puluh tahun itu menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya.
"Ne?" Jawab Jungkook pelan. Terlihat ada seorang pemuda berusia 24 tahun yang menghampirinya.
"Ternyata kau benar-benar Jungkook. Aku hampir tidak mengenalimu." Ucap pemuda itu begitu berhenti di hadapan Jungkook yang agak bingung.
"Mianhajiman, nuguibnika?" Tanya Jungkook pada pemuda itu.
"Heol... Tak kusangka kau lupa padaku, Jungkook-ah. Padahal dulu kau selalu menempel padaku jika Namjoon mengajakku berkunjung ke rumahmu." Keluh pemuda itu sedikit kecewa.
"Omo ...! Jackson Hyung?" Tanya Jungkook dengan mata berbinar. Pemuda di hadapan Jungkook itu tersenyum dan mengangguk.
"Hyung! Bogoshipeo ...." Panggil Jungkook sambil memeluk tubuh Jackson dengan erat. Membuat pemuda tinggi berwajah tampan itu tertawa dan membalas dekapan Jungkook.
"Oraemaniya, Jungkook-ah. Eotteohke jinaeseyo*?" Tanya Jackson sambil mengusap-usap kepala Jungkook. (*Bagaimana kabarmu)
"Nan gwaenchana, Hyung. Hyung kapan kembali dari Jepang?" Tanya Jungkook setelah melepaskan dekapannya.
"Baru dua hari Hyung kembali. Namjoon bahkan masih belum tahu jika aku sudah berada di Korea. Aku sengaja tidak memberitahunya tentang kepulanganku." Jawab Jackson lalu terkekeh.
Jackson adalah sahabat Namjoon sejak kecil. Tapi karena ada masalah keluarga, Jackson terpaksa harus pindah ke Jepang bersama ibunya beberapa tahun yang lalu. Meskipun begitu, hubungan persahabatan Namjoon dan Jackson terus terjalin. Keduanya saling memberi kabar via media sosial hingga sekarang.
"Namjoonie Hyung pasti akan sangat terkejut." Ucap Jungkook sambil menahan tawa membayangkan wajah kakak sepupunya.
"Apa kau terkejut saat Hyung memanggilmu tiba-tiba?" Tanya Jackson penasaran. Jungkook menggeleng.
"Ani. Aku sama sekali tidak terkejut." Jawab Jungkook sekenanya.
"Jelas saja kau tidak terkejut. Kau bahkan lupa pada Hyung."
"Hahahaha... Mianhae, Hyungie." Jungkook membujuk sambil menunjukkan wajah lucunya.
"Aigoo, kau berusaha merayu Hyung, huh?"
"Apa terlihat sekali?"
"Dasar kelinci nakal!"
Jackson pura-pura memukul kepala Jungkook yang membuat pemuda berusia dua puluh tahun itu nyengir kuda.
"Geundae... Mengapa kau pucat sekali, Jungkook-ah? Eodiappa?" Tanya Jackson cemas saat menatap wajah Jungkook dengan seksama.
"A-anieyo. Nan gwaenchana. Aku hanya sedikit merasa pusing, Hyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐚𝐧 𝐈 𝐇𝐨𝐩𝐞?
FanfictionCOMPLETED! Seri 1 cerita Can I Hope? Kisah seorang Kim Jungkook yang merasa hidupnya begitu tidak bermakna. Kebencian yang ia terima dari kakak kandung dan juga kakak sepupunya membuatnya merasa begitu lelah. Saat kebencian itu akhirnya berakhir, Tu...