🍁 XXIII 🍁

1.4K 121 3
                                    

"Hyungie...." panggil Jungkook saat ia tiba di rumah sakit setelah mendapatkan kabar bahwa Seokjin mengalami kecelakaan. Langkahnya tertatih dengan wajah yang begitu pucat.

"UNTUK APA KAU DATANG KE SINI?" tanya Taehyung dengan sengit. Tatapan matanya sangat tidak bersahabat. Tekanan suaranya juga tidak main-main.

"A-aku ingin melihat Jin hyung. A-aku mengkhawatirkan keadaannya." jawab Jungkook dengan wajah yang basah karena air mata. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, pemuda itu terus menangis.

Mendengar jawaban Jungkook, Taehyung tersenyum mengejek. Wajahnya terlihat begitu merendahkan sang adik.

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri pemuda berusia dua puluh tahun itu dengan sangat kencang hingga membuat sudut bibirnya menjadi terluka dan mengeluarkan darah. Memar kemerahan seketika muncul di pipinya.

"H-hyung?"

"Khawatir kau bilang? Kau baru datang setelah satu jam Jin Hyung menjalani perawatan dokter! Ini yang kau sebut dengan khawatir?" tanya Taehyung dengan tangan mengepal erat. Buku-buku jarinya terlihat begitu kuat menekan kulitnya.

"M-mianhae, hyung. A-aku..."

"Dasar pembawa sial! Gara-gara kau Jin hyung mengalami kecelakaan! Jika kau tidak menghubunginya maka Jin hyung tidak akan celaka. Semua ini gara-gara kau! Kau selalu saja menghancurkan kebahagiaan keluarga ini. Aku menyesal memiliki adik sepertimu. Gara-gara kau keluarga kita hancur seperti ini!"

Perasaan Jungkook seketika hancur mendengar ucapan kakak kandungnya. Air mata jatuh dengan deras di kedua pipi tirusnya.

"T-Tae Tae Hyung..."

"Jangan panggil aku Hyung! Aku tidak sudi dipanggil Hyung olehmu!

"A-andwae, H-hyung..."

"Ka! Aku tidak ingin melihat wajahmu!"

Jungkook memeluk tubuh Taehyung dengan erat. Ia menangis terisak karena ucapan sang kakak begitu menyakiti hatinya.

"Jangan bicara seperti itu, Hyung! Jebal ... jangan bicara seperti itu kepadaku!"

Taehyung melepaskan pelukan Jungkook dengan paksa. Ia sama sekali tak peduli pada tangisan pilu sang adik karenanya.

"Karago! Jangan dekati keluargaku lagi, brengsek! Lebih baik kau pergi dari sini! KUHARAP KAU SEGERA MENGHILANG DAN TAK PERNAH KEMBALI!" Bentak Taehyung sambil menangis. Ia mendorong tubuh Jungkook hingga pemuda itu jatuh ke lantai.

Mendengar harapan sang kakak untuknya membuat perasaan Jungkook seketika hampa. Tatapan matanya meredup dan menjadi kosong. Terlebih saat melihat Yoongi, Hoseok dan Jimin juga memberikan tatapan penolakan kepadanya. Dunia yang ada di hadapannya tiba-tiba menjadi gelap gulita. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya, tak ada isakan terdengar dari tangisannya. Hanya air mata yang terus menetes dalam luka.

Perlahan Jungkook bangun. Ia menatap keempat saudaranya yang kini memunggunginya. Tak ada harapan lagi untuknya. Semua harapan itu hancur dalam sekejap mata. Tidak ada gunanya.

Pemuda itu segera meninggalkan lorong rumah sakit. Melangkah gontai meninggalkan dunia yang kini telah menolak keberadaannya. Meninggalkan kakak-kakak yang begitu disayanginya.

•••

"TAEHYUNG-AH!"

Sebuah panggilan keras mengejutkan pemuda bermata elang berusia 22 tahun itu. Terlihat olehnya sang kakak sepupu memegangi kemudi mobil dengan nafas terengah-engah.

𝐂𝐚𝐧 𝐈 𝐇𝐨𝐩𝐞?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang