🍁 XXVI 🍁

1.7K 124 4
                                    

Jungkook

Aku berada di sebuah tempat yang berwarna putih seorang diri. Yang menemaniku hanyalah ketenangan. Tidak ada rasa takut dan juga rasa sakit. Kesendirian yang terbiasa menemaniku, kini dapat kuhadapi tanpa rasa benci.

"Kookie...."

Aku mendengar sebuah suara. Tapi dimana? Darimana suara itu?

"Kookie...."

Itu suara siapa? Entah mengapa sepertinya aku pernah mendengar suara itu. Tapi aku tidak ingat dimana aku pernah mendengarnya.

"Kookie...."

Suara itu terdengar lagi. Tapi kali ini suaranya terdengar dengan jelas. Suara seorang wanita yang membuatku merasa sangat rindu.

"Kookie..."

Aku menoleh ke arah belakangku. Terlihat seorang wanita cantik bergaun putih sedang tersenyum lembut memandangku. Melihat sosok itu, seketika air mataku menetes di wajahku.

"Eo-Eomma?" panggilku lirih. Wanita cantik itu mengangguk. Kedua tangannya diulurkan ke arahku.

"Kemarilah, sayang! Biarkan Eomma memelukmu."

Aku segera berlari mendekati eomma dan memeluknya. Aku sangat merindukan pelukannya.

"Eomma... Bogoshipo." ucapku lirih sambil menangis. Aku memeluk tubuh eomma dengan sangat erat.

"Aigooo... Uri Kookie sudah besar. Sudah menjadi seorang pemuda gagah dan tampan." Seru Eomma sambil mengusap-usap kepalaku.

"Eomma..."

"Apa yang Kookie lakukan di tempat ini? Seharusnya Kookie bersama dengan hyungdeul, kan?" tanya Eomma lembut. Aku segera melepaskan pelukanku dan menggeleng.

"A-aku di sini saja, Eomma. Aku ingin hyungdeul bahagia. Ji-jika aku kembali, nanti Hyungdeul tersiksa. Semua yang terjadi selama ini gara-gara aku. Aku...."

"Itu tidak benar, Kookie. Apa yang terjadi pada keluarga kita bukanlah kesalahanmu. Semua terjadi karena sudah takdir."

"Tae Tae Hyung bilang bahwa aku adalah pembawa sial." aku mengadu sambil menghapus air mataku. Eomma menggeleng setelah mendengar ucapanku.

"Aniya, Kookie-ya! Aniya! Kau bukanlah pembawa sial. Anak eomma semuanya berharga. Kau sangat berharga, sayang. Eomma melahirkanmu ke dunia karena eomma sangat menyayangimu. Jadi jangan pernah berpikiran seperti itu. Ne?"

"Kalau begitu, bawa aku ke tempat Eomma dan Appa. Aku ingin selalu bersama Eomma dan Appa. Aku tidak ingin berpisah lagi."

"Pasti, sayang. Eomma pasti akan membawamu ke tempat Eomma karena Appa juga menunggumu. Tapi tidak sekarang. Saat ini masih belum waktunya. Kau harus kembali." jawab Eomma sambil menghapus sisa air mata di wajahku. Aku menggeleng lalu memeluk tubuh Eomma.

"Shireo. Aku ingin di sini saja. Aku tidak mau berpisah lagi dengan Eomma. Aku sudah tidak sanggup lagi, Eomma. Hyungdeul sangat membenciku. Tak peduli seberapa besar aku menyayangi mereka, rasa benci yang mereka miliki ternyata jauh lebih besar. Tae Tae Hyung sudah tidak ingin melihatku lagi, Eomma. Ijinkan aku tinggal bersama Eomma di sini."

"Sayang... "

"Aku takut, Eomma. Di sana aku hanya sendirian. Aku sangat kesepian..." ucapku sambil menangis lagi. Aku memeluk tubuh eomma dengan sangat erat.

"Ssshhh! Kau tidak sendirian, Kookie? Banyak orang yang peduli padamu. Dan Hyungdeul, mereka tidak membencimu. Semuanya menyayangimu. Kembalilah, sayang! Tempatmu bukan di sini."

𝐂𝐚𝐧 𝐈 𝐇𝐨𝐩𝐞?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang