🍁 XV 🍁

1.7K 122 2
                                    

Yugyeom dan Bambam menghela napas lega saat melihat sosok sahabatnya tengah tertidur pulas. Rasa khawatir yang mendera dada mereka seketika menghilang saat melihat wajah pemuda bergigi kelinci itu terlihat tenang dalam lelapnya.

Yugyeom duduk di tepi tempat tidur sebelah kiri. Tangannya menyentuh dahi Jungkook pelan. Membelainya perlahan hingga membuat sahabatnya merasa nyaman. Mungkin karena merasakan ada yang membelai kepalanya, Jungkook akhirnya terbangun.

"Ah... Sepertinya aku membuatmu terbangun." ucap Yugyeom lirih. Jungkook tersenyum tipis. Dengan bantuan sang sahabat, pemuda bersurai hitam itu membetulkan posisinya menjadi duduk.

"Kalian kapan datang?" tanya Jungkook pelan.

"Sudah sejak tadi. Sedari siang kau tidak ada kabar, aku dan Yugyeom sangat khawatir makanya kami menyusulmu ke sini. Neo gwaenchana?" tanya Bambam sambil duduk di kursi yang ada di dekat meja belajar. Jungkook mengangguk dan tersenyum.

"Nan gwaenchana. Mian karena sudah membuat kalian khawatir. Kalian tahu dari mana jika aku ada di sini?" tanya Jungkook dengan dahi berkerut sedang tangan kirinya mengucek matanya yang terasa agak gatal.

"Yoongi Hyung yang memberitahu kami jika kau ada di sini. Aku tadi ke rumahmu." jawab Yugyeom sambil menyentuh dahi Jungkook yang masih terasa agak panas.

"Yoongi Hyung dan Hoseok Hyung sekarang ada di bawah. Sedang berbicara dengan Jaebum hyung dan Youngjae hyung." ucap Bambam menambahi.

"Mwo? Yoongi Hyung di sini?" tanya Jungkook dengan sangat terkejut. Yugyeom dan Bambam mengangguk.

"A-apa Yoongi Hyung marah padaku? Sejak siang aku meninggalkan rumah tanpa memberi kabar." tanya Jungkook khawatir.

"Marah? Sama sekali tidak. Yoongi Hyung dan Hoseok Hyung sangat mengkhawatirkanmu, Jungkook-ah. Yoongi Hyung bahkan nyaris menghajar Jaebum Hyung saat mendengar kau sakit." jawab Bambam.

"Seperti yang pernah kau ceritakan beberapa waktu lalu, Jungkook-ah. Kakak-kakakmu sudah berubah. Kini mereka benar-benar menyayangimu. Hanya kau yang mereka pikirkan." ucap Yugyeom lalu tersenyum lembut.

"Syukurlah... Apa yang kau harapkan sejak dulu akhirnya terwujud, Jungkook-ah. Akhirnya kau mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari saudara-saudaramu setelah menunggu begitu lama. Pengorbananmu selama ini tidak sia-sia." tambah pemuda itu sambil mengusap kepala Jungkook berulang kali.

"Yugyeom-ah..." desis Jungkook dengan dahi berkerut menatap sahabatnya.

"Kau tidak akan pernah menderita lagi, Jungkook-ah. Mulai sekarang kau akan selalu bahagia bersama keluargamu. Kau tidak akan pernah sendirian lagi."

"Y-Yugyeom-ah.... Uljima, eoh?" pinta Jungkook dengan gugup. Ia tak menyangka jika sahabat dekatnya itu akan menangis karenanya.

"Sembarangan! Aku tidak menangis. Ini karena mataku kelilipan." sangkal Yugyeom sambil mengusap kedua matanya. Membuat Bambam tertawa dan Jungkook tersenyum.

"Gumawo, Yugyeom-ah. Kau selalu saja mengkhawatirkan aku. Aku..."

"Geumanhae!" sebuah bentakan terdengar menggema dan menghentikan ucapan Jungkook.

"Aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi darimu, Jae!"

Itu suara Yoongi. Jungkook bergegas turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Ia mendekati pagar pembatas di lantai dua dan melihat Jaebum sedang memegangi tangan sang kakak di ruang tamu.

"Kau harus menjawab pertanyaanku, Yoon! Kau harus memberitahuku alasan di balik kebencianmu pada adik bungsumu!" cecar Jaebum. Membuat dahi Jungkook berkerut.

𝐂𝐚𝐧 𝐈 𝐇𝐨𝐩𝐞?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang