🍁 III 🍁

2.4K 191 10
                                    

Kim Seokjin baru saja bangun tidur saat indera pendengarannya terusik oleh suara gaduh di rumahnya. Meski masih agak mengantuk, ia paksakan tubuhnya untuk bangun. Perlahan pemuda itu melangkah mendekati pintu sambil merenggangkan tubuhnya.

Saat pintu sedikit terbuka, Seokjin bisa melihat dengan jelas adik sepupunya yang menuruni tangga dengan langkah terburu-buru. Pemuda itu melihat adik sepupunya yang memiliki wajah manis itu berlari menuju ke arah dapur.

Seokjin yang masih belum sepenuhnya mengerti pada apa yang terjadi, hanya diam saja di tempatnya berdiri. Ia tidak tahu harus berbuat apa sampai akhirnya ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres setelah melihat Namjoon kembali dengan menggendong adik bungsunya yang tak sadarkan diri.

"Kookie?" desis Jin dengan heran. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Mengapa adik bungsunya bisa pingsan sepagi ini?

Melihat wajah panik Namjoon, entah mengapa perasaan Seokjin menjadi tidak enak. Ia tiba-tiba merasa sangat khawatir kepada adik bungsunya. Tapi karena gengsi dan ego yang sangat tinggi, akhirnya Seokjin hanya menggidikkan bahunya saja. Ia kembali masuk ke kamarnya dan menutup pintunya perlahan.

"Sepertinya aku harus memasak sarapan untuk pagi ini." ucap pemuda tampan berbahu lebar itu sambil kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Sementara itu di kamar Jungkook, Namjoon berusaha membangunkan adik sepupunya itu supaya cepat sadar. Sambil mengompres dahi sang adik, pemuda berwajah manis berlesung pipit itu mulai melepaskan pakaian yang dipakai oleh Jungkook. Seluruh pakaian yang dipakai adik bungsunya basah terkena air. Jika tidak diganti, keadaan Jungkook bisa semakin buruk.

"Hyung!" sebuah panggilan dari arah pintu mengejutkan Namjoon dan juga Lee Ajumma. Dua manusia berbeda usia yang cukup jauh itu menoleh ke sumber suara. Seorang pemuda berwajah imut dengan telinga ditindik itu terlihat memasuki kamar dan mendekati tempat tidur.

"Kau sudah bangun, Jimin-ah?" tanya Namjoon pada pemuda itu.

"Ne. Apa yang terjadi padanya?" tanya Jimin tanpa ekspresi.

"Hyung tidak tahu. Dia tiba-tiba pingsan saat sedang mencuci baju di kamar mandi belakang." jawab Namjoon sambil mengelap tubuh atas Jungkook yang sudah tidak memakai baju. Lee Ajumma mengambilkan pakaian baru untuk tuan muda bungsunya dan menyerahkannya kepada Namjoon.

"Mencuci? Mengapa dia melakukan itu? Merepotkan saja! Itu sudah menjadi tugasnya Lee Ajumma." keluh Jimin dengan dahi berkerut. Ia terlihat kesal.

"Memang benar itu adalah tugas saya, tuan muda Jimin. Tapi tuan muda Jungkook selalu melakukannya sebelum saya datang. Tuan muda Jungkook ingin mencuci baju-baju kotor milik saudara-saudaranya dengan tangannya sendiri." jawab Lee Ajumma menjelaskan.

"Apa maksud Ajumma?" tanya Jimin tak mengerti.

"Selama beberapa tahun ini, tuan muda Jungkook lah yang sudah mencuci baju-baju kotor milik tuan muda semua. Saat saya ketahuan akan mencucinya, tuan muda Jungkook selalu melarang saya. Tuan muda Jungkook bahkan sampai memohon kepada saya agar membiarkan dia yang mencuci pakaian saudara-saudaranya."

"Pakaianku juga?" tanya Jimin tak percaya. Lee Ajumma mengangguk.

"Benar, tuan muda Jimin. Kata tuan muda Jungkook, setidaknya dengan mencuci baju saudara-saudaranya, ia bisa merasa lebih dekat dengan kalian semua." jawab Lee Ajumma dengan jujur.

𝐂𝐚𝐧 𝐈 𝐇𝐨𝐩𝐞?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang