Di sebuah taman yang sangat cantik, Jungkook duduk termenung seorang diri. Wajah tampannya terlihat sangat bercahaya dan tubuhnya terlihat sangat atletis. Wajah tirus yang selama ini selalu terlihat, kini telah hilang.
"Kookie ...."
Sebuah panggilan membuat Jungkook yang duduk dalam kesendirian menoleh. Tidak ada siapa-siapa. Hanya ada bunga-bunga beraneka warna dan kabut putih yang mengelilinginya.
"Kookie ...."
Panggilan itu terdengar lagi. Jungkook akhirnya segera berdiri dan mencari sumber suara yang telah memanggil namanya. Ia tidak mengenali suara itu, tapi ia merasa rindu saat pendengarannya mendengar suara yang memanggilnya itu.
"Kami di sini, Kookie ...!" suara itu terdengar lagi. Jungkook mencari sumber sumber suara itu namun tidak ada siapa-siapa. Sampai akhirnya ada dua sosok laki-laki dan perempuan muncul dari balik kabut putih, membuat pemuda bergigi kelinci itu seketika menghambur ke dalam dekapan laki-laki itu.
"Samchon ...." panggil Jungkook lirih.
"Apa yang kau lakukan di tempat ini sendirian, Kookie? Mengapa kau tidak bersama dengan saudara-saudaramu?" tanya laki-laki itu sambul mengusap punggung Jungkook.
"Aku ingin kembali ke tempat hyungdeul, tapi baru sebentar tiba-tiba aku sudah berada di tempat ini." jawab Jungkook sambil melepaskan pelukannya. Membuat sosok laki-laki yang ada di hadapannya itu menatapnya dengan tatapan yang sangat lembut.
"Kau tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan, Kookie. Sayang sekali Samchon tidak bisa melihatmu tumbuh secara langsung." kata laki-laki itu sambil mengusap surai hitam yang menutupi dahi Jungkook.
"Maafkan aku, Ji-Hoon Samchon. Gara-gara menyelamatkan aku dari kecelakaan itu, Appa dan Samchon jadi meninggal. Gara-gara aku, hyungdeul jadi tidak bahagia. Aku..."
"Kookie ...!" panggil sosok wanita yang sejak tadi berdiri di samping paman Jungkook dengan lembut. Pemuda itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan berbicara seperti itu! Kecelakaan itu terjadi karena takdir, bukan kau yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi. Selama ini kau telah mengalami berbagai macam rasa sakit. Kau harus menderita sendirian tanpa ada yang membantumu. Maafkan bibimu ini, Sayang. Anak-anak bibi merupakan salah satu penyebab dari penderitaanmu selama ini."
"Nan Gwaenchana. Imo jangan menyalahkan diri. Selama ini aku bisa menahannya, imo. Imo jangan khawatir." jawab Jungkook yang disambut sebuah senyuman dari bibir Kim Tae Hee.
"Kau terlalu lama menderita, Kookie. Samchon dan bibi datang kesini untuk menjemputmu. Sudah saatnya kau berkumpul kembali bersama Jung Hyuk Hyung dan Se Ri Noona." kata Kim Ji-Hoon sambil tersenyum.
"Jinjja? Mulai saat ini aku akan selalu bersama dengan Appa dan Eomma?" tanya Jungkook dengan wajah berseri-seri.
"Ye. Mulai saat ini, kalian akan selalu bersama-sama seperti yang kau harapkan selama ini." jawab Kim Tae Hee sambil tersenyum.
"Kemarilah, samchon akan membawamu ke tempat orang tuamu." kata Kim Ji-Hoon sambil mengulurkan tangannya, begitu juga dengan Kim Tae Hee.
Jungkook yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kedua orang tuanya segera meraih uluran tangan paman dan bibinya. Dengan perasaan ringan, pemuda itu melangkah sambil menceritakan tentang kakak-kakaknya kepada Kim Ji-Hoon dan istrinya. Mereka hanya tersenyum sambil mendengarkan ucapan Jungkook. Ketiganya melangkah menembus kabut putih hingga akhirnya menghilang.
•••
Hoseok terduduk lemas saat netranya melihat sosok yang ada di atas tempat tidur itu terlihat sangat tenang. Tak ada suara terdengar dari monitor yang ada di dekat ranjang karena layarnya sudah mati. Tidak ada satu peralatan medis pun yang di pasang pada sosok tampan yang terbaring dengan mata terpejam di atas ranjang itu. Semua sudah dilepaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐚𝐧 𝐈 𝐇𝐨𝐩𝐞?
FanfictionCOMPLETED! Seri 1 cerita Can I Hope? Kisah seorang Kim Jungkook yang merasa hidupnya begitu tidak bermakna. Kebencian yang ia terima dari kakak kandung dan juga kakak sepupunya membuatnya merasa begitu lelah. Saat kebencian itu akhirnya berakhir, Tu...