Jungkook berlari meninggalkan mansion keluarga Kim dengan perasaan yang terluka. Pemuda itu sangat sedih mendengar pertanyaan Taehyung yang tiba-tiba memintanya untuk mengungkapkan perasaannya. Selain itu, luka hatinya kembali terbuka karena kakak yang begitu disayanginya itu kembali membentaknya.
Dulu, Jungkook tidak pernah peduli saat kakak-kakaknya itu memaki atau memukulnya. Dia memang terluka, tapi hanya sebentar. Berbeda dengan sekarang. Setelah menerima kasih sayang dari semua saudaranya, kini Jungkook menjadi lupa bagaimana rasanya sendirian. Ia sudah lupa bagaimana rasanya untuk bersikap tak peduli.
Air mata pemuda itu mengalir di wajah pucatnya sebagai bukti bahwa ia tak sanggup menahan rasa sakit di hatinya. Jungkook tak peduli jika orang-orang menganggapnya cengeng. Biar saja. Toh, mereka tidak akan pernah bisa merasakan apa yang dia rasakan saat ini.
Saat sedang menyeberang jalan, tiba-tiba pandangan pemuda berusia dua puluh tahun itu tiba-tiba menjadi kabur. Kepalanya juga terasa sangat sakit. Jungkook berusaha untuk tetap sadar, setidaknya ia harus sampai di seberang jalan sebelum jalanan menjadi ramai karena lampu lalu lintas yang kembali hijau. Tapi karena rasa sakit yang teramat sangat, Jungkook seketika terjatuh di tengah jalan. Pemuda itu tidak menyadari jika ada sebuah mobil yang melaju ke arahnya setelah muncul dari sebuah belokan.
Diiiin! Din! Din!
Suara klakson terdengar berulang-ulang, tapi Jungkook masih belum bisa memaksa tubuhnya untuk berdiri. Jungkook hanya bisa pasrah saat bayangan mobil menuju ke arahnya. Dengan mata terpejam, pemuda bergigi kelinci itu bersiap menerima nasibnya.
Jungkook masih terus memejamkan kedua matanya dengan erat. Tidak ada benturan yang dialami oleh tubuhnya yang masih terduduk di tengah jalan. Pemuda itu akhirnya memberanikan diri membuka matanya. Seketika Jungkook merasa sangat terkejut karena melihat mobil sedan berwarna merah berhenti tepat di depan hidungnya. Ia bahkan sampai melupakan rasa sakit yang mendera kepalanya karena syok.
"Ya! Neo micheosseo? Kalau ingin bunuh diri jangan di sini! Lakukan di tempat lain. Mengganggu jalan saja!" bentak sang pemilik mobil lalu membanting pintu mobil.
"Bukankah kau Kim Jungkook?" terdengar suara lain yang baru saja turun dari mobil. Membuat Jungkook memijit pelipisnya sesaat supaya pandangannya kembali normal.
"Omo! Setelah dilihat dari dekat ternyata kau adiknya Yoongi." ucap si pemilik suara yang tadi marah-marah.
"Youngjae Hyung? Jaebum Hyung?" desis Jungkook lirih setelah mengenali pemilik suara yang memanggilnya.
"Apa yang terjadi padamu, Jungkook-ah? Kau nyaris saja tertabrak mobil yang dikendarai sepupuku." tanya Youngjae sambil membantu Jungkook untuk berdiri.
"Joesonghaeyo. Tadi kepalaku rasanya sakit sekali." jawab Jungkook sambil berdiri.
"Omo! Omo! Lihat keadaanmu! Kau kedinginan, Jungkook-ah!" seru Youngjae dengan kaget lalu membuka jaket yang dipakainya dan memakaikannya di tubuh Jungkook yang kedinginan.
"G-gumawo, Hyung." ucap Jungkook lirih. Youngjae mengangguk.
"Mengapa wajahmu pucat sekali?" tanya Jaebum sambil mengancingkan jaket Youngjae yang dipakai oleh Jungkook.
"Aku agak kedinginan, Hyung."
"Tentu saja kau kedinginan! Cuaca sedingin ini tapi kau tidak memakai jaket. Sudah, ayo masuk mobil! Aku akan mengantarmu pulang." seru Jaebum yang membuat Jungkook menggeleng cepat.
"A-andwae!" Sergah Jungkook cepat. Jaebum dan Youngjae menatapnya nyaris bersamaan.
"Ti-tidak usah, Hyung. A-aku akan pulang sendiri." tolak Jungkook dengan gugup. Pemuda itu menunduk demi menghindari tatapan Jaebum yang sama dinginnya dengan tatapan Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐚𝐧 𝐈 𝐇𝐨𝐩𝐞?
FanfictionCOMPLETED! Seri 1 cerita Can I Hope? Kisah seorang Kim Jungkook yang merasa hidupnya begitu tidak bermakna. Kebencian yang ia terima dari kakak kandung dan juga kakak sepupunya membuatnya merasa begitu lelah. Saat kebencian itu akhirnya berakhir, Tu...