Balon

1.1K 122 2
                                    


"Raka!"

Seana langsung bangkit berdiri, wajahnya berubah pucat. Dia terus merutuki kejadian bodoh barusan. Apa yang akan dipikirkan Raka? Pasti cowok itu akan berpikiran yang tidak-tidak tentang dirinya.

Raka tersenyum sinis, lalu berjalan melewati Seana begitu saja. Dia meletakkan kota obat ke lemari, setelah itu kembali melangkah menuju pintu——mengabaikan Seana yang masih terpaku di tempatnya.

"Raka." Panggilan Seana menghentikan langkah Raka. Dia berdiri di depan pintu tanpa menoleh. "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku ... maksudku, aku dan Randi ha———"

"Gue gak peduli!"

Seana mengerjapkan matanya. Jawaban Raka begitu menohok, membuat dadanya nyeri.

Why?

Seana menundukkan kepala, menatap ujung sepatunya. Bodoh! Untuk apa dia mencoba menjelaskan. Harusnya Seana sadar diri, jika sekarang mereka bukan siapa-siapa lagi.

"Aku hanya tidak ingin ada gosip tentang kami," lirih Seana.

Raka mendengus, menoleh ke bahunya. "Lo pikir, lo siapa? Sok penting banget, sampe gue harus gosipin kelakuan lo!"

Seana mengangkat wajahnya, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Raka sudah berubah. Cowok yang selalu berkata lembut itu, kini justru berkata kasar terhadapnya.

Tanpa sadar air matanya jatuh membasahi pipi. Seana menutupi wajahnya, tak mampu lagi menahan air mata yang menerobos keluar. Bahkan dia melupakan jika Randi masih di sana.

Cowok itu hanya diam, menatap punggung Seana yang bergetar. Lalu beralih menatap Raka yang pergi tanpa memperdulikan tangisan Seana.

——————

Seana terus melamun, pikirannya entah ke mana. Dia hanya bertopang dagu, menatap buku di depannya. Bahkan Seana tak lagi memperhatikan guru yang tengah mengajar, dia terlalu asyik dengan pikirannya.

Hingga suara bel menyadarkannya. Seana segera membereskan buku-bukunya. Dia melirik Randi yang beranjak berdiri.

"Randi," panggil Seana. Cowo itu menoleh dengan ekspresi datar. "Makasih," ucap Seana.

"Buat apa?" sahut Randi.

"Karena kamu udah obatin luka aku." Randi hanya mengangguk, setelah itu pergi tanpa mengatakan apapun.

"Kaku banget si jadi cowok." Seana mendengus, tak habis pikir dengan sikap Randi yang aneh. Cowok itu terkadang peduli tapi juga cuek, membuat Seana bingung.

"Sayang!!"

Seana mengangkat wajahnya, karena suara pekikan Bella terdengar nyaring di ruangan. Seana terdiam saat matanya bertemu dengan mata Raka. Cowok itu berjalan menghampiri Bella.

"Kamu tumben jemput aku?" tanya Bella yang bergelayut manja di lengan Raka.

"Mau ajakin kamu pulang bareng," jawab Raka, namun matanya justru tertuju pada Seana.

"Beneran? Seneng banget deh sekarang kamu perhatian  banget sama aku."

Seana tersenyum miris, kenapa juga dia harus melihat adegan yang membuat matanya sakit. Seana beranjak dari duduknya, kemudian berjalan menuju pintu. Mengabaikan dua mahluk yang sedang bermesraan.

"Sayang nanti kita ke danau yang deket sekolah ya," pinta Bella.

Seana yang sudah di ambang pintu seketika berhenti, dia menoleh ke belakang.

"Tempat lain aja, aku gak suka danau. Bosen!" kata Raka.

"Oh iya, aku lupa. Kamu dulu kan sering ke sana, pasti bosan." Bella sengaja meninggikan suaranya, matanya melirik Seana yang masih berdiri di ambang pintu. "Kalau gitu kita nonton aja gimana, atau makan es krim? Aku pengen es krim," rengek Bella.

Surat Cinta untuk Seana  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang