Cemburu

1.2K 133 9
                                    

Matahari mulai terbit dari persembunyiannya, kala alarm di ruangan itu berbunyi nyaring. Tangan mungilnya terulur menggapai-ngapai meja nakas, mematikan alarm yang telah mengusik tidurnya.

Seana bangun, merenggangkan kedua tangannya sembari menguap lebar. Tidurnya begitu nyenyak, suasana hatinya sedikit berbeda dari biasanya.

"Cuma hari ini gue izinin lo jadi cengeng."

Seana tersenyum tipis saat mengingat ucapan Randi semalam. Cowok itu membiarkan dirinya menangis bersandar bahunya, yang Seana ingat terakhir Randi memeluknya erat. Ketika tubuhnya bergetar hebat, mengeluarkan isakan memilukan. Setelah itu, Seana tak ingat apa pun.

Seana sudah siap berangkat sekolah, dia berjalan menuju pintu. Mulai sekarang dia harus terbiasa berangkat pagi agar tidak ketinggalan busway. Seana terperanjat ketika membuka pintu, matanya membulat.

"Randi!" pekik Seana, mendapati cowok itu berdiri di depan pintu.

"Good morning," sapa Randi. "Kayanya masih ada waktu buat sarapan." Randi melirik jam tangannya, baru jam enam lewat lima belas menit jadi mereka punya banyak waktu.

"Randi!" Seana mengembuskan napas lelah, mengikuti Randi yang masuk tanpa permisi. "Ran, kamu ngapain?" Seana memperhatikan Randi yang tengah menyiapkan sarapan yang dibawanya.

"Ayo sarapan, bunda bangun pagi cuma buat bikinin ini." Randi menarik lengan Seana, menyuruhnya duduk.

Seana menurut, membiarkan Randi mengambilkan nasi untuknya. "Makan yang banyak, pura-pura bahagia itu butuh banyak energi." Randi mengacak-ngacak rambut Seana.

"Hah?" Seana menoleh, memandang Randi dengan tatapan curiga.

"Why? Ada yang salah sama kata-kata gue?" Randi menaikkan sebelah alisnya, membalas tatapan Seana.

"Ah, gak kok. Ayo makan." Seana menggeleng, tersenyum tipis. Dia merasa telah bereaksi berlebihan. Gara-gara surat-surat misterius itu, Seana jadi sering berspekulasi sendiri.

Setelah selesai sarapan, Randi mengantarkan Seana sampai gerbang sekolah. Cowok itu sengaja membawa mobil agar tidak ada yang mengetahui.

"Randi, makasih. Bilangin juga ke tante Rania, makasih buat sarapannya." Seana melepas seatbelt, lalu bersiap untuk keluar namun tangan Randi berhasil mencegahnya. Gadis itu kembali berbalik, menatap Randi. Heran.

"Lo nanti jadi temuin bokap ...?" Randi menggantungkan ucapannya, saat melihat ekspresi Seana yang begitu datar. Cowok itu tiba-tiba cemas, dia melepaskan pegangannya  pada tangan Seana. Randi merasa sudah terlalu jauh ikut campur urusan Seana.

Seana yang paham pun langsung tersenyum manis, membuat Randi terdiam karena terkesima. Terpesona oleh senyuman yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.

"Kamu jadi temenin aku kan?"

"Hah!" Randi mengerjapkan mata, tak menyangka dengan jawaban Seana. Dia pikir gadis itu akan marah padanya, tapi diluar dugaan.

"Aku tunggu pas pulang sekolah," ucap Seana. Dia bergegas keluar. Namun baru beberapa langkah menuju gerbang, Randi kembali memanggilnya, dia menoleh pada Randi yang menyembulkan kepalanya di jendela mobil.

"Fighting. Don't be whiny." Randi terkekeh, lalu pergi meninggalkan Seana yang terpaku memandangi mobil Randi yang mulai menjauh.

————

Seana melalui hari ini dengan sulit, terlebih tidak ada Randi disampingnya. Teman-temannya semakin gila merundung dirinya. Mereka tak segan-segan memasukkan sampah ke loker Seana.

Surat Cinta untuk Seana  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang