Seperti pagi biasanya, Seana sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Dia berlari menuruni tangga, ketika bel rumahnya berbunyi. Seana bergegas membuka pintu, namun tak menemukan siapa pun.
Seana celingukan ke kanan-kiri. Dia heran kenapa tidak ada orang, padahal jelas-jelas tadi bel rumahnya terus berbunyi. Seana mengedikkan bahu tak ingin memikirkannya, dia sudah akan masuk kembali. Namun netranya tanpa sengaja melihat bungkusan di depan pintu.
"Punya siapa?" gumam Seana. Dia membolak balik kotak yang dibungkus kain berwarna pink.
Seana langsung membuka bungkusan itu dan menemukan kertas note di atasnya. Dahinya berkerut ketika membaca tulisan itu di dalam hati.
Berpura-pura bahagia juga butuh energi.
Entah kenapa kata-kata itu tak begitu asing baginya. Seana segera membawa masuk, dia harus bergegas berangkat sebelum ketinggalan busway.
Seana berkali-kali mengembuskan napasnya dengan kasar. Dia merasa ada yang janggal dengan kotak bekal yang didapatnya pagi ini. Seana penasaran siapa yang sering mengiriminya surat-surat itu.
Sepanjang perjalanan, pikirannnya terus berkelana. Hingga suara klakson mobil mengejutkannya. Seana berhenti, menoleh pada mobil yang berhenti di sampingnya.
"Kak Sea!"
Seana mengerutkan kening, menatap gadis remaja yang menyembulkan kepalanya dari kaca mobil. Siapa? Seana tak mengenalnya, tapi wajahnya seperti tidak asing. Apa dia pernah melihatnya? Di mana?
"Masuk."
Kaca mobil bagian depan terbuka. Menampilkan sosok yang sangat Sea kenal.
"Randi!" pekik Seana.
"Kak Sea, berangkat bareng kita ya. Nanti biar Kak Randi yang anterin." Seana kembali menoleh pada gadis yang duduk di bangku belakang.
Gadis itu sangat cantik, mengenakan seragam putih biru. Mungkinkah dia adik Randi? Seana baru ingat jika dia pernah melihat gadis itu, ketika mereka pindahan.
"Mau sampai kapan bengong?" celetuk Randi, membuyarkan lamunan Seana.
"Ah, iya." Seana cepat-cepat masuk, lalu duduk di bangku depan sebelah Randi.
Suasananya cukup canggung bagi Seana. Meski adik Randi terus mengajaknya bicara. Namanya Ranti, dia baru kelas satu SMP. Gadis itu sangat berbeda dengan Randi, dia sangat ceria dan juga ramah. Berbanding terbalik dengan Randi yang berwajah datar dan cuek.
Setelah mengantarkan Ranti, kini mobil Randi melaju menuju sekolahnya. Mereka sedari tadi hanya diam membisu, tanpa ada satu pun yang berniat membuka obrolan.
Seana meremas jemarinya, kenapa dia begitu gugup duduk di samping Randi. Kenapa juga hatinya harus berdegup kencang seperti ini? Apa yang salah?
"Ekhem!"
Seana berdehem. Tenggorokannya begitu kering. Setiap kali berniat membuka obrolan, selalu saja semua ucapannya tersangkut di tenggorokan.
Seana menoleh pada Randi, pasalnya cowok itu menyodorkan botol minum kepadanya.
"Ambil, lo haus kan? Gak usah kode, gue bukan cenayang yang bisa baca pikiran lo. Kalo haus ngomong."
Seana tak menjawab, dia mengambil botol pemberian Randi. Menenggak separuh isinya. Tenggorokannya mulai lega, meski rasa gugup masih mendera.
"Makasih," kata Seana sembari memberikan kembali botol minum Randi.
Cowok itu hanya mengangguk dan lebih fokus menatap jalanan. Keadaan kembali hening, hingga mereka sampai di depan gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta untuk Seana (Completed)
Ficção AdolescenteSeana, salah satu primadona di SMA Pelita Harapan. Dia gadis multitalenta yang memiliki banyak bakat. Hidupnya nyaris sempurna, memiliki keluarga harmonis, harta berlimpah, pacar idaman, tak ada cela dalam hidupnya. Namun, semua itu berubah dalam se...