Seana berlarian di sepanjang jalanan komplek menuju jalan raya. Napasnya terengah-engah, namun Seana tetap memaksakan kakinya terus melangkah sampai halte.
"Tunggu!!" teriak Seana saat melihat busway yang sudah berjalan. Seana mengembuskan napas kasar. Dia ketinggalan busway.
Seana melirik jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.45, setidaknya dia harus menunggu sepuluh menit untuk busway berikutnya. Mana bisa, Seana akan terlambat jika menunggu.
Tak ada pilihan lain, ketika kopaja melintas dia langsung menghentikannya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Seana berdesak-desakan di dalam kopaja.
Bau tak sedap menyeruak ke indera penciumannya, rasanya dia ingin muntah. Seana mendesak masuk, mencari tempat kosong agar dirinya lebih leluasa bergerak.
Baru saja Seana akan melangkah maju, dorongan dari belakangnya membuat Seana terjatuh. Terdengar ricuh karena sopir ngerem mendadak.
"Maaf," kata Seana saat tubuhnya terjatuh di pangkuan seseorang. Dia hendak bangun tapi sopir bus sudah menancap gas hingga Seana kembali terjatuh.
Seana mengerjapkan mata, karena kali ini orang itu menyangga punggungnya agar tidak membentur bangku depan. Mata Seana melebar ketika matanya bersitubruk dengan mata cowok itu.
"Randi!"
Kenapa dunia sesempit ini? Kenapa juga Randi naik kopaja? Setahu Seana Randi termasuk orang berada.
"Maaf." Seana kembali bangun namun sulit, karena kondisi bus yang sudah terlanjur penuh. Membuatnya susah untuk berdiri.
Seana mendengus, mau tidak mau sepanjang perjalanan dia harus duduk di pangkuan Randi. Malu, jelas saja Seana malu. Sementara Randi, cowok itu sama sekali tak bereaksi. Terkesan tak peduli.
Sesampainya di halte, Seana segera turun. Dia ingin cepat-cepat menghindar dari Randi. Seana yang tak sabaran langsung berlari, tanpa memperhatikan kanan kirinya.
"Awas!!"
Seana tersentak karena bunyi klakson dan teriakan orang-orang di sekitarnya. Beruntung Randi menarik tubuhnya. Jika tidak, mungkin Seana sudah tertabrak mobil yang melaju kencang.
"Ceroboh banget si lo!" celetuk Randi.
Suara cowok itu menyadarkan Seana dari keterkejutan. Dia mendongak, menatap Randi. Cowok itu terlihat marah padanya.
"Kalau lo ketabrak gimana?"
Seana tak menanggapi, dia masih berusaha menormalkan degup jantungnya. Tapi bukannya normal, malah semakin menjadi saat Randi memeluknya.
"Mati gak bakal bisa nyelesain masalah."
———————
Selepas kejadian tadi pagi, Seana merasa canggung didekat Randi. Dia tampak salah tingkah, merasa tak nyaman. Sedangkan Randi terlihat cuek saja seolah tak terjadi apa-apa. Cowok itu tampak fokus dengan guru di depan yang sedang menerangkan.
Bel istirahat berbunyi, Seana bergegas keluar kelas. Rasanya lega saat tak berada di samping Randi. Entahlah, kenapa Seana jadi gugup jika bersama Randi. Bahkan jantungnya semakin tak wajar, berdetak dengan cepat seperti akan meledak.
Ada apa dengannya?
Terlebih insiden kopaja itu terus terlintas di pikirannya. Rasanya Seana mau mati saja, malu sungguh memalukan!
Seana berhenti karena seseorang menghadang jalannya. Dia mengangkat wajah, menatap cowok yang berdiri di depannya.
"Raka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta untuk Seana (Completed)
Novela JuvenilSeana, salah satu primadona di SMA Pelita Harapan. Dia gadis multitalenta yang memiliki banyak bakat. Hidupnya nyaris sempurna, memiliki keluarga harmonis, harta berlimpah, pacar idaman, tak ada cela dalam hidupnya. Namun, semua itu berubah dalam se...