Jika kau memulainya dengan manis, maka seharusnya kau mengakhiri juga dengan cara yang manis.
....
"Seana bisa kita bicara sebentar."
Seana termenung cukup lama, hingga kesadaran Seana pulih sepenuhnya. Dia mengangkat wajahnya, menatap datar Raka.
"Gak ada yang perlu dibicarakan lagi. Kita sudah selesai, harusnya tak ada lagi yang perlu dibahas." Seana segera pergi, bahkan sebelum Raka sempat berbicara.
Raka hanya bisa tertunduk lesu, semua memang sudah berakhir. Seana membencinya. Apa yang bisa Raka lakukan, selain merutuki diri yang tak mampu bertindak lebih awal.
"Sea."
Seana terus berjalan, mengabaikan panggilan Randi. Dia berusaha menahan air mata yang menumpuk di pelupuk matanya.
"Sea!" Randi menahan lengan Seana.
"Lepas!" Seana menghempaskan tangan Randi.
"Se——"
"Apa lagi?!" sergah Seana, air matanya sudah luruh membasahi pipi.
"Mau sampai kapan lo kaya gini?" Randi menatap sendu Seana, meraih kedua tangan gadis itu. "Kalian perlu bicara, selesaikan———"
"Semua sudah selesai Randi!" tukas Seana. Tubuhnya roboh, terduduk di atas tanah. Seana menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Gadis itu menangis sesenggukan.
"Kenapa lo terus lari dari kenyataan." Suara Randi membuat Seana mendongak. Cowok itu masih berdiri di depannya, menunduk menatap dirinya "Kalo lo mengawali hubungan itu dengan manis, harusnya lo akhiri juga dengan cara yang manis. Tanpa ada dendam yang tersisa, maupun luka yang terpendam."
"Kamu gak tau apa-apa! Kamu gak tau apa yang aku rasain———"
"Gue tahu!" Seana tercekat karena Randi melantangkan suaranya. "Gue tahu rasanya disakiti, ditinggalin, dikhianatin. Gue tahu! Tapi lo jauh lebih tau. Gimana rasanya dibenci, diabaikan, gak diberi kesempatan buat jelasin. Lo jauh lebih tahu dari gue, gimana sakitnya nahan itu semua sendirian!"
Seana terdiam, Kata-kata Randi begitu menohok dirinya. Randi benar, harusnya dia tidak bersikap seperti itu pada Raka. Harusnya dia mengakhiri hubungan ini dengan cara yang benar, tidak ada untungnya saling membenci. Menyimpan luka satu sama lain, hanya akan menyakiti diri sendiri.
"Lo pikirin baik-baik kata-kata gue. Jangan sampai lo nyesel suatu saat nanti." Randi berlutut di depan Seana, memegang kedua bahu gadis itu. "Gue anterin lo pulang."
Seana tak mengelak, ketika Randi menuntunnya ke mobil. Dia hanya diam, memikirkan banyak hal yang berkecamuk di pikirannya. Hati dan otak yang tak sinkron, saling bertolak belakang.
—————
Seana terbangun, ketika merasakan usapan lembut di kepalanya. Dia membuka mata perlahan, memicingkan kedua matanya. Memastikan apa yang dilihatnya bukan semu.
"Papa!" pekik Seana, matanya langsung terbuka lebar. Seana bangun memeluk sang papa yang duduk di sampingnya.
"Good morning, princess." Pria paruh baya itu terkekeh, memeluk erat putri kesayangannya. Melepas rindu yang begitu menggebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta untuk Seana (Completed)
Teen FictionSeana, salah satu primadona di SMA Pelita Harapan. Dia gadis multitalenta yang memiliki banyak bakat. Hidupnya nyaris sempurna, memiliki keluarga harmonis, harta berlimpah, pacar idaman, tak ada cela dalam hidupnya. Namun, semua itu berubah dalam se...