coklat

1.1K 138 4
                                    

Yang hilang tak perlu diharapkan kembali, yang pergi untuk apa dicari lagi.

....

Hujan mulai reda meski masih tersisa rintikan gerimis, ketika Seana menapakkan kakinya di jalanan komplek rumahnya. Dia mengeratkan pelukannya, ketika angin malam menelusup menembus kulit.

Rasanya aneh, berjalan berdampingan dengan Randi. Keduanya tak saling berbicara sama sekali. Randi yang memegangi payung terus menatap lurus ke depan, padahal Seana sejak tadi mencuri pandang ke arahnya.

Apa cowok itu tidak menyadarinya? Atau memang secuek itu dia? Aneh!

"Ehem ...!" Seana berdehem, merutuki bibirnya yang tiba-tiba kelu. Bagaimana bisa semua kalimat yang terangkai di otaknya, kini justru tersangkut di tenggorokkan. Menyebalkan!

Akhirnya Seana memilih diam dan tetap berjalan, tanpa berniat membuka percakapan. Hingga tiba-tiba langkah Randi terhenti, membuat Seana refleks ikut berhenti.

"Ada apa?" tanya Seana.

Randi tak merespon namun tatapannya begitu tajam, ekspresinya berubah dingin. Ada apa? Seana yang penasaran pun menoleh ke depan, mengikuti sorot mata Randi. Betapa terkejutnya Seana dengan apa yang dilihatnya di depan sana.

"Raka!" pekik Seana.

Kenapa cowok itu ada di depan rumahnya? Seana tak mengerti apa yang dilakukan Raka, tapi terlihat jelas tatapan sinis itu tertuju padanya.

Raka berdecih. "Gue nungguin lo hampir dua jam, kenapa lo gak bisa dihubungi?"

Seana langsung merogoh saku roknya, dia mengembuskan napas kasar saat melihat layar ponselnya. "Maaf, hape aku lowbat," lirih Seana.

"Alesan!"

"Tapi bener———"

"Percuma menjelaskan pada manusia yang selalu berburuk sangka!" celetuk Randi.

Ucapan Randi membuat Seana tertegun, dia melirik Raka yang terlihat tidak suka mendengar pernyataan Randi barusan.

"Sok bijak!" ketus Raka.

Tapi Randi seakan tak peduli, dia tak menggubris ucapan Raka. Dia malah beralih menatap Seana.

"Gue balik duluan, kalau ada apa-apa teriak aja. Satpam rumah gue pasti langsung keluar," kata Randi, lalu memberikan payungnya pada Seana. Randi berlari ke rumahnya, tak peduli dengan rintikan hujan yang masih belum mereda sepenuhnya.

Raka memutar bola matanya, mendesis menanggapi ucapan Randi yang sengaja menyindirnya. Dia beralih menatap Seana yang masih memandangi kepergian Randi.

"Jadi lo pacaran sama dia?"

Seana menoleh, memandang Raka yang tersenyum sinis seolah mengejek dirinya. "Aku bukan kamu yang semudah itu untuk berpaling."

Raka tertawa sumbang. Hatinya tertusuk oleh ucapan Seana yang begitu menohok. Dia memang fakboi, bagaimana bisa dia mengucapkan hal itu pada Seana.

"Kamu ke sini mau ketemu aku?" Suara Seana menyadarkan Raka dari ketermenungannya. Cowok itu mengangkat wajahnya.

"Iya." Raka berjalan menuju bagasi mobilnya, lalu kembali dengan kardus di tangan. "Barang lo, gue balikin. Gue gak bisa nyimpen peninggalan MANTAN!"

Surat Cinta untuk Seana  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang