"Drrttt ...."
"Ya?"
" Eh ... maksudnya assalamualaikum ...."
"Haha. Waalaikumsalam. Gimana?"
"Gimana apanya?"
"Eh ... maksudnya lagi apa?"
"Oh ... lagi sendirian aja nih, sambil nikmatin pemandangan New York. Kamu sendiri lagi apa?"
"Lagi ...."
Belum sempat Rafto menjawab pertanyaan (Namakamu), Rajendra dengan sigap mengambil ponsel (Namakamu) dan langsung menempelkan di telinganya."Eh, Rajen! Apaan sih?!"
"Heh lo!
"IH APAAN SIH! RAJEN! BALIKIN GAK!" (Namakamu) merebut kembali ponselnya dan sambungan tersebut putus seketika.
"MAKSUD LO APA SIH JEN?! GAK SOPAN BANGET!" geram (Namakamu) dengan tatapan tidak main-main.
"MAU GUA CALL SAMA SIAPA JUGA TERSERAH GUA LAH! HAK LO APA?!" bentak (Namakamu) yang membuat Rajendra menunduk, merasa bersalah.
"So ... rry .... gue cuma gak suka aja Rafto calling lo," jawabnya jujur.
Tunggu. Darimana ia tahu bahwa Rafto menghubunginya?
"Darimana lo tau itu Rafto?" tanya (Namakamu) menatap sinis. "Gue tadi liat chat-an lo sama Rafto sekilas."
"Terus kenapa lo gak suka Rafto call gua?"
"Gak suka aja."
"Ck." (Namakamu) berdecak kesal. Ingin rasanya ia mengumpat kasar pada Rajendra. Namun, Rajendra telah memasang wajah bersalah sehingga (Namakamu) agak sedikit tidak tega.
"Tolong ya. Jangan urusin urusan gua. Udah, gua mau balik duluan." Tak mau terlarut dalam emosi, (Namalamu) pun meninggalkan Rajendra seorang diri. Hanya angin malam yang sekarang menemaninya.
🗽🗽🗽
Sudah hampir pukul 12 malam, (Namakamu) masih saja terjaga di kamarnya. Ia berusaha membuang jauh-jauh pikiran tadi.
Rajendra sangatlah menyebalkan. Tapi, yang lebih menyebalkan lagi bahwa Ibu dari Rajendra adalah teman Ayahnya. Dunia begitu sempit .
"Can't sleep?" tanya Papa (Namakamu) dari ambang pintu kamarnya.
(Namakamu) menggeleng pelan.
"Masih memikirkan yang tadi?"
(Namakamu) mengangguk lugu. "Dad ..."
"Ya, honey?"
"Daddy gak akan ngejodohin aku sama Rajen kan karena Daddy sama Mamanya Rajen temenan?" lirih (Namakamu) yang membuat tawa Papa (Namakamu) pecah.
"Oh my God, my little girl ..." Papa (Namakamu) menggelengkan kepalanya.
"Muka Daddy boleh kuno. Tapi pikiran Daddy tidak se-kuno itu, honey. Ini sudah abad ke- 21, bukan abad ke-19 yang masih banyak perjodohan." Papa (Namakamu) terkekeh.
"Berarti enggak kan?" Mata (Namakamu) berbinar. "Tapi kalau misalkan ini masih abad ke-19, Daddy tetap jodoh-jodohin aku gak?"
"Pikiran daddy akan tetap modern, dong, mau di abad keberapa pun dan zaman apapun!" Papa (Namakamu) tersenyum hangat.
"Aw! You're sweetest person that I know!" (Namakamu) memeluk erat Papanya.
"Kamu bebas memilih siapapun yang jadi pendampingmu nanti. Kaya atau miskin. Orang Eropa, Amerika, Afrika, bahkan Asia. Yang penting dia laki-laki."
KAMU SEDANG MEMBACA
American Taste
Fanfiction(Namakamu) Evelyn Scott Kress, gadis berdarah Indo-Amerika yang kini menjadi Warga Negara Amerika karena sebelumnya ia merupakan Bipatride (kewarganegaraan ganda). Menetap di salah satu kota terpadat dan terbesar di dunia bernama New York dan memili...