Hedra POV
Menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang sama. Tidak akan ada yang tau bahwa jawaban yang gue berikan itu adalah kebohongan.
Hahhhh... lain kali gue harus lebih berhati-hati dengan hal ini. Gue harus memilih tempat dimana orang tak bisa melihat luka gue
Hedra POV and
.
.
.
.Anisa POV
Gue meraih silet yang ada di pinggir meja belajar. Gue lihat pantulan diri gue di cermin, begitu banyak luka dan memar yang tersembunyi dibalik pakaian yang selalu gue kenakan. Gue menyugingkan sebuah seringai. Luka-luka ini membantu gue lupa dengan semua masalah gue dan masa lalu gue. Setiap sebuah luka ditorehkan pada diri gue, darah yang mengalir keluar dari luka gue seakan gue merasakan sensasi yang sulit dikatakan dengan kata-kata. Sakit, perasaan hidup yang semakin menguat, pikiran yang terasa dibelah dua, rasa frustasi dan juga lenyapnya segala beban yang ada di pundak gue.
Luka yang gue buat tak terasa sakit namun bila orang lain yang membuatnya, gue bisa merasakan jiwaku tercabik-cabik merasakan berapa sakitnya, bukan hanya fisik yang sakit tetapi juga mental. Mungkin terdengar berlebihan, namun memang begitulah adanya.
Karena takut terluka, gue tak pernah membiarkan diri gue terlalu dekat dengan orang lain, meskipun gue mempunyai banyak teman. Gue tak ingin orang menyakiti gue, gue tak ingin orang merasai diri gue yang disakiti.
Tapi, sayangnya, sebagai manusia yang tak berdaya, gue tetap harus terus bersosialisasi untuk bisa terus hidup. Bersosialisasi berarti hidup di tengah masyarakat. Hidup di tengah masyarakat berarti tingginya resiko akan muncul seseorang yang akan menyakiti diri gue, seperti dimasa lalu. Tidak hanya dimasyarakat didalam lingkup keluarga pun beresiko.
Gue takut akan.......
Sakit. Tangis. Jeritan. Raungan. Meringis. Luka. Darah. Air mata. Api. Pisau. Tatapan dingin. Bisikan menyakitkan. Rintihan. Hentikan. Sakit. Sendiri. Kesepian. Aku ingin berhenti. Permohonan. Tolong. Terjebak. Bunuh. Siksa. Darah. Curi. Hantam. Pukul. Tolong aku. Tendang. Sakit. Sakit. Sakit. Sakit. Sakit. Sakit. SAKIT!
Menakutkan...manusia itu sangat menakutkan. Gue bahkan takut pada diri gue sendiri. Seandainya gue terlahir bukan menjadi manusia. Betapa bersyukurnya gue, karena sungguh betapa mengerikannya manusia. Gue merasa harus terus menerus melukai diri gue untuk meyakinkan kalau gue ini kuat! Guekuat! Kuat! Dan harus kuat!!
Gue menggelengkan kepala gue. Efek dari insomnia kembali datang, pikiran gue labil dan emosi sering terguncang, gue sering melihat ilusi dan menjadi panik tiba-tiba.
Gue menghela nafas. Manusia sangat menakutkan. Tapi, mungkin diri gue lah sebenarnya yang paling menakutkan. Seorang yang terkena insomnia yang depresi karena selalu dihantui dengan masa lalu yang kelam dan berakhir menjadi seorang self injury. Seseorang yang senang menyakiti dirinya sendiri.
Masa lalu yang tidak pernah gue lupakan, tak pernah gue bayangkan menjadi mimpi terburuk yang pernah gue alami.
Ehhhhhh...... Tidak, tunggu, gue tak tahu apakah diri gue ini seorang self injury atau bukan. Untuk mengklaim seseorang yang mengalami gangguan jiwa seperti self injury, psychopath, ataupun paranoia harus melalui serangkaian tes medis dan pemeriksaan. Sangat merepotkan bukan? Karena itu gue tak penah memeriksa apakah gue adalah seorang self injury atau bukan, gue bingung.
Banyak orang di luar sana yang sering mengata-ngatai orang psycho, paranoid dan sebagainya. Padahal sang psycho itu sendiri tak tahu apakah ia seorang psycho atau bukan.
Anisa POV and
.
.
.
.Anisa berjalan menuju tempat dimana ia dan Meri janjikan yaitu gerbang sekolah.
"Anisaaaaa......" teriak Meri melihat Anisa yang berjalan mendekat sambil melambaikan tangan.
"Meri" jawab Anisa sekenanya
"Kenapa dengan lo, Nis?" Tanya Meri
"Gak papa kok" jawab Anisa dengan senyum seperti biasanya.
"Apakah semuanya sudah datang?" Tanya Anisa kepada Meri
"Ouh iyah, gue ampe lupa." Jawab Meri sambil menepuk jidadnya
"Semua sudah berkumpul belum, Mer? Kalau sudah cepetan jangan buang waktu!" Ucap salah satu teman Meri.
"Yaelah..... sabar napa sih,, anak udah pada kumpul semua nih." Jawab Meri
"Ayo, Nis lo semobil ama gue." Ucap Meri
"Udah segini aja? Salsa sama Sinta enggak ikut? Tanya Anisa
"Gak, mereka gak ikut. Katanynya sih meeia ada perlu." Jawab Meri dengan santai
"Yaudah, ayo!" Ucap Anisa
.
.
.
.
.
.Tempat karauke.....
Setelah semuanya sampai mereka bersenang-senang. Bercanda, mengobro, bernyanyi dan lain-lain.
Sedangkan untuk Anisa dia hanya diam dan menyahut semestinya. Sepertinya dia tidak terlalu menikmatinya.
"Hey,, Nis gue perhatiin kok lo diem aja?" Tanya Meri
"Gak papa Mer, gue lagi gak mood aja."
"Beneran, lo?" Tanya Meri
"Bener." Jawab Anisa.
Setelah beberapa lama Anisa merasa dia sedang diperhatikan oleh seseorang. Mata seseorang tersebut seakan-akan mengikuti gerak-geriknya. Tapi dia mengabaikannya, dia tidak mau ambil pusing.
Setelah beberapa saat akhirnya dia mulai jengah. Dia tidak nyaman mata itu selalu menatapnya. Akhirnya dia putuskan untuk pergi ketoilet.
"Mer, gue ketoilet bentar." Ucap Anisa dengan suara lumayan keras agar Meri bisa mendengarnya.
"Ya, sendiri atau gue temenin?" Tanya Meri
"Sendiri saja gue." Jawab Anisa
Lalu dia pergi kearah pintu keluar bukannya kearah toilet. Benar saja seseorang telah mengikutinya. Sampai pada jalan sepi seseorang tersebut akhirnya menampakkan dirinya di depan Anisa.
"Siapa lo,, dan mau apa lo sama gue?" Tanya Anisa dengan wajah datar dan bernada dingin
"Lo gak usah tau siapa gue dan yang gue mau adalah habisiin elo." Ucap orang misterius tersebut.
.....
.
.
.
.Not all the past is fun or happy. Painful pasts make unforgettable memories even though they are past and become the past. But I believe a painful past will be a pain
Nex.....
Holla akhirnya up .....
Jangan lupa tinggalkan jejak

KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN
Teen FictionAnisa adalah gadis manis yang ceria, Anisa selalu tersenyum dimanapun dan kapanpun. Tapi itu hanya diluar, tidak ad yang tau bagaimana sifat asli dari dirinya. Dia juga bingung siapa dia yang sebenarnya??? keceriaan? kegembiraan? semua hanyalah tope...