Weekend yang memuakkan

67 21 3
                                        

Happy reading
.
.
.

Weekend yang memuakkan

Pagi hari yang cerah ini diawali oleh pertengkaran kedua orang tua Anisa. Dengan suara yang berlomba-lomba siapa yang paling keras.

Suara gebrakan meja, suara barang pecah dan juga suara bentakan terdengar sangat jelas dan nyaring, membuat siapa saja akan merasa ngeri yang mendengarnya.

Disebuah kamar diisi dengan seorang gadis yang menatap keraah pintu dengan pandangan datar. Tapi tidak dengan isi hatinya yang sangat rumit. Dia kesal, dia  jengah, dia muak dengan semua ini.

Dia sudah menuruti semua perintah yang mereka bilang, tapi mereka tidak pernah mau mendengar, jangankan mendengar melihat dan menganggap dia ada dan sebagi anak dan keluar juga tidak.

Anisa menjerit dalam hatinya untuk menutup telinga dan juga abaikan apa pun yang ada dirumah. Tapi dia tidak bisa menutup telinga dan matanya.

Karena setiap pertengkaran selesai ayahnya akan menghukum dia dan memukulnya. Entah itu masalah kecil ataupun tidak ada masalah sama sekali. Yang membuat dia harus menahan rasa sakit, rasa sakit yang selalu tertanam dari karena semua hal yang membuat dia frustasi.

Dia yang selalu menjadi pelampiasan orang tuanya membuat dia sangat menyukai darah yang mengalir keluar dari tubuh siapapun.

Setelah tidak mendengar kedua orang tuanya bertengkar Anisa masih diam tidak melangkah sedikitpun dari tempat yang sedari tadi dia duduki.

Setelah mendengar suara perutnya yang meminta diisi akhirnya dia melangkah keluar untuk mengganjal perutnya.

Melangkah menuruni tangga dia bisa melihat hasil dari pertengkaran kedua orang tuanya. Semuanya berantakan, barang-barang banyak yang pecah.

Tanpa peduli dia langsung menuju dapur untuk mengisi perutnya. Tanpa sengaja dia menyenggol ayahnya.

"Apa-apan kau! Kalau jalan liat-liat!! Ucapnya dengan marah dan tiba-tiba langsung menampar Anisa.

Plakk..

"Lain kali kalau jalan harus liat-liat, jangan sampai kejadian ini terjadi lagi!!" Ucapnya dengan marah setelah menampar Anisa dengan keras dia langsung pergi.

Anisa hanya diam dan menghapus darah yang ada disudut bibirnya karena tamparan keras sang ayah. Setelah itu dia langsung mengambil mie instan dan menyeduhnya.

Setelah itu dia berjalan menuju kelantai atas untuk kembalu kekamarnya.

Sesampainya di kamar, Anisa melihat handphond nya menyala dan melihat bahwa grupnya sedang ramai.

Meri cute:v
Hey, ternyata gue gak jadi pergi.
Seneng banget rasanya. Hahahah

Salsa syantik:v
Wahhh, berhasil rencananya.
Wow gue gak nyangka lo bisa berani.

Meri cute:v
Yaiyalah,, Meri gituloh😎

Sinta cool
Sukur deh kalau gitu. Gue juga lega dengernya 😧
Btw gak ada yang mau pergi kah?
Sekarang tuh weekend guys.
Pergi kemana kek.

Salsa syantik:v
Yeyyy, lo yang bayarin yah. Kalau lo yang bayarin gue mau ikut dung😄😄

Meri cute:v
Dasar penikmat gratisan. Selalu aja gak mau keluar duit🙄😩

Salsa syantik:v
Gak papalah Mer. Emangnya elo pelit. Emangnya kalau orang pelit itu sering ngiri. Dasanya aja lo mau gratisan juga kan?😒

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang