Lelah

70 26 1
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.

Lelah

Akhirnya gue pulang kerumah seperti biasanya. Gue masuk kerumah yang biasa sepi, sekarang ramai dengan banyaknya omelan dan pertengakaran bokap dan nyokap gue.

Sumpah, padahal gue baru pulang dan langsung disuguhin film live drama beginian.

Padahal batin gue capek melihat mereka yang gak ada akur-akurnya.

Gue lelah lahir dan batin, gue hanya ingin ketenangan tanpa adanya suara yang keras dan suara yang menyakitkan. Gue hanya ingin hidup gue penuh dengan keutusan bukan kegagalan.

Selalu kaya gini jika mereka ada dirumah. Gue itu capek melihat ortu gue selalu bertengkar, capek jika melihat mereka main tangan.

Dalam hati gue menjerit...

STOP! STOP! Jangan kayak gini. Jangan lakuin ini lagi.

Gue lelah, gue jengah, gue bosen.

Melihat mereka yang selalu melihat dunia mereka sendiri tanpa melihat apa yang gue rasakan.

Setelah gue melihat mereka, gue pergi menuju kamar gue dilantai atas tanpa ada yang menyadari keberadaan gue.

Gue duduk termenung dan sayup-sayup mendengar pertengkaran kedua orang tua gue.

Gue bertanya-tanya apasih yang mereka ributkan?? Apasih yang mereka inginkan?? Gue lelah mendengar semua pertengkaran mereka.

Gue lelah dengan semua ini, tiada hari tanpa topeng kebohongan, tiada hari tanpa kesepian dan pertengkaran.

Gue bingung, apa yang harus gue lakukan?? Gue bingung apa yang harus gue perbuat?? Ini membuat gue lelah.

Lelah akan hidup yang selalu tak pernah ada cahaya. Lelah akan semua yang gue lakukan. Gue putus asa!!

Gue ingin segera hilang dan lengnyap dari dunia ini. Gue ingin pergi, pergi dimana gue bisa tenang tanpa ada gangguan.

Gue capek, mereka tidak akan mengerti rasanya kesepian. Mereka tidak akan pernah!! Tidak pernah!! MENGRTI!!

Gue benci hidup gue, gue benci nasib gue, gue benci diri gue sendiri.

BENCI! BENCI! SANGAT BENCI!!

Gue berdiri, lalu melangkah menuju tempat dimana gunting berada. Inilah temen gue, inilah tempat gue menghilangkan rasa sakit, sedih dan putus asa gue.

Gue berjalan menuju cermin dan melihat diri gue. Badan gue masih basah dan ada beberapa luka lebam yang mereka perbuat dalam ngebully gue dan luka sayatan dipipi gue yang mereka torehkan.

Gue melihat diri gue, gue bertanya-tanya, siapa sebenarnya lo? Yang mana sifat lo yang asli? Mana diri lo yang sesungguhnya?

Gue bingung dengan diri gue, gue bingung dengan semua apa yang gue lakukan??

Setelah puas menatap dan bertanya-tanya tentang diri gue yang sesungguhnya, walaupun tidak memiliki jawaban dari semua pertanyaan yang gue tanyakan.

Gue mulai mengarahkan metal gunting itu ke kaki gue. Walaupun luka yang gue torehkan tidak terlalu dalam dan terlalu dangkal tetapi rasa sakit dan darah segar akan keluar secara bersamaan.

Anisa POV end

Anisa meresapi rasa yang dirasakannya. Rasa sakit untuk menghilangkan beban dihatinya dan pikirannya.

Pikirannya langsung kosong yang dia rasakan hanya sensasi rasa sakit akibat luka yang dia ciptakan. Inilah yang dia inginkan, ketikmatan yang menghilangkan semua rasa lelah, putus asa, dan ketidak puasan akan dirinya.

Dia terus melukai diri disetiap tempat yang tak terlihat orang. Dia hanya ingin keluar dari rasa ini. Dia hanya ingin menghilangkan rasa ini.

Darah mengalir tanpa aba-aba, bagaikan sudah terbiasa mengalir keluar dari tubuhnya. Dia sangat menyukai sensasi rasa sakit ini.

Setelah beberapa saat meresapi apa yang dia perbuat, akhirnya dia mulai puas akan ciptaannya yang melukai diri berharap bahwa ini akan memudarkan bahkan menghilangkan rasa yang menyebalkan baginya, rasa yang membuat dia tertekan.

Akhirnya dia pun mulai membereskan kekacauan yang dia perbuat. Lalu dia masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri dan luka-lukanya agar tidak infeksi.

Setelah selesai dia mulai mempelajari semua pelajaran untuk besok dia tidak ingin ayahnya memarahinya lagi karena nilainya yang kecil

Dia merasa takut saat ayahnya marah dan berakhir memukulnya atau menghukumnya.

Selesai belajar dia memberekan semua buku untuk pelajaran besok. Setelah itu dia mulai merebahkan tubuhnya yang lelah diatas tempat tidurnya.

'Tuhan,, gue lelah dengan semua ini. Gue benci dengan takdir yang Kau berikan. Gue benci dengan apa yang semua Kau berikan. Gue hanya ingin kebahagiaan meliputi gue. Hanya ingin terbebas dari semua rasa sakit dan kegelapan tanpa dasar ini. Lelah, lelah rasanya menjalani kehidupan ini. Kapan Kau berikan semua yang gue harapkan? Kapan? Kapan?!' Monolognya dalam hati

Sampai dia terlelap dalam rasa sakit serta rasa lelah dan putus asanya. Dia sungguh sangat lelah, lelah dengan semua yang dia lalui, yang dia jalani, yang dia hadapi. Dia sangatlah lelah, mungkin semua orang menganggap nya orang yang tiada beban. Biarlah apa yang orang pikirkan, dia tak peduli.

.
.
.
.
.
.

Pagi berikutnya, seperti biasa Anisa memulai aktivitasnya untuk berangkat sekolah.

Dia harus memasang topeng kebongan setiap saat dan setiap waktu.

Sesampainya digerbang, Anisa menyapa beberapa anak yang dikenalnya ataupun ada yang menyapa walau dia tidak mengenal anak tersebut.

Dia menuju lokernya berada untuk mengambil sepatu dan beberapa buku perpus untuk dikembalikannya.

Setelah itu dia langsung meluncur kearah dimana kelasnya berada.

Jam pertama pun dimulai, jam pertama adalah pelajaran sejarah. Pelajaran yang dia sukai, pelajaran yang membuat dia merasakan bahwa kehidupannya yang penuh misteri.

.
.
.
.
.

Next....

Lelah akan ketidak mampuan diri, lelah akan kehidupan yang selalu berujung menyakitkan,, yang membuat diriku selalu berada dalam kebohongan

Jangan lupa tinggalkan jejak....



BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang