26.「z」

719 83 14
                                    

dipta terisak, tempat ia terduduk sekarang adalah di mana jasadnya terkubur. dita bingung harus bagaimana, dia merangkul dipta kemudian memeluknya.

"dip, jangan nangis, please...." ucapnya lirih dan airmatanya ikut mengalir.

"dit, gue ingat semuanya...." ujar dipta lirih disela-sela tangisnya. "hati gue hancur, dip," lanjutnya.

dita lebih mengeratkan pelukannya. dipta terlihat sangat hancur, tubuhnya bergetar dan dita bisa rasakan jika dipta sedang menahan isakannya.

"dip, gue ga tau ingatan apa yang nyakitin lo, tapi please jangan kaya gini... gue ga sanggup liat lo kaya gini," kata dita disela-sela tangisnya dan ia mengeratkan pelukannya.

setelah keadaan dipta membaik, dita langsung menghubungi bagas dan dede; membantu menggali jasad dipta yang terkubur di halaman belakang rumahnya.

bagas dan dede yang dari tadi menunggu di balik tembok belakang itu langsung memanjat tembok. mereka berempat pun menggali jasad dipta kemudian membawanya ke rumah bagas.

____________________

mereka menguburkan jasad dipta dengan selayaknya, di pemakaman umum. dipta sudah tidak menangis,  namun tetap saja wajahnya terlihat sedih. setelah selesai memakamkan jasad dipta, mereka kembali ke rumah bagas.

di dalam ruangan ini; ruang tengah, mereka terdiam. tidak ada yang memulai percakapan, bahkan 2shin dan bagas yang sangat berisik pun enggan untuk bersuara.

____________________

malam telah tiba, seperti sudah teratur dengan rapih; tepat saat jasad dipta ditemukan adalah hari terakhit dipta berada di dunia ini.

dipta dan dita berada di balkonㅡtempat dipta muncul untuk pertama kali saat hidup kembali dan tempat dipta mencuri pakaian ditaㅡjika dipikir-pikir, semuanya terasa tidak masuk akal, namun ini lah kenyataannya.

dipta dan dita duduk berdua, dita memeluk lengan dipta seakan tidak ingin berpisah dengan pria itu.

"lo ga bisa tetap di sini, dip?" tanya dita sambil menatap sendu dipta.

dipta menoleh dan mengelah nafas, kemudian tersenyum dan memegang pipi dita, "ga bisa, seandainya bisa, tanpa lo minta gue akan tetap tinggal di sini," jawabnya.

mata dita berkaca-kaca; ia menahan tangisnya. dita berusaha menutupi kesedihannya, dia tidak ingin terlihat sedih di hari terakhir dipta ini.

dita tersenyum, "kalo gitu, gue harap lo harus ikhlas ninggalin gue dan gue juga akan ikhlas ditinggal sama lo."

dipta menatap sendu dita, kemudian ia memeluk dita dan dita menenggelamkan wajahnya di dada dipta. saat itu juga air matanya jatuh, dita semakin mengeratkan pelukannya.

"maafin gue, dit." ucap dipta dengan suara bergetar.

dita menggeleng, "lo ga salah, di sini ga ada yang salah," ujarnya.

dita melepas pelukan dan memegang kedua lengan dipta, "dengar, dip. jangan peduli soal apa pun, lo harus pergi dengan bahagia."

dipta mengangguk kemudian menghapus air mata dita dengan kedua ibu jarinya, dita juga melakukan hal yang sama; ia menghapus air mata dipta dengan ibu jarinya.

"sekarang jam berapa?" tanya dipta.

dita mengeluarkan handphone dari sakunya kemudian melirik jam di handponenya, "1 menit lagi jam 2 pagi."

dipta memegang kedua pundak dita, "itu tandanya 1 menit lagi gue harus pergiㅡdit, gue ga akan pernah lupain lo, sekali pun dunia kita berbeda, sekali pun lo lupain gue, gue ga akan lupain lo."

"enggak, gue ga akan pernah lupain lo juga," kata dita.

dipta mengangguk, kemudian menekuk pipi dita dengan kedua telapak tangannya, "jangan larut dalam kesedihan, kalo lo sedih gue bakalan sedih, mungkin gue udah pergi tapi gue selalu ada di hati lo, dit, gue akan hidup di hati lo selamanya..."

dipta kembali memegang kedua pundak dita dan mendekatkan wajahnya dengan wajah dita, "gue sayang banget sama lo revandita chaeryeong basahari, i love you," ujarnya kemudian menarik tengkuk dita dan menautkan bibirnya dan bibir dita.

dita memejamkan matanya dan memegang pinggang dipta, dalam hati ia berdoa semoga dipta tidak akan pernah pergi. sejujurnya dia tidak ingin dipta pergi, dia tidak ingin kehilangan dipta, dia belum siap berpisah, bahkan dia tidak akan pernah siap.

tangis dita pecah saat merasakan kepergian dipta. dia enggan membuka mata, dia belum siap melihat dunia tanpa dipta. dita terduduk dan memeluk lututnya, "i love you too, pradipta taehyun mahendra."

END____________________

huaaaa, akhirnya kita sampai dengan bab terakhir \(^o^)/

first of all, aku mau bilang terima kasih buat kalian semua yang sudah membaca buku ini, entah itu sider atau yang sering vote dan komen cerita ini.

then, aku juga mau bilang makasih banget buat author yang memberi feedback di buku ini ㅠㅠ

huhu pokoknya sayang kalian banyak-banyak (.づ◡﹏◡)づ.

the last, aku ga tau ada yang mau jawab atau ga, tapi aku tetap akan nanya. bagaimana kesan atau pendapat kalian dengan cerita ini?

once again, i say thank you for all of you guys-! <3

THE SOUL, skerrydase ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang