Abah jiyong masih sakit, dia masih belum sembuh. Jadi jisoo yang menggantikan jiyong, hari ini.
"Jis, udah selesai?" tanya taeyong melihat jisoo yang sibuk dengan kerjaannya di meja kerja abah jiyong.
Jisoo menoleh sebentar, "sebentar lagi mas.. mas kalau mau pulang teh sok atuh duluan aja.."
"Ehh gapapa, saya tungguin kamu.." taeyong memilih berkeliling melihat tempat jiyong.
Jiyong punya selera yang bagus, walaupun dia tinggal di desa, sepertinya dia tetap mengikuti perkembangan yang ada, taeyong memuji jiyong.
"Keluarga mu semuanya memiliki pendidikan yang bagus, kenapa lebih memilih kebun-kebun ini?"
Jisoo kembali menoleh, dilihatnya taeyong yang sedang menatap foto keluarga jisoo, foto saat kelulusan jisoo yang di tempel di dinding.
"Mereka, para petani menggantungkan hidupnya pada kebun ini.." jawab jisoo, membuat taeyong berbalik menatapnya.
Taeyong tau, tapi bukan itu jawaban yang dia inginkan. Melihat raut bingung lelaki itu, jisoo tersenyum, "di luar sana teh banyak sekali orang asing yang berkuasa, sedangkan orang lokal nya teh gak seberapa. Bukannya membeda-bedakan, tapi teh harusnya orang lokal yang lebih di prioritaskan kalau negara ini teh mau maju. Abah selalu bilang begitu.."
"Bekerja sama boleh, tapi teh jangan sampai dijajah, semua nya teh ada batasannya, jangan sampai atuh jadi bomerang ke kita nya. Itu cita-cita abah, sulit memang, tapi setidaknya abah teh sudah berhasil mempekerjakan orang lokal, walaupun hanya di kebun ini." lanjutnya.
Taeyong tertegun, mendengar penjelasan jisoo. Sampai tak sadar, kalau jisoo kini beberapa kali memanggilnya.
"Mas.."
"Ehh iyaa?" taeyong tersadar, "ayo atuh, udah hampir mau sore.." ajak jisoo kemudian berjalan ke arah pintu.
Taeyong pun segera mengambil barangnya dan berjalan menyusul jisoo. Mereka pun beriringan berjalan untuk pulang.
Di jalan pulang, jisoo melihat adik bungsunya sedang melamun, menyendiri, di saung pinggir kebun.
Jisoo yang diikuti taeyong pun menghampiri haechan, "loh chan, kamu teh ngapain atuh disini? Ngelamun lagi, pamali ihh.."
"Tetehh.."
Haechan langsung menghambur ke pelukan sang kakak, dia menangis.
"Kamu teh kenapa chan? Kok nangis?" tanya jisoo mendengar suara isakan haechan, dia sempat melihat taeyong yang terlihat bingung juga.
Bukannya menjawab haechan malah makin keras tangisannya, jisoo menghela napas panjang tangannya mengelus kepala sang adik. "Udah atuhh jangan nangis, malu ih udah gede, nanti teh puasanya batal.."
Taeyong memilih duduk, menunggu di saung. Sesekali matanya melihat adik-kakak yang masih berpelukan.
Jisoo mengajak haechan duduk, setelah adiknya tenang, "kenapa kamu teh? Kok nangis?"
"Hiks.. mina tehh nolak echan, katanya teh gak suka sama echann.. hiks.." haechan mengelap ingus yang bercampur air mata itu ke bajunya.
Mendengar ucapan adiknya itu membuat jisoo tak bisa menahan tawanya. "Ihh teteh mah jahat.." pundungnya.
Taeyong pun yang berada di belakang jisoo, diam-diam menahan tawanya mendengar alasan bocah itu menangis.
"Ucupcupcup.." jisoo menarik haechan ke dalam pelukannya.
"Tau ahh sebel echan sama teteh.." ujarnya cemberut.
"Chan, dengerin teteh yaa.. yang namanya perasaan teh gak bisa di paksa atuhh, kalau mina teh gak suka sama echan, ya udahh echan teh harus ikhlas.. gini dehh, misalkan ya echan teh sukanya buah anggur, tapi echan teh di paksa buat suka buah jeruk yang jelas-jelas echan teh gak suka, gimana?" tanya jisoo yang dibalas gelengan kepala sang adik.
Jisoo tersenyum menatap haechan, "gak mau kan? Nahh kaya gitu, jadi echan teh harus belajar ikhlas.. lagian teh kan masih banyak atuh perempuan lain di desa ini yang gak kalah cantik dari mina. Somi teh juga cantik.."
"Gak mau echan, somi teh galak, suka marah-marah sama echa.." ucapnya sebal seketika mendengar nama itu.
Jisoo terkekeh melihat sikap adiknya, "ya lagian atuh kamu nya juga yang suka bercandain dia.."
Taeyong diam-diam berdecak kagum melihat sikap dewasa juga terlihat keibuan gadis di depannya ini, duhh makin jatuh cinta aja kan.
Kayanya dia perlu mulai usaha...
"Udah, kamu jangan galau. Ikut saya aja mendingan, kita ngabuburit gimana?" taeyong berdiri, berjalan mendekati haechan.
Haechan melotot kaget melihat keberadaan taeyong, sejak kapan ada lelaki itu, bibir echan rasanya gatal pingin ngejulidin taeyong, tapi tenaganya tak cukup, dia terlalu cape menangis tadi.
Tapi tunggu, dia diajak ngabuburit tadi sama taeyong, seketika matanya berbinar, "di bayarin a taeyong nih?"
Taeyong mengangguk, "iyaa, saya yang bayarin buat kamu yang lagi galau dehh.."
"Duhh mas, gausahh.." jisoo jadi merasa tak enak, "gapapa jis.. udah ayo.." ajaknya.
Untuk hari ini gapapa mode maungnya haechan lepas dulu, besok-besok pasang lagi. Lumayan kan dapet jajanan gratis. Hhehe..
Double update, guys..
Babay..
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh! | taesoo ft. jaeros
FanfictionWishlist tahun ini 'Semoga ketemu jodoh, biar puasa tahun depan ada yang temenin...' ps; lokal ver. (edisi ramadhan) ©piiroroo | 2020