Secara mengejutkan, Adelia pulang kerumah mereka. Tapi ia sendirian. Ia tak bersama El maupun Ariella.
Kepulangan Adelia tentu saja membuat Devanno terkejut sekaligus senang. Sudah satu minggu mereka tak bertemu atau bertegur sapa sekalipun.
"Sayang. Kamu pulang." ucap Devanno.
"Kamu baru bangun? Udah sarapan belum?"
Sifat Adelia benar-benar tak menunjukkan bahwa ia kecewa dengan tingkah laku Devanno yang sudah diluar batas ini. Ia bertindak seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
"Belum. Aku bisa buat nanti." jawab Devanno.
"Aku bikinin ya? Kamu pasti kangen masakan aku kan?"
Devanno tersenyum, kemudian mengangguk.
"Kamu mandi aja dulu. Kalo udah, kita makan bareng." kata Adelia.
"Aya.. Kamu.."
"Wah, kenapa rumahnya jadi berantakan banget." ucap Adelia mengalihkan pandangannya ke sekeliling rumah.
Devanno memilih untuk mengikuti ucapan Adelia untuk mandi. Ia senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan Adelia lagi. Tapi ia juga bingung, kenapa sikap Adelia sangat manis setelah apa yang dilakukan olehnnya.
Setelah mandi, Devanno menghampiri Adelia yang sedang memasak di dapur.
"Kenapa anak-anak ngga di ajak?" tanya Devanno.
"Aku ada urusan tadi diluar. Jadi agak ribet kalo bawa anak-anak." jawab Adelia santai.
"Aya.. Maafin aku."
"Minta tolong taroin di meja dong mas makanannya," potong Adelia yang langsung di angguki Devanno.
"Mama sama papa nanya kenapa kamu lama nginep disitu?" tanya Devanno.
Adelia mengiyakan, "Jelas aja. Aku bilang kalo mas sibuk."
"Setelah ini, kamu akan pulang kan?"
"Ayo makan. Aku masak makanan kesukaan kamu. Pokoknya, hari ini aku mau ngilangin rasa kangen kamu ke aku karena udah lama ngga ketemu." kata Adelia.
Seperti biasanya, ia mengambilkan Devanno nasi yang di letakkan diatas piring. Mengambilkan beberapa lauk, serta sayur kesukaan Devanno. Lalu ia mengulangi hal yang sama untuk dirinya sendiri.
"Pantes ya kamu suka banget masakan aku. Ternyata enak juga." ucap Adelia.
Devanno masih terdiam. Ia masih menelaah apa arti dari sikap Adelia.
"Kamu inget ngga sih dulu, aku ngga bisa masak. Untung aja kamu terima aku apa adanya." kata Adelia cengengesan, "Makasih ya mas." sambungnya tersenyum.
"Masakan kamu emang selalu enak kok."
"Oh iya. Setelah ini, aku mau beres-beres rumah. Kalo kamu mau ke berisikan, bilang ya."
"Aku bantuin ya?"
Adelia menggeleng. "Ngga usah. Kamu kerja aja. Aku tau kamu lagi banyak kerjaan."
"Tapi..."
"Oh iya. Mas udah denger belom kalo Tata sama Brian udah tunangan? Wah, aku ngga nyangka banget. Padahal pas di mall itu, mereka masih biasa aja. Ngga ada omongan mau tunangan." kata Adelia seraya mengunyah makanannya.
"Ada apa sih, Ya?"
"Hm? Ya ngga tau. Tiba-tiba aja kan. Brian emang suka cerita sama aku sih kalo dia suka sama Tata. Tapi aku ngga tau kalo dia bakal seserius ini."
"Bukan itu. Kenapa kamu seolah ngga ada masalah sama aku?"
"Yaaa.. Emang ngga ada masalah kan? Kenapa? Santai aja mas."
"Ya, aku sayang sama kamu. Aku bakal lakuin apapun biar kamu balik sama aku, sayang."
"Kamu ngga usah lakuin apa-apa. Aku udah tau kok kalo kamu tuh sayang sama aku." katanya diakhiri senyum.
"Tapi aku udah khianatin kamu.."
"Hmm.. Aku beres-beres dulu ya. Nanti keburu siang, kasian ninggalin anak-anak sama mama papa." kata Adelia berdiri.
Adelia benar-benar membersihkan sendiri rumahnya. Cuci piring, mencuci baju Devanno, mengelap kaca, menyapu, bahkan mengepel ia lakukan sendiri. Dia tidak merasa lelah karena ini salah satu kegemarannya.
Sementara itu, Devanno tak konsen bekerja di ruangannya. Ia terus bertanya-tanya kenapa sikap Adelia seperti ini. Memang biasanya pun, istrinya itu peduli akan kebersihan rumah. Apalagi kebersihan ruang bermain anak-anaknya. Akhirnya, Devanno memutuskan untuk menghampiri Adelia.
"Kamu ngga capek sayang?" tanya Devanno.
Adelia yang sedang mengelap meja, tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Enggak kok. Aku malah seneng bisa bersih-bersih. Jadi kan enak kalo ada tamu."
"Aku bantu ya?"
"Udah selesai kok mas. Tenang aja." jawabnya. "Kerjaan kamu udah beres?"
"Sedikit lagi. Aku ngga konsen kerja karena sikap aneh kamu ini, Ya."
Kening Adelia mengerutkan keningnya. "Aneh? Aneh kenapa?"
"Karena kejadian kemarin. Kamu liat sendiri aku lagi sama siapa. Kamu marah. Tapi sekarang, kamu jadi wanita yang sangat manis. Ada apa?"
"Astaga. Biasanya juga aku bersih-bersih kan? Berlebihan kamu." sahut Adelia.
"Iya. Tapi..."
"Udah rapi semuanya." pandangan Adelia mengarah ke Devanno. "Aku boleh peluk kamu, mas?"
Devanno tersenyum, kemudian membentangkan tangannya. Dengan segera, Adelia memeluknya.
"Maafin aku, sayang." ucap Devanno.
"Biarin begini sepuluh menit aja ya mas. Aku capek dan butuh energi." kata Adelia.
"Aku tau aku salah, Ya. Aku udah khianatin kamu. Aku mohon, maafin aku dan pulang kerumah kita bareng anak-anak, Ya."
Kemudian Adelia melepas pelukannya. Ia beralih mengambil tasnya dan memberikan sebuah map coklat pada Devanno.
"Ini apa?"
Adelia terdiam, mengisyaratkan Devanno untuk membukanya sendiri.
Mata Devanno mendelik kaget saat melihat isi surat tersebut.
Surat perceraian.
Itulah yang tertulis di kertas itu.
"Apa maksudnya ini?" tanya Devanno.
"Aku mau kita cerai kita mas."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecture My Husband-Part 2
FanficJika kalian menganggap kalau rumah tangga Devanno dan Adelia berjalan mulus, kalian salah besar..