26

7.2K 558 16
                                    

"Mamam nanti kalo pulang, beliin kakak ice cream ya?" Pinta El.

Mereka sedang berada di perjalanan untuk menitipkan anak-anaknya di rumah orang tua Adelia. Memang awalnya sangat berat menitipkan anak-anak meskipun itu dititipkan dengan nenek dan kakeknya. Tapi tetap saja, karena terbiasa bersama, kadang kala Adelia sedih.

"Iya. Tapi berdua aja sama adik ya? Ngga boleh banyak-banyak." kata Adelia.

"Pelit banget sih kamu, yaang. Kasian lha. Ngga apa-apa sekali-kali." sahut Devanno membela.

"Yaudah. Kali ini aja ya tapi?!"

"Yeaayy.. Ayah emang yang terbaik." pekik El.

"Mamam?"

"Iya! Mamam juga."

"Cium dong mamam-nya," pinta Adelia mendekatkan pipinya ke El.

Namun bukan El yang menciumnya, melainkan Devanno yang tengah menyetir. Ia tersenyum senang saat berhasil mencium pipi Adelia. Tengah duduk di car seat-nya, El tertawa terbahak melihat kelakuan Devanno.

"Ayah cium mamam." katanya.

"Tau ih. Kan ngga boleh ya kak?"

"Ayaaah..."

"Yes, princess? Kenapa?" Devanno menoleh sekilas. Tangan kirinya, memainkan tangan Ariella. Anak itu senang bermain jam tangan Devanno. Ia akan mengetuk-ngetuk jam tangannya sampai berbunyi.

Ariella hanya tersenyum senang sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Ia duduk di pangkuan Adelia. Tersenyum senang, saat melihat Devanno menoleh.

"Adik mau kakak pangku ngga?" tanya El.

"Belum bisa kakak. Nanti kalo udah gede, baru boleh pangku." kata Adelia.

"Kan kakak udah gede, mamam."

"Iya. Nanti ya."

Sesampainya di rumah orang tuanya, ia segera menitipkan anak-anaknya karena ia takut akan terlambat kelas paginya. Padahal kelas paginya adalah kelas Devanno tapi dosen itu mempunyai peraturan kalau mahasiswanya harus datang sepuluh menit sebelum kelasnya mulai.

Di mobil saat menuju ke kampus, Adelia terus memainkan ponselnya. Karena penasaran, Devanno beberapa kali menoleh. Tentu itu membuat Adelia risih.

"Kenapa sih mas?" tanyanya.

"Kamu main handphone terus. Nge chat siapa sih?" tanyanya menyelidik.

"Kepooooo..."

"Apa sih?!" Devanno tampak tak ingin bercanda. "

"Idih ngambek.."

"Ya kamu lagian. Orang aku nanya kok dibilang kepo. Aneh!!"

Adelia tersenyum nakal, lalu merangkul tangan kiri Devanno yang menganggur.

"Jangan pegang-pegang ah. Males!" Devanno menepis tangan Adelia hingga terlepas. Hal itu membuat bibir Adelia mengerucut kesal.

"Kamu gitu ih. Masa di pegang sama aku ngga mau?"

"Ngapain! Males yang ada."

"Kamu kenapa sih ih. Emosian banget?!"

"Siapa yang ngga emosi coba? Aku nanya baik-baik kamunya gitu."

"Yaampun. Masa gitu aja marah? Yaudah yaudah maaf. Aku chattingan sama Brian. Dia ngajak ketemuan di kampus."

"Kamu doang? Aku enggak?"

"Dia mau curhat ke aku, mas sayang."

"Emang dia ngga ada bimbingan apa?"

"Ada katanya mah. Makanya dia ada di kampus hari ini," jawab Adelia. "Kasian dia. Segala persiapan udah lancar, tiba-tiba batal aja gitu nikahnya." lanjutnya.

My Lecture My Husband-Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang