27

10.1K 597 62
                                    

"Biar aku aja yang nyetir, mas." kata Adelia.

"Kenapa emang?"

Mereka berdua berjalan ke tempat parkiran seraya bergandengan tangan. Devanno memegang erat tangan Adelia seolah jika ia melepasnya, istrinya itu akan pergi meninggalkannya.

"Ya ngga apa-apa. Aku udah lama ngga nyetir. Anggap aja, ini hadiah karena aku udah selesai ujian."

Devanno lantas menggeleng. "Hadiah aku udah ada dirumah."

Adelia menoleh kaget. "Dirumah? Apa tuh? Jangan bilang cucian baju?"

Tawa renyah Devanno terdengar saat Adelia bicara itu. "Kok tau sih? Udah pinter ya istriku sekarang.." katanya mencubit pipi Adelia gemas.

Sesampainya dirumah, El langsung berlari ke kamarnya karena ingin segera bermain setelah seharian berpisah.

"Kak, cuci tangan dulu dong!" titah Adelia.

"Iya mamam."

Selanjutnya El langsung berlari ke wastafel dan mencuci tangannya dengan benar. Hal yang lalu di ajarkan sejak dini oleh Adelia serta Devanno.

"Aku tidurin Al dulu ya. Kasian udah bobo." kata Devanno yang sedang menggendong Ariella yang sudah tertidur pulas itu.

Adelia mengangguk. "Aku buatin teh ya?"

"Ngga usah sayang." jawab Devanno. "Sini deket ke aku deh. Aku bisikin."

Sontak Adelia mendekatkan wajahnya ke arah Devanno. Lalu tiba-tiba pria itu menekuk sedikit lututnya, kemudian mengecup pipi Adelia sekilas.

"Aku cuma butuh itu." kata Devanno yang langsung berjalan santai.

Beberapa saat kemudian, Adelia sedang membuatkan makan malam untuk suami dan anak-anaknya. Ia sibuk mengaduk nasi goreng permintaan Devanno serta El.

"Lama banget. Aku laper.." ucap Devanno manja seraya memeluk Adelia dari belakang.

"Sebentar lagi juga mateng sayang." katanya mengusap pipi Devanno lembut dengan satu tangannya.

"Meluk kamu tuh bikin aku tenang banget deh, Ya." kata Devanno mempererat pelukannya sambil sesekali mengecup pipi Adelia.

"Halah gombal banget."

"Serius tau. Kalo lagi banyak pikiran, aku pasti pengennya meluk kamu." kata Devanno beralih mengambil piring.

"Berarti peluk aku kalo ada maunya doang dong?"

"Iyalah." candanya yang membuat Adelia mendecak kesal.

"Tolong ambilin mangkok nasi dong mas. Tinggi banget kayanya deh."

"Kamunya aja yang pendek, ratuku."

"Dih sombong. Mentang-mentang tinggi."

"Mamaaamm.. Adik pup!! Bau!!" teriak El dari kamarnya.

"Biar aku aja, yaang. Kamu masak aja." kata Devanno yang langsung beranjak ke kamar Ariella.

Adelia patut bersyukur karena memiliki suami seperti Devanno yang sering sekali membantunya mengurus anak-anak dan juga pekerjaan rumah lainnya. Banyak sekali lelaki diluar sana yang enggan melakukan apa yang Devanno lakukan. Contohnya adalah saat Ariella atau Elvanno buang air besar. Jika Adelia sedang sibuk, pasti Devanno turun tangan membersihkan semuanya.

"Mamam.. Kata ayah, ayah sayang sama mamam." ucap El.

"Eh? Siapa yang bilang?"

"Ayah! Katanya kakak suruh bilang ke mamam."

Adelia terkekeh dibuatnya. "Sempet-sempetnya ngegombal." gumam Adelia. "Kakak makan yuk? Nasi gorengnya udah jadi. Cuci tangan, terus ke meja makan." titah Adelia ke El.

"No. Aku ngga mau makan. Aku kenyang."

"Kakak... Ayo makan sama ayah." Devanno muncul menggendong Ariella yang sudah bersih.

"Aku ngga laper. Aku mau main."

"Kakak! Ayah bilang apa? Ngga mau nurut sama ayah?" Devanno bicara dengan sedikit tegas.

"Ayah..."

"Ya terserah kakak ya. Kalo ngga nurut sama ayah, jangan salahin ayah kalo kakak ngga akan ayah kasih mainan lagi." kata Devanno. "Kakak dari siang belum makan kata oma. Tadi alesan ngga ada ayah, sekarang apalagi?! Makan sama ayah, ya nak? Kakak kan pinter. Masa anak pinter seneng kalo ayahnya marah?"

Awalnya sedih, El akhirnya tersenyum lalu mengangguk. "Iya. El mau makan."

"Gitu dong. Itu baru anak ayah." kata Devanno mengacak gemas rambut El. "Terus princess-nya ayah makan apa nih, Mam?"

Ariella tersenyum memperlihatkan giginya.

"Adik makan buah aja. Tadi udah makan duluan."

"Wah buah. Ayah minta boleh ya?"

"Endaakk...."

"Kakak boleh ngga?" tanya El.

Ariella mengangguk memperbolehkan.

"Lho? Kakak boleh, ayah kok ngga boleh? Ayah gigit ya adik?"

Devanno berpura-pura ingin menggigit Ariella yang membuatnya tertawa. Ditambah El yang mencoba melindungi adiknya sambil tertawa.

Malam hari, seperti biasa Devanno serta Adelia menyempatkan untuk 'pillow talk' membicarakan harinya sejak pagi hingga saat ini.

"Aku ngerasa lega banget kalo udah ujian semester tuh. Beban kayanya plong gitu." kata Adelia seakan membesar-besarkan.

"Lebay banget."

"Serius mas. Apalagi ada dosen nyebelin banget yang kalo ngasih tugas banyaaaakk banget." sindir Adelia.

"Siapa? Aku?"

"Oh ngerasa?" canda Adelia seraya tertawa.

"Eh iya, aku punya hadiah buat kamu." Devanno mengambil sebuah amplop dari atas meja, lalu memberikan kepada Adelia.

"Apa nih?"

"Buka aja bawel."

Ketika Adelia membuka amplop itu, ternyata isinya adalah dua buah tiket ke Thailand. Hal itu membuat Adelia menoleh karena terkejut.

"Kita bulan madu lagi ya?"

"Berdua aja?"

Devanno membuang nafasnya kasar. "Aku udah ngeduga kamu bakal nanya itu." katanya. "Namanya aja bulan madu, Adelia. Masa iya sama anak-anak?!"

"Terus selama kita pergi, anak-anak sama siapa?"

"Sama orang tua kita lah. Aku pengen nikmatin waktu berdua sama kamu. Mau kan?"

Setelah menimbang, akhirnya Adelia mengangguk seraya tersenyum.

"Terpaksa ngga?"

"Enggak mas sayang. Makasih ya." katanya memeluk erat Devanno.

"Aku janji lain kali, kita bakal ajak anak-anak buat berlibur bareng. Tapi buat sekarang, aku pengen kamu cuma punya aku. Aku pengen kasih sayang kamu ngga kebagi sama anak-anak, beberapa hari aja. Aku kangen kamu yang sayang full ke aku, Ya."

Adelia melepas pelukannya, lalu menatap Devanno. "Emang sekarang ngga full?"

"Enggaklah. Kamu lebih mentingin El sama Al dari pada aku." jawab Devanno manja yang tak sengaja memanyunkan bibirnya.

"Uuhh.. Manja banget sih suami aku nih.."

"Ck! Pokoknya aku mau, kamu cuma urusin aku selama bulan madu nanti. Aku juga mau kamu istirahat sebentar sama aktifitas harian kamu. Aku yakin sebenernya kamu capek, tapi kamu bertahan. Jadi, biarin aku berusaha buat bikin kamu bahagia. Hm?"

Adelia mengangguk serta tersenyum. "Makasih ya mas." Pelukan hangat diberikan lagi oleh Adelia.

"Aku sayang kamu, Ya."

"Aku juga sayang mas Devan."

Tbc.

Atau

Tamat (?)

My Lecture My Husband-Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang