14. Menyelidiki Detha

11.7K 509 3
                                    


Reana mengerjapkan matanya dan menyesuaikan pengelihatannya dengan cahaya yang ada pada Kamarnya. Ia mengalihkan tatapannya ke arah kanan, tepat sebuah lengan yang memeluk pinggang Reana posesif berasal.

Sesaat Reana tersenyum samar dan dengan perlahan memindahkan lengan itu. Reana menyibakkan selimutnya dan beranjak dari tempat tidur.

Ia kembali membenarkan selimut pada badan suaminya. Saat tangannya menarik selimut untuk menyelimuti bagian atas tubuh Detha, sebuah tangan mencekal lengan Reana yang membuat Reana menghentikan kegiatannya.

Saat itu pula, Detha membuka matanya yang disusul oleh kuluman senyum pada sudut bibirnya untuk sang istri. Reana hanya membalas senyuman itu, lalu duduk ditepian tempat tidur dengan menghadap ke arah headbad. Detha menggerakkan tubuhnya untuk menelusupkan wajahnya pada perut datar Reana.

"Ayo bangun dong. Masa masih males sih? Kamu udah jadi suami loh" kata Reana seraya mengelus lembut kepala bagian belakang Detha.

"Yaa.. harus dimales-malesin lah, biar bisa dimanjain sama istri kayak gini, nihh" ucap Detha.

"Terus masa harus kayak gini Mulu sih? Ayo dong, kamu harus bangun pokoknya" kata Reana.

"Masih ngantuk sayang.. tunggu lima belas menit lagi deh" tawar Detha sembari menelusupkan lebih dalam wajahnya pada perut datar Reana.

"Detha.. kok jadi nawar-nawar gini sih? Aku kan suruh kamu bangun, habis itu mandi, terus sarapan" ucap Reana.

"Kapan ada Detha kecil disini?" Gumam Detha sembari mengecup perut Reana yang terbalut piyama tanpa mengindahkan ucapan Reana yang menyuruhnya untuk bangun.

Reana yang masih dapat mendengar gumaman Detha hanya diam, ia akan menjawab pun masih ragu. Mungkin suatu saat nanti, akan ada saatnya Detha junior berkembang di dalam perut Reana.

"Suatu saat nanti" bisik Reana.

"Ayo, bangun dong.. sekarang mandi terus sarapan" lanjut Reana.

"Mandi? Mau mandi bareng? Ayo!!" Ucap Detha sembari menatap Reana yang bermaksud untuk menggoda istrinya. Seketika Reana membelalakkan matanya dan melepaskan perutnya dari Detha.

"K-kok mandi bareng?" Tanya Reana gelagapan.

"Lah.. kamu kan yang suruh aku mandi, terus kamu juga belum mandi, kan? Ya udah mandi bareng aja" ucap Detha dengan mimik polosnya.

Plak,

Satu tamparan mendarat pada lengan Detha.

"Aww... Kok malah ditampar sih? Sakit tau, Re" omel Detha sembari mengusap-usap lengannya yang terasa sedikit sakit, tapi dilebih-lebihkan oleh Detha.

"Aduh.. sakit ya? Makanya, jangan main-main mulu, serius dikit aja bisa, kan?!" Kini giliran Reana yang mengomel seraya mengelus lengan Detha yang ia tampar tadi.

"Tapi enak kok. Kan bisa dimanja terus-terusan kayak gini" ucap Detha sembari mencoel hidung Reana, lalu berlari menuju kamar mandi.

"Aku mandi duluan, istri!!!" Seru Detha saat baru saja berada di dalam kamar mandi.

Reana hanya mengukir senyum pada sudut bibirnya. Ia yakin, pasti pipinya saat ini sudah memunculkan rona merah. Huhhh... Detha memang hobi menggoda akhir-akhir ini, pikir Reana.

*****

Reana menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Ia segera menuju kantornya dan memulai aktifitasnya kembali.

"Selamat pagi ibu bos" sapa Zara yang dibalas senyum oleh Reana.

"Hari ini tidak ada jadwal apapun, Bu" ucap Anis memberitahu.

"Hanya beberapa berkas yang perlu tanda tangan ibu" imbuh Zara. Reana hanya mengangguk paham.

Drtt drttt...

Sebuah notifikasi pesan masuk dan memunculkan nama sang pengirim pesan. Reana segera membaca notifikasi tersebut, karena berasal dari Detha, suaminya.

Husband💙
Sayang, hari ini aku pulangnya agak telat, yaa.

Wife❤️
Kenapa pulang telat?


Husband💙
Ada meeting, sayang.

Wife❤️
Kalo aku ikut, gimana? Kan apa salahnya aku temenin kamu?

Detha tak membalas notif pesan dari Reana. Melainkan ia menghembuskan nafas gusar dan memijat keningnya. Ia bingung, ia tak tahu harus membalas notif Reana dengan kalimat apa. Karena lagi dan lagi ancaman dari perempuan tidak tahu malu itu memaksa Detha untuk menemaninya dinner malam ini.

Kalau ia menolak permintaan Reana, ia yakin istrinya pasti akan kecewa. Namun, kalau sampai Reana ikut dan tahu, Detha tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Detha memerosotkan tubuhnya pada bangku khas CEO-nya. Ia tidak tahu harus bagaimana sampai akhirnya ia memutuskan untuk tidak memberitahu Reana.

Di sisi lain, Reana mendengus kesal. Detha sama sekali tidak menjawab pesannya. Dipikirannya terlintas beberapa pertanyaan. Ia takut Detha akan melakukan hal yang sama sekali seharusnya tak dipikirkan oleh Reana. Hingga sebuah ide muncul pada pikirannya, untuk pergi menyelidiki dan mengikuti Detha.

Reana segera beranjak menuju mobilnya dan segera menuju kantor Detha. Setelah tiba pada sebuah tempat yang cukup berjarak dengan kantor detha.

Ia tetap fokus pada loby gedung tempat dimana perusahaan Detha berdiri dan pada saat hari beranjak menuju sore hari, ia melihat sepasang makhluk berjalan dari kantor Detha.

Perempuan itu? Jadi ini semua alasan kenapa Detha pulang lebih larut? Hanya untuk pergi sama perempuan itu? -bhatin Reana.

"Akeysa..." Desis Reana tajam.


TBC

Gmn nih yg bagian ini? Semoga suka ya💛 tunggu terus kelanjutan kisah Detha dan Reana 😍

Stay tuned 💛

Vote and comment 😉

Ttp dirumah aja man-teman 😙

Love semuaaaa ❤️

SUAMIKU(End')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang