08. Perubahan

14.1K 581 4
                                        


Reana mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang menerangi kamarnya dan menyusup memasuki retina matanya. Ia mendudukkan tubuhnya dari posisi tertidur. Kepalanya terasa pusing dan sedikit perih pada perutnya, itu membuat Reana mual. Ia berusaha menuju kamar mandi dan memaksakan diri untuk membersihkan tubuhnya.

Reana menuruni anak tangga dengan perlahan, lalu menuju dapur dengan pakaian santainya. Dengan kondisinya yang kurang baik, itu tidak memungkinkan Reana untuk memasak apalagi pergi ke kantor.

"Bi, tolong buatin Detha sarapan, ya" pinta Reana dengan lemas.

"Oh, iya non, nanti bibi yang buatkan. Tapi, ini... Non Reana kenapa atuh, kok lemas begitu? Non Reana sakit?" Tanya Bi Titin cemas.

"Aku nggak papa kok, Bi. Paling cuma butuh istirahat... Kalo gitu aku pamit ke kamar dulu ya, Bi" pamit Reana.

"Non teh gak mau sarapan dulu?" Tanya Bi Titin sebelum Reana berlalu.

"Nanti aja deh, Bi" jawab Reana dan segera beranjak.

Reana masuk ke kamarnya, ia merebahkan kembali tubuhnya pada tempat tidur dan jadilah ia memejamkan matanya.

Di sisi lain, Detha keluar dari kamarnya, lengkap dengan kemeja dan jas kantor yang bergantung pada lengannya. Eitss... Jangan kalian pikir kalau Detha menggunakan jas yang kemarin ia letakkan di sofa, tidak! Bukan seorang Detha namanya, jika ia menggunakan pakaian kantor yang kemarin.

"Bi, Reana udah bangun?" Tanya Detha setelah sampai di samping meja makan. Ia melampirkan jas kerjanya pada salah satu sandaran kursi meja makan.

"Tadi sih sudah bangun, Den"

"Udah sarapan?" Tanya Detha lagi.

" Belum tuh, Den. Tadi bibi tawarin sarapan... Tapi Non Reana malah bilangnya "nanti". Bibi teh takut Non Reana sakit... Soalnya tadi kayak lemas gitu, Den" jelas Bi Titin.

Tanpa pikir panjang, Detha bergegas menuju kamar Reana dan masuk kedalamnya. Reana yang merasa pintunya dibuka sama sekali tidak menghiraukan. Matanya sangat berat untuk dibuka. Detha menyapukan pandangannya dan matanya terkunci pada nampan yang ada di nakas Reana, nampan yang kemarin Detha bawa.

Oh... Jadi Lo lemes gara-gara Lo gak makan makanan yang gua bawain kemarin, segitu marahnya Lo sama gua sampe-sampe makan pun Lo gak mau?  -bhatin Detha.

"Re..." Panggil Detha saat sampai di samping tempat tidur Reana dan menyentuh kening Reana dengan perlahan untuk memeriksa suhu tubuh Reana.

Sedikit panas, itulah yang tangan Detha rasakan saat menempelkan tangannya pada kening Reana. Ia beranjak keluar dari kamar Reana sembari melipat lengan kemeja kerjanya hingga sampai siku.

Tak berapa lama, Detha kembali muncul dengan membawa sebuah baskom kecil lengkap dengan handuk kecil untuk mengompres kening Reana.

Detha duduk pada tepian tempat tidur Reana, dengan telaten ia mengompres kening Reana. Terlintas rasa bersalah pada benak Detha.

Saat itu pula, Reana mengubah posisi tidurnya dari membelakangi Detha menjadi menghadap ke arah Detha. Tanpa Detha sadari, ia mengulum senyum saat menatap wajah Reana yang tertidur.

"Maafin aku, Re. Aku belum bisa jadi suami yang baik buat kamu. Bukan karena aku nggak mau buka hati... Aku udah berusaha, sampe sekarang pun aku masih berusaha buat cinta sama kamu dan mungkin... Di detik ini aku udah cinta sama kamu. Aku janji, aku bakalan jelasin semuanya... Tapi gak sekarang, aku belum siap buat lihat kamu sakit lebih dari ini, aku belum siap buat kehilangan kamu, Re" ucap Detha lembut.

Cup,

Deg,

Tubuh Reana menegang seketika, Reana tidak tidur sepenuhnya. Ia hanya memejamkan matanya. Benda kenyal terasa menempel pada keningnya dan itu adalah bibir milik suaminya, Detha.

Jantung Reana tidak terkontrol saat mendengar kata-kata Detha. Penjelasan apa yang suaminya maksudkan itu?

Detha menarik selimut Reana yang tadinya hanya menyelimuti hingga lutut, kini menyelimuti tubuh Reana hingga sampai pinggang.

Setelah itu, Detha duduk bersandar pada sandaran tempat tidur Reana dengan tangan kirinya yang mengelus lembut surai Reana.

****

Perut Reana seakan bertambah perih, perlahan mata gadis itu terbuka dan manik matanya langsung bertemu dengan wajah Detha saat ia menyapukan pandangannya. Detha yang menyadari ada pergerakan dari Reana perlahan membuka mata.

"Re, Lo udah bangun? Badan Lo ga enak gitu ya? Kepala Lo pusing, sakit atau apa?" Tanya Detha bertubi-tubi.

Reana berusaha mendudukkan tubuhnya yang dibantu oleh Detha. Sesaat Reana memejamkan matanya seraya memegangi perutnya. Ingin rasanya Reana meringis untuk sedikit menghilangkan rasa perih pada perutnya yang kian bertambah.

"Re, perut Lo sakit?" Tanya Detha yang dibalas diam oleh Reana.

Perasaan pas aku tidur Detha gunainnya aku-kamu, terus kenapa sekarang malah lo-gue? Gengsian nih cowok, sama kayak gue -bhatin Reana.

Perut Reana semakin bertambah perih dan mual. Sedetik kemudian, Reana berlari menuju wastafel pada kamar mandinya. Dengan sedikit membungkuk dan memegangi perutnya Reana berlari dan berdiri di depan wastafel kamar mandi.

"Huwekkk.... Huwekkk"



TBC

Reana knp tuh man-teman? Yuk baca bagian selanjutnya😉 mwehehehe...

Double update again? Okelah, tapi seperti biasa yaaa... Aku uploadnya nanti malam😉

Gmn" bagian ini? Smga suka ya🤗
Trs bca bagian" selanjutnya ya man-teman 😚

Stay tuned 💛

Vote and comment!

Ttp dirumah aja man-teman!!

Love semuaaaa ❤️

SUAMIKU(End')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang