03

335 54 37
                                    

Ketujuh teman Jisung menatap makamnya sendu. Bukan hanya mereka bertujuh, tetapi semua orang di sana menatap makam itu sedih, terlebih kedua orang tuanya.

Tetapi di luar makam sana, ada seseorang berpakaian hitam tertutup, sedang menatap mereka dengan tatapan puas.

"Jisung... Seharusnya waktu itu gue ga marah sama lo, harusnya gue tenangin dulu diri lo biar bisa menjawab pertanyaan sialan itu." Lirih Hyunjin, tepat di sebelah makan Jisung.

Semua orang yang datang ke pemakaman Jisung sudah pulang, kecuali anggota Stray Kids.

Jeongin yang berada tepat di sebelah Hyunjin, masih bisa mendengar lirihannya, "kak, jangan salahin diri sendiri. Kakak sendiri kan yang dulu bilang jangan suka nyalahin diri sendirii.." Tutur Jeongin.

Hyunjin menghembuskan napas kasar, "maaf.."

"Kalian, pulang yuk? Udah sore nih." Ajak Bangchan. Ia sedih, sangat sedih, karena telah kehilangan salah satu adik kesayangannya. Tapi sebagai ketua, ia harus tegar.

Para anggota mengangguk lemas, satu-persatu beranjak meninggalkan makam dan yang terakhir pergi adalah Minho.

Dia menatap lekat dulu makam Jisung, "Tenang di sana ya, Sung. Kakak bakal kangen? hehe."

Selepas itu, ia menyusul teman-temannya yang lain. Yang sudah agak jauh dari makan tersebut.

◽️◽️◽️

Mereka bertujuh berpencar, ada yang langsung ke rumah, ada yang jalan-jalan dulu untuk menghilangkan rasa sedih, ada juga yang ke restoran, ya buat makan. Ya masa cuma buat numpang boker, kan tidak aestethic.

Garing vngke.

Karena lapar, Felix memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Kebetulah ada restoran yang tak jauh dari makam. Jadi dia makan di sana, ditemani oleh Minho.

"Lix,"

Felix yang awalnya mau menyuapi makanan ke mulutnya tidak jadi, sebab Minho yang tiba-tiba memanggil namanya.

"Kenapa, kak?"

Minho terlihat ragu untuk bertanya, tetapi karena terlalu penasaran, ya sudah bertanya. Daripada nanti malah kesumbat di hati, ya, kan.

"Anu-- kok lo ga nangis?" Tanya Minho gugup.

Felix mengangkat salah satu alisnya, "emang harus banget ya buat nangis?" Tanya Felix dengan nada sewot (?)

Minho menggeleng cepat, "bukan gitu, Lix, tapi ya aneh aja. Dia temen lu lho, terus kan kalian termasuk yang paling deket. Tapi lo ga nangis, rasanya aneh aja gitu."

Felix menghela napas kasar, "bukan maksud gue, gue ga sedih. Gue sedih banget.. Sebenernya gue pengen nangis, tapi gue tahan, gue ga mau kak Chan makin pusing karena kita semua nangis. Gue juga mau bantu dia, karena dia pasti pengen nangis juga tapi ga bisa." Jelas Felix.

Tapi, yang namanya Minho, jika dijelaskan sekali tidak akan cukup. Otaknya suka tidak mudeng, harus dijelaskan beberapa kali, baru dia bisa mengerti.

Felix mengerti akan hal itu, jadi dia kembali berbicara, "ya intinya, gue juga pingin nangis, tapi ga bisa. Udah itu aja."

Minho mengangguk mengerti, tapi di lubuk hati terdalamnya merasa ada suatu hal yang aneh. Entah lah, dia curiga dengan Felix. Tapi masalahnya curiga kenapa?

Lagipula tak mungkin juga jika bot itu adalah salah satu dari mereka. Dia memberi pesan saat mereka berdelapan, jadi tak mungkin kan jika "dia" adalah mereka?

"Tapi.. Itu beneran alesan lo kan? Ga cuma bualan doang?"

"Hhhhh.. Iya kak, kakak kok jadi ga percayaan sama gue lagi?" Felix jengah lama-lama dengan Minho.

"O--ok.."

Minho berusaha untuk percaya. Tapi tak tau saja dia, jika Felix nanti malam pasti akan menangisi soal kematian Jisung. Karena rutinitas Felix adalah menangis sebelum tidur.













"Gue curiga."



TBC





Update terossss, maap kalo membosankan. :<

Aku bakal update lagi lusa ya, akwkwk. Sapa tau kalian bosen gt, aku update teros hehe.






Truth or Dare || Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang