10

235 46 41
                                    

Jeongin berjalan riang seperti anak kecil dengan mulut yang sedari tadi menyanyikan lagu yang random.

"Di sini Senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang, aye! Lalalalalala lalalalal~~"

"SYALALAA YA YA KHOTET, SYALALA YA YA KHOTET SYALALLA YA YA KHOTET INTERNETAN AJAA~ ASOY MANG~"

Mungkin karena Felix dan Jisung sudah meninggal, kesintingan mereka jadi berpindah ke Jeongin kali, ya. Tapi jika dipikir-pikir memang benar. Sejak kematian Jisung dan Felix, Jeongin bukannya berubah menjadi serius dan pendiam seperti Hyunjin, tapi malah berubah menjadi lebih sinting dari sebelumnya.

Entahlah mengapa.

"E-eh?" Jeongin mendadak berhenti, lalu cepat-cepat bersembunyi di belakang tong sampah.

Ia menyipitkan matanya "Itu bukannya kak Seungmin sama kak Minho, ya?" Terawangnya dari kejauhan.

Lalu benar saja, setelah diteliti lagi, mereka benar Seungmin dan Minho. Mereka berdua terlihat sedang membicarakan sesuatu. Tapi tentunya tak akan bisa terdengar oleh Jeongin, karena mereka jauh.

"Bukannya mereka jarang akur, ya? Kok ini tiba-tiba akur gitu, sih?"

Saat ia masih fokus mengintip dan berusaha mendengar percakapan, tahu-tahu ada kecoa yang keluar dari tong sampah. Karena terkejut, Jeongin mendorong tong sampah tersebut sampai terjatuh dan mengeluarkan isinya.

Brak!

Suara benda jatuh tersebut sontak mengundang keingin tahuan kedua orang yang sedang mengobrol itu. Mereka berdua mengerutkan dahi, karena tak ada siapa-siapa di sana. Ah, mungkin disebabkan oleh kucing, menurut mereka.

Lho, Jeongin kemana? Selepas tak sengaja menjatuhkan tong sampah, Jeongin langsung nelompat ke got di pinggir jalan, beruntung got itu sedang kering. Jadi Jeongin tidak ketahuan, deh.





Setelah dirasa mereka berdua sudah pergi, barulah Jeongin keluar dari tempat persembunyian. Ia memijat pundaknya yang terasa pegal. Karena cukup lama dia berada di bawah sana.

"Gue harus bahas ini sama kak Changbin."

Jeongin berlari, pergi menuju rumah Changbin, yang tak lain orang yang sudah ia percayai untuk memecahkan siapa sebenarnya orang di balik bot tersebut.

◽️◽️◽️

Bangchan sedang asik menulis lagu. Tapi kegiatan itu terhenti akibat ia tiba-tiba teringat lagi akan kecelakaan yang menimpa temannya saat 2 tahun yang lalu.

Ia menggeleng rusuh, berusaha tidak memikirkannya lagi. Tapi nihil, memori itu terus-menerus berputar di benaknya.

"Hhh, bodoh!" Gertak Bangchan sambil menendang meja di depannya.

Ia menyenderkan tubuhnya di punggung kursi yang kini ia duduki, memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri.

"Gue kangen lo,"

"Lo sekarang di mana? Lo udah baikan, kan? Semoga aja udah.."

"Maafin gue, maaf, gue ga bermaksud. Gue jahat. Iya gue jahat, maaf.."

Oceh demi ocehan keluar dari mulutnya. Mau sampai kapan pun itu, perasaan bersalah kepadanya akan selalu bersemayam di hati rapuh seorang Bangchan.

Alih-alih menjadi tenang, malah tragedi maut itu kembali berputar di kepalanya.

Benar-benar kecelakaan maut, yang bahkan sampai membuat kemacetan parah.

Kecelakaan yang disebabkan oleh dirinya yang sengaja merusak mesin mobil agar mobil tak bekerja dengan baik ketika temannya mengenderai mobil itu.

◽️◽️◽️

"Woy, siluman kanebo. Lu ngapain mondar-mandir ga jelas kayak setrika, sih? Capek gue ngeliatnya daritadi."

Yang disebut siluman kanebo pun melonjak, "ganteng gini dibilang kanebo, njay!"

"Ya terus, ada masalah apa?"

"Gue hampir ketauan elah, kesel tau ga, kak? Kapan sih kita mulai aksi baru lagi?"

"Tunggu mereka kumpul."

"Kalo ga kumpul-kumpul?"

"Ya, tunggu mereka kumpul."

"Hhh.. Iya deh iya."

"Tenang, gue udah siapin rencana bagus kok. Jadi lu tinggal tunggu tanggal mainnya aja."

Dua pasang manik bertemu, cukup lama sebelum akhirnya mereka saling menyunggingkan senyum jahat.

"Ay ay kapten!"

TBC

Next nda?

Truth or Dare || Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang