11

222 46 37
                                    

Full side Changbin~

Happy reading~

-    -    -

Changbin menghirup udara sejuk dalam-dalam. Rasanya sangat segar walaupun hanya sebatas bernapas lega seperti ini. Mungkin karena lumpuh, Changbin jadi banyak menghabiskan waktu di rumah saja, keluar hanya jika ada perlu yang penting.

Tapi karena rasa bosan sudah sangat amat besar, Changbin akhirnya memutuskan keluar untuk sekedar berjalan-jalan. Tak perduli dengan pandangan orang sekitar yang ada menatapnya iba dan tidak sedikit juga yang menatapnya jijik. Yang menatapnya jijik kebanyakan adalah manusia tanpa adab.

Sudah sekitar 35 menit ia mengelilingi komplek rumahnya. Langit yang cerah tiba-tiba mendung, awan ingin menangis. Changbin yang juga mulai lelah pun memutuskan untuk pulang.

Ia memutar balik kursi rodanya dan bergegas ke rumahnya, sebelum hujan turun. Tapi, ya namanya Changbin sekarang, kini tak bisa cepat seperti dulu lagi. Changbin mendumel sebal.

"Ihh kok gue bodoh banget, sih? Mana ga bawa jas hujan pulaa!" Gerutunya seraya melihat langit yang semakin mendung.

Mau tak mau Changbin harus mengeluarkan tenaga ekstranya. Dengan sekuat tenaga ia memutarkan roda kursi, yang membuat kursi itu berjalan lumayan cepat. Changbin lelah, sungguh, tapi daripada kehujanan, kan?

Tapi kemudian ia tersentak kaget. Kursi rodanya seakan berjalan sendiri tanpa dia gerakan. Buru-buru Changbin berbalik dan betapa terkejutnya dia.

"Wo--Wooyoung?!" Jeritnya kaget.

Orang yang dimaksud oleh Changbin tersenyum, "halo, Bin. Udah lama ga ketemu, hehe.." Ujarnya sambil tetap mendorong kursi roda Changbin.

"Sejak kapan lo balik? Misi lo di Malaysia udah selesai?" Tanya Changbin masih dengan keadaan syok.

"Udah dong,"

"Ocang, dia di mana?"

"Dia ada di apartnya, kok, lagi asik rebahan. Kasian dia, sebulan berturut-turut kurang tidur."

"Dia sendirian aja?" Tanya Changbin lagi.

"Engga, dia ditemenin sama temennya yang lebih muda dari dia." Jawab Wooyoung.

Changbin ber-oh-ria serta mengangguk sebagai tanda mengerti, kemudian kembali melihat ke depan.

"Bin, gue sakit hati."

Changbin mengernyit, "sakit hati kenapa?" Tanyanya tanpa berbalik.

"Gue sakit hati ngeliat lu begini. Kok bisa, sih, lo duduk di kursi roda kayak gini? Kenapa ga pernah bilang ke gue sama Yeosang?"

Bukannya menjawab pertanyaan Wooyoung, Changbin malah membahas topik lain.

"Eh tau ga, gue kangen dapet misi-misi kayak dulu lagi, lho."

"Serius, Bin." Kata Wooyoung dengan penekanan dengan raut wajahnya yang menjadi lebih serius dari sebelumnya.

Changbin menunduk, "Maaf.. Gue cuma ga mau bikin kalian khawatir di saat kalian kerja, lagian ini baru-baru, kok."

Wooyoung menghela napas kasar, "kebiasaan lo, mah. Ga pernah berubah dari dulu. Kerjaannya akting mulu."

Changbin cengengesan tapi setengah takut juga, soalnya wajah Wooyoung masih terlihat serius.

"Ya maap."

"Terus ini ga sampe lumpuhkan? Cuma sementara ya, kan?" Changbin menggeleng lesu.

"Sayangnya, gue lumpuh."

Seketika terdengar gertakan kaget Wooyoung dari belakang.

"ANJIR, SERIUS LO? BANGSAT, SAPA SIH YANG NGELAKUIN? SPILL SINI SPILL.. Nanti gue langsung datengin dia terus ngehajar. Mantep dah bela diri gue makin jago!"

Bukannya terharu karena temannya ini terlihat khawatir dan syok dengan keadaanya, Changbin malah mengusap kedua telinganya dengan wajah kesal (?).

"Kuping gue bisa budeg nih, lama-lama," ucap Changbin yang mendapatkan cengiran tak bersalah dari Wooyoung.

"Tapi bener deh, siapa yang ngelakuin ini ke lu?"

"Bot.." Jawab Changbin pelan.

Tapi masih bisa didengar oleh Wooyoung, "Oh," balas Wooyoung singkat.

Tetapi kemudian ia tersenyum remeh, "Bot sialan emang." Ujarnya santai.

Changbin melihat Wooyoung cepat, "lu tau bot itu??" Wooyoung mengangguk enteng.

"Dari manaa??"

"Ya, tau dari polisi yang lain, lah, dari mana lagi cobaa?? Ya masa dari anak konda, kan ga lucu."

"Ohh.. Btw anak konda anaknya siapa, mas?"

"Itu noh, anaknya bu Amanda Manopo. Ibu sekseh gang sebelah itu lho.."

"Widih, ga tau gue.."

"Yeu, parah lu, kudetnya kebangetan.... NAPA MALAH CANDA WOY?!"

changbin tertawa keras, temannya itu lucu sekali menurutnya.. Eh entah dianya saja yang humornya terlalu rendah, ya?

"Gapapa, biar ga terlalu serius," jawab Changbin di tengah tertawanya.

"Sa ae lo."

Mendadak hening. Awan pun tak jadi mengeluarkan isinya. Sepertinya karena mereka melihat Wooyoung dan Changbin yang sedang bercanda, mereka jadi ikut ceria kembali.

"Kelakuan bot itu ga parah, kan?"

"Dia udah ngebuat dua temen gue meninggal, Young. Jisung sama Felix," Jawab Changbin lirih, tersirat sebuah kesedihan kembali.

Mendengar korban yang meninggal, Wooyoung ikut sedih, tapi di sisi lain rasanya ingin tertawa. Tapi tentu saja ia tahan.

"Gue takut permainan ToD dari bot itu makin parah." Lanjut Changbin.

Namun Wooyoung malah tersenyum, semacam senyum bangga.

"Tenang, Bin. Bentar lagi selesai kok, gue yakin. Masalah itu bakal diselesaiin sama seseorang-- ah gak, dua orang." Ujar Wooyoung tenang.

"Young, kok lu tau banget tentang ini?"

"Eh--ya kan gue udah bilang dari intel sama polisi lain."

"Terus seseorang itu siapa?"

Wooyoung tersenyum, senyum yang Changbin sendiri tak tahu apa maknanya, "rahasia~ nanti lo juga tau. Atau ga, bisa kok lu tanya ke salah satu temen Stray Kids lo, tapi jangan sampe salah orang."

Changbin menatap Wooyoung yang sedang melihat ke arah depan lama.













Haruskah Changbin curiga kepada Wooyoung juga?

















"Lah, mereka udah balik ke Indonesia? Ga bisa dibiarin nih, harus gue bilangin ke ayah."

TBC

Latar tempat cerita ini di Indonesia wankawan.

Btw, kok aku ikutan pusing, ya.. :''<

Truth or Dare || Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang