Chapter 10

10.9K 1.3K 13
                                    

Dream's dorm

Seminggu sudah terlewat dari hari mereka melakukan comeback, dan seminggu pula Jeno memasang wajah murung. Jaemin sudah tak tahu harus melakukan apa, sedangkan ia saat ini tengah dilanda rumor kencan. Tapi setidaknya semua member paham apa yang membuat Jeno memasang wajah murungnya, padahal seminggu lalu dia baru saja kena marah dan pendisiplinan dari Leon.

"Jeno" namja tampan bermata sipit itu kini mengalihkan pandangannya dari laptop kepada Haechan yang berdiri di depan pintu kamarnya. Renjun sedang ada jadwal siaran radio. Chenle dan Jisung sedang pergi ke rumah Chenle, dan Jaemin istirahat di kamar. Comeback mereka kali ini benar-benar menguras tenaga.

"Apa?" Haechan mendekat dan duduk di sebelah Jeno.

"Kau mau sampai kapan memasang wajah murung begitu?" Tanya Haechan setelah ia duduk.

"Entahlah, aku sedang pusing sekarang." Haechan menghela nafas.

"Tidak hanya kau saja yang pusing dan lelah saat ini. Mungkin Jaemin lebih dari itu dan sekarang sahabat tercintanya ikutan pasang wajah murung." Jeno menghentikan jemarinya yang sejak tadi menari di atas keyboard.

Perkataan Haechan memang benar. Jeno sadar akan itu, harusnya ia memang menjaga Jaemin, memberinya semangat padanya, tapi sekarang dia malah memasang wajah murung. Kondisi Dream meski sedang comeback, suasananya tidak cukup bagus.

"Aku akan menemuinya nanti" Haechan mengangguk.

"Aku hanya merindukan Jaemin yang ceria" ujar Haechan pelan. Jeno hanya diam tak merespon, jemarinya kembali kepada keyboard.

"Chan, ajak Jaemin makan, aku akan menyusul setelah ini." Haechan mengangguk dan pergi ke kamar Jaemin-Jisung.

Mata Jeno kembali fokus pada layar laptopnya. Dia memang ada komputer, tapi komputer miliknya adalah data publik, siapa saja bisa meretasnya, langkah aman yang diambil Jeno adalah membeli laptop dan menmproteksinya.

Di layar laptopnya muncul banyak data mengenai jumlah perusahaan yang melakukan korupsi besar-besaran, yang memberi dampak kerugian besar pada masyarakat juga. Tidak hanya list perusahaan, namun data jumlah uang yang dikorupsi dan juga wajah orang-orang perusahaan ada disana.

"Aku memang butuh Lysie sekarang." Dengan segera Jeno mengirim semua list data itu pada e-mail khusus milik Jaemin, setelahnya dia menghapus semua data itu, tanpa meninggalkan jejak satu pun.

Di ruang makan, Haechan dan Jaemin nampak asyik mengobrol. Jeno yang melihat Jaemin tersenyum dan tertawa merasakan kelegaan yang luar biasa. Si surai biru itu nampak cantik kala ekspresi bahagia terpancar dari wajahnya. Dengan langkah santai Jeno mendekati keduanya. Jaemin mendongak dan tersenyum menatap sosok sahabat tercintanya itu.

"Xander" Jeno mengusak sayang surai biru Jaemin. Haechan tersenyum melihat interaksi keduanya.

"Chenle dan Jisung belum kembali?" Tanya Jeno pada kedua namja manis di hadapannya.

"Belum, mungkin saat makan malam nanti." Jeno mengangguk saja. Hingga matanya menangkap jendela di belakang Jaemin.

"Lysie, kau merasakannya?" Jaemin mengangguk pelan.

"Haechan, hitungan ketiga langsung menunduk ya." Haechan tak paham dengan perkataan Jaemin.

"Maksu- WAAAA!"

PRANG!

Jeno yang duduk disebelah Haechan tadi menarik tubuh Haechan ke bawah meja bersamanya, sedangkan Jaemin langsung menjatuhkan diri ke samping.

Mata Haechan membulat kaget saat melihat kaca jendela dorm berlubang.

"Sialan!" Umpat Jaemin reflek. Jeno berdiri dari posisinya.

"Mereka memulai serangan langsung lagi." Jeno membantu Haechan berdiri.

"Chan, mian" lirih Jaemin. Sudah tiga membernya yang ikut terlibat.

"Xander, aku serahkan diri saja bagaimana?" Jeno dan Haechan serempak menoleh pada Jaemin.

"Kau bodoh, Lysie?" Lysander atau Jaemin itu kini meneteskan air matanya.

"Aku harus apa?! JOHNNY HYUNG, RENJUN DAN SEKARANG HAECHAN, BESOK MAU SIAPA LAGI, HAH?!" Jeno mendekati Jaemin yang tengah dilanda perasaan cemas yang besar.

"Tapi tidak dengan menyerahkanmu, Lysie sayang. Apa kau mau menyia-nyiakan semua perjuanganku dan yang lain untuk tetap menjaga janji pada ayahmu, agar kau tetap hidup?" Jeno meraih Jaemin dan memeluknya.

"Aku tak akan pernah mengizinkanmu untuk menyerahkan diri. Bukankah kau sudah janji akan selalu hidup?" Tangis Jaemin pecah saat itu juga.

"Hiks... Yang lain juga kena, Xander, yang lain... Hiks hyung ... Dongsaeng... Hiks" Jeno mengeratkan pelukannya dan mengusap lembut punggung Jaemin. Si manis bersurai biru hanya bisa memasrahkan diri pada pelukan sahabat sehidup sematinya.

"Apa yang harus kulakukan, Xander?" Lirih Jaemin disela isakannya.

"Bukan kau, tapi kita. Kita akan menyelesaikan ini bersama-sama." Bisik Jeno. Dia mengusap kepala Jaemin lembut, membuai si manis. Hingga tak lama tubuh Jaemin merosot, namun Jeno segera menangkapnya.

"Jaemin!" Pekik Haechan kaget. Namun Jeno memberinya tanda untuk diam.

"Dia hanya tidur, aku akan membawanya ke kamar. Haechan, menjauhlah dari jendela dan tutup tirainya." Haechan mengangguk dan segera melakukan apa yang Jeno minta. Sedangkan si namja tampan bermata sipit itu kini tengah merebahkan sahabatnya di kasur secara perlahan.

"Aku janji, kita akan menyelesaikan ini segera." Bisik Jeno sebelum akhirnya dia mencium kening Jaemin.

"Istirahatlah"
.
.
.
-tbc-

*Mendadak feelku hilang waktu tau Nana kena rumor kencan. Yahh tapi apapun itu tetap harus didukung kan? Nana jadi lebih diam kalo aku lihat, atau mungkin aku aja yg berlebihan? Hhhh~ Nana-yaa~

*Oke, tinggalkan komen dan votenya. Sankyuuu~

*Maafkan jika ada typo bertebaran.

[NOMIN] The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang