Chapter 12

9.5K 1.2K 6
                                    

Dream's dorm

Semua member sontak langsung mundur dari Jeno dan Jaemin. Mereka bergerak teratur ke belakang dua namja tersebut.

"Jadi? Semalam? Aku?" Taeyong tak tahu harus apa, jika dia tau itu bom, dia tak akan mengambilnya.

Baik Jeno dan Jaemin mengamati bom tersebut. Detonatornya sudah berjalan, tetapi melihatnya Jaemin dan Jeno yakin ini akan meledak nanti malam, tepat pukul 12.

"Xander! Ini C4!" Mata Jeno membulat mendengarnya. Dengan gerakan cepat Jeno pergi ke kamar dan mengambil jaket.

"Berikan padaku Lysie! Sekarang!" Jaemin segera menutup tas itu dan secara perlahan mengangkatnya.

"Aku izin sampai besok!" Jeno segera berlari keluar. Jaemin segera mengambil ponselnya dan menghubungi Leon. Member lain cemas bukan main.

"Jaem, apa Jeno akan baik-baik saja?" Tanya Jungwoo khawatir. Jaemin menatap pintu yang terbuka dan mengangguk pelan.

"Dia ahlinya, saat ini yang bisa kita lakukan adalah berdoa akan keselamatannya." Jawab Jaemin.

"C4? Apa itu?" Tanya Chenle bingung.

"C4 adalah salah satu jenis bom yang digunakan oleh militer atau pasukan khusus untuk meledakkan sebuah bangunan, sering digunakan untuk urusan militer." Mereka mengangguk paham.

"C4 setidaknya stabil, bom itu tak akan mudah meledak hanya karena gesekan atau benturan. Tapi yang membuatku khawatir, meski di sana ada detonator, aku takut jika itu juga bisa diledakan dari jauh." Rasa cemas yang tadi hilang kini kembali naik.

"Apa bisa dijinakkan, Jaem?" Tanya Doyoung cemas.

"Aku tidak tahu hyung, aku tak punya pengalaman dalam menjinakkan bom, aku hanya tau jenisnya saja. Jeno yang lebih berpengalaman." Jawab Jaemin.

"Jika bom itu untuk menghancurkan bangunan, jangan bilang kalau itu-" mata Jaemin membulat kaget. Jemarinya mengepal erat. Satu hal yang Jaemin tangkap, mereka berniat membunuh semua member NCT bersamaku.

"Tak bisa dimaafkan" desis Jaemin. Tubuh Jaemin merosot, membuat Yuta disebelahnya kaget dan segera menangkapnya.

"Jaemin?"

"Hyungggg~ hiks maafkan aku....semua karenaku hiks maafkan aku" Jaemin mulai menangis sembari menutup wajahnya. Yuta segera memeluk Jaemin dan berusaha menenangkannya.

"Sshhhht~ jangan menangis. Ini bukan salahmu, bukan salahmu." Bisik Yuta.

"Tapi.. tapi.. karenaku.. karena aku disini hiks karena aku disini dan mereka mengincarku.. aku.. kalian.. luka.." Taeyong meminta Yuta segera menenangkan Jaemin yang semakin kacau.

"Jaemin sudah hey!" Yuta berusaha menyadarkan Jaemin dari racauannya.

"Tidak ada yang salah disini, yang bersalah hanya mereka, jangan salahkan dirimu, kumohon berhentilah kau membuatku ikut sedih." Lirih Yuta.

"Nana sudah jangan menangis" Haechan dan Renjun mendekati Jaemin dan ikut menenangkannya. Tangisan Jaemin pecah saat itu juga. Member lain pun berusaha ikut menenangkan Jaemin. Jeno tak ada bersama mereka saat ini, hanya dia yang bisa menenangkan Jaemin.

Di tempat lain, Jeno dan Leon juga beberapa orang dari Archambault berusaha menjinakkan bomnya. Tapi baru lima belas menit, Leon menghentikkan mereka.

"Daripada dijinakkan, kita biarkan ini meledak. Kita biarkan meledak di area lapang terbuka yang jauh dari pemukiman penduduk." Ujar Leon.

"Kau yakin?" Tanya Jeno. Leon mengangguk.

"Menjinakkannya memakan waktu lama. Berikan saja ini pada kami, dan kembalilah ke tempat Lysie, dia jauh lebih membutuhkanmu sekarang." Xander atau Jeno itu pun mengangguk.

"Baiklah, aku pergi dulu. Thanks Leon." Leon tersenyum dan mengangguk. Selepas Jeno pergi, Leon dan anak buahnya segera pergi ke tempat terjauh dari Seoul, atau jika tidak nanti mereka akan minta tolong pada militer Korea.
.
.
.
Dream's dorm

Sesampainya di dorm, Jeno melihat hyung dan dongsaengnya menghela nafas mereka.

"Ada apa?" Tanya Jeno pada mereka.

"Baru menenangkan bayi besar." Jawab Taeil.

"Hah? Maksudnya?" Tanyanya tak mengerti.

"Jaemin menangis sejak kau pergi tadi, Jeno." Jawab Haechan kesal karena Jeno yang tak paham juga.

"Oh, lalu dia dimana sekarang?" Jisung menunjuk pintu kamar.

"Jaehyun hyung masih di dalam." Jeno mengangguk dan mendekati kamar Jisung.

"Bomnya?" Tanya Johnny.

"Diurus Leon" jawab Jeno sebelum masuk ke dalam kamar.

Masuknya Jeno membuat Jaehyun undur diri dari sana.

"Tidak perlu keluar hyung, aku ingin melihatnya sebentar sebelum pergi lagi." Langkah Jaehyun terhenti dan berbalik menatap Jeno.

"Kau mau pergi ke mana?" Jeno tak menjawab namun langkah kakinya menuju tas yang ada di pojok ruangan. Sebuah map coklat ia keluarkan.

" 'Memburu tikus', jadi tolong jaga Jaemin. Katakan padanya jika aku sedang memburu tikus, dia akan paham nanti." Jaehyun mengangguk. Tangan Jeno mengambil Desert Eagle milik Jaemin.

"Aku titip Jaemin dulu ya hyung, aku kembali saat makan malam nanti." Jaehyun mengangguk.

"Kembalilah tanpa luka, Jen." Jeno mengangguk. Namja tampan bermata sipit itu pergi setelah mencium kening Lysander kesayangannya.

Jeno keluar kamar Jaemin dan pergi ke kamarnya sendiri untuk bersiap. Dia sudah menghubungi Louis dan Gerald untuk membantunya 'berburu tikus' hari ini. Jaemin sudah mengumpulkan bukti lain selama seminggu ini, disela jadwal yang padat. Kini giliran Jeno yang bekerja.

Jeno keluar kamar setelah memastikan semuanya telah lengkap. Louis bilang dia sudah ada di bawah. Jeno segera beranjak pergi. Dengan setelan hitam dari atas hingga bawah.

"Jeno mau kemana?" Tanya Mark.

" 'Berburu tikus', aku akan kembali saat makan malam." Setelahnya Jeno pergi dari dorm, menemui Louis dan Gerald yang telah menunggunya.

"Ayo"

Dan perburuan dimulai.
.
.
.
-TBC-

*aku ada satu cerita lagi tapi bakal aku publish kalau ini dan To Love udah selesai. To Love selesainya masih lama. Kalau The Secret ini cuma sampe 20 chapter aja, sama satu bonus chapter.
*Terimakasih untuk yg sudah vote, tolong tinggalkan vote dan commentnya juga ya kali ini. Sankyuuu~

[NOMIN] The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang