Chapter 21 (End)

13.9K 1.2K 317
                                    

Sapporo, Jepang

"PUAS KAU HUANG RENJUN?!" amuk Jeno sembari mendekap tubuh bersimbah darah Jaemin. Semua member yang pakaiannya telah lusuh itu kini tengah menangis.

"J-Jeno-ya i-itu bukan J-Jaemin, kan?" Tanya Ten terbata. Jeno semakin mendekap erat tubuh kaku Jaemin. Menangis meraung memanggil nama sang terkasih. Di sisi lain, Renjun terduduk lemas melihat sosok manis bersurai biru yang kini tubuhnya telah kaku.

"J-Jaemin hyung...?" Panggil Jisung lirih. Maknae bertubuh tinggi itu menatap syok dan tak percaya. Dalam semalam ia kehilangan hyung manisnya, hyung yang paling menyayanginya.

Yuta tak bisa berkata apapun. Perasaan tak enaknya benar-benar terjadi. Dia kehilangan dongsaeng dengan senyum paling manisnya. Haechan sudah didekap Johnny dan meraung kencang, memanggil nama sang sahabat. Taeyong meremat kaos yang ia kenakan. Wajahnya sudah penuh dengan air mata, dia menggigit kuat bibirnya menahan isakan agar tak lolos.

"Ne, katakan padaku ini bohong? Pasti Jaemin sedang bercanda, kan? KATAKAN PADAKU!" Jaehyun jatuh terduduk di samping tubuh Jeno yang masih mendekap Jaemin. Namja sipit itu tak peduli pakaiannya kotor dengan darah.

"Taeyong hyung, Jaemin hyung pasti sedang bercanda kan? Jaemin hyung pasti sekarang sedang menahan tawanya kan? Hyung katakan padaku jika itu bukan Jaemin hyungku, katakan padaku jika Jaemin hyungku hanya bercanda. Jaemin hyungku masih hidup kan?" Taeyong segera memeluk maknaenya yang terguncang. Kepala Jisung menggeleng-geleng kuat. Menolak fakta yang terpampang nyata di depannya.

"Jaemin-ah" Mark melangkah pelan mendekati Jeno. Air matanya sudah keluar sejak tadi. Mark duduk di sebelah Jeno. Tangannya dengan bergetar menyentuh surai biru Jaemin yang kini telah ternoda darah. Mengusap sayang dan penuh kasih.

"Jaemin-ah? Apa kau tidur? Ne, bangunlah jika kau memang hanya tertidur" bisik Mark namun masih bisa didengar yang lain. Dengan rasa sesak yang menghantam relung hatinya, Mark menarik dan menghembuskan nafasnya, menahan isakannya. Dia mengepalkan tangannya kuat.

"Jaemin-ah, hyung tak tahu kau akan dengar ini atau tidak, tapi, hyung ingin mengucapkan terima kasih padamu. Hyung-" PUK Yuta menepuk pundak Mark. Namja Canada itu bisa melihat Yuta yang wajahnya telah basah. Namja berdarah Jepang itu memintanya untuk diam lewat tatapan matanya.

"Jeno-ya, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" Tanya Yuta pelan. Jeno diam dan menggeleng.

"Aku mungkin...berhenti dari...NCT" Yuta tak terkejut dengan jawaban itu. Member lain menatap terkejut.

"Jeno-ya?" Jeno mendongak menatap yang lain.

"Alasanku bertahan di NCT sudah tidak ada, yang bisa kulakukan sekarang adalah berhenti, mimpiku ikut pergi bersama Jaemin." mereka bisa melihat tatapan putus asa dan sedih yang begitu dalam di mata Jeno.

"Kau akan bawa kemana Jaemin?" Tanya Yuta lagi.

"Inggris, akan aku makamkan di sebelah makam keluarganya" jawab Jeno. Yuta mengangguk.

"Keluargaku di sini bisa membantu mengkremasi Jaemin, lalu kau tinggal membawanya ke Inggris dan mengebumikannya." Jeno menatap Yuta.

"Aku sedih Jeno, sama dengan yang lain. Tapi, aku berpikir rasional saja. Saat ini Jaemin pun pasti telah bahagia bertemu dengan keluarganya kembali, tak perlu lagi menjadi buron. Ne, Jaemin-ah" mata Yuta beralih pada sosok kaku Jaemin.

"Jaemin-ah, hyung akan memenuhi janji hyung padamu, kau bisa pergi dengan tenang, tak perlu risau pada kami, kami akan baik-baik saja. Lagipula hyung yakin, kau akan baik-baik saja di sana. Selamat ting- ah bukan, tapi, sampai jumpa lagi, Jaemin-ah, cinta dan kasih hyung selalu menyertaimu." Yuta mendekatakan dirinya dan mencium kening Jaemin.

[NOMIN] The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang