Chapter 13

9.4K 1.2K 37
                                    

Dorm

Jaemin celingukan mencari keberadaan Jeno. Saat ia bangun, dia hanya menemukan sosok Jaehyun dan Johnny yang tengah berbincang di samping kasurnya.

"Jeno kemana, Chan?" Tanya Jaemin saat melihat Haechan tengah menata meja makan bersama Renjun.

"Berburu tikus katanya" jawab Haechan, agak ragu. Mata Jaemin membulat, dia segera masuk kembali ke dalam kamar dan menggeledah tasnya. Dan benar saja, file dalam amplop coklatnya juga Desert Eagle miliknya tak ada.

"Sialan! Dia kerja sendiri!" Desis Jaemin kesal. Dia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Jeno, namun tak ada balasan. Tahu usahanya sia-sia, Jaemin meraih ponselnya dan menghubungi Leon, namun hal yang sama ia dapat. Karena sebal, akhirnya pilihan terakhirnya jatuh pada Tuan Archambault, ayah Jeno juga ayahnya.

"Halo?"

"Hi, Lysie, ada apa?"

"Dad, Xander apa bersamamu?"

"Tidak"

"Benarkah? Ya Tuhan dia benar-benar pergi sendiri"

"Bukankah sudah biasa dia pergi sendiri? Kenapa kau begitu cemas, Lysie?"

"Kan ini tugas kami berdua, Dad!"

Terdengar tawa dari seberang, dan Jaemin yang merengut mendengar tawa tersebut.

"Dear Lysie, tugasmu sudah selesai, bagianmu adalah melengkapi informasi, dan Xander yang bekerja di lapangan. Misi kalian kali ini adalah itu. Paham?"

"Aku khawatir padanya"

"Aku tahu sayang, tapi berhentilah cemas, dia bukan anak kemarin sore"

"Tapi-"

"Lysie, tunggu saja dia di dorm, dia akan pulang dengan selamat, kalaupun luka pasti hanya luka gores seperti biasa atau luka pukul."

"Baiklah"

"Jangan lemas begitu, kau tenang saja, dia membawa Louis dan Gerald, mereka berdua akan menjaga Xander."

"Yes Dad"

"Gunakan waktu ini untuk istirahat, aku tahu kau lelah karena rumor yang menyerangmu saat ini."

"Sorry Dad"

"I know, Lysie. Take your time, love you"

"Love you too Dad, sampaikan salamku pada Mom."

"Of course, Dear"

Jaemin mematikan sambungan teleponnya. Dia duduk di ranjangnya dan terdiam merenung.

"Lysie" namja manis itu mendongak dan mendapati Mark berdiri di depan pintu kamarnya.

"Aneh rasanya jika member lain memanggilku dengan nama itu, panggil Jaemin atau Nana saja hyung" ujar si surai biru. Mark tertawa geli dan mengangguk.

"Ayo makan, Jeno tak akan suka jika melihatmu tidak makan." Jaemin mengangguk dan pergi keluar kamar.

Makan malam itu rasanya begitu ramai. Dorm yang biasanya sudah ramai, makin ramai karena bertambahnya jumlah orang.

"Jangan ambil punyaku, Yuta hyung!" Protes si maknae saat hyungnya yang berdarah Jepang dengan jahil mengambil lauknya.

"Sudah terlanjur kumakan, Jisung-ah" Yuta mengerling jahil pada Jisung.

"Taeyong hyung~" rengek si maknae. Taeyong hanya bisa menghembuskan nafas lelah melihat kelakukan membernya.

"Yuta-ya" tegurnya, Yuta hanya tertawa, namun dia memberikan lauknya pada Jisung sebagai ganti. Dia tak sejahat itu pada adik-adiknya.

"Jaemin, makan sayurnya!" Tegur Renjun, tangan si namja mungil dari China itu sudah berada di pinggang dan matanya mendelik pada si manis bersurai biru. Bibir Jaemin sudah mengerucut.

"Tidak mau! Tak suka sayur, Renjun!" Renjun berusaha sabar.

"Biasanya kau tak pilih pilih makanan, Jaem." Ujar Doyoung yang melihat tingkah keduanya.

"Hari ini aku sedang tak ada mood makan sayur, aku tak mau makan sayur pokoknya!" Renjun mengurut dadanya sabar.

"Terserahmulah, kalau Jeno tahu kau tidak memakan sayurnya maka-"

"Kau tidak makan sayur, Lysie?"

Uhuk uhuk

Semua member tersedak makanan saat mendapati sosok Jeno yang sudah ada di mereka.

"YAK! MUNCULAH DENGAN NORMAL!" amuk Haechan. Jeno nyengir lalu matanya fokus lagi pada Jaemin.

"Tidak mau makan sayur!" Jeno melepas topinya dan menyisir rambutnya ke belakang.

"Baiklah, tak ada macaroon, es krim, cheese cake, cupcake, dan coffee selama sebulan" Jeno mengatakannya dengan santai lalu pergi ke kamar, hendak mengganti pakaian. Mengabaikan Jaemin yang sudah melotot tak percaya.

"AKU MAKAN SAYURNYA!" Jaemin dengan kesal memakan sayurnya. Dia terpaksa, daripada dia dijauhkan dari semua makanan kesukaannya, apalagi kopi. Jeno terkekeh geli mendengarnya. Member lain geleng kepala melihatnya. Renjun menyeringai.

"Ahh~ jadi itu kelemahanmu, sayang?" Goda Renjun, Jaemin mendelik sebal.

"Diam, Njun!" Gerutunya. Renjun tertawa geli melihat Jaemin yang merengut.
.
.
Saat ini mereka semua sedang menonton tv di ruang tengah dorm Dream. Para hyung enggan meninggalkan adik-adik mereka saat ini.

"Kenapa harus horor sih?!" Gerutu Jisung. Dia kan penakut, bisa-bisa dia tak tidur malam nanti.

"Eyyy~ apa si maknae ini penakut?" Goda Jungwoo. Jisung memalingkan wajahnya.

"Jisung-ah, nanti kau tidur sendiri ya, hyung mau tidur sama Jaemin nanti" Jeno dengan jahilnya mengatakan itu, padahal dia tahu maknaenya ini begitu penakut.

"Mwo?! Shireooooo Hyung kalau mau tidur dengan Jaemin hyung, Renjun hyung tidur denganku, ne ne ne?" Mohon Jisung.

"Eyyy~ shireooyooooo~" Renjun menolak sembari memeluk Taeil.

"Hyuuuunggg~" rengek Jisung.

"Bukannya kau maknae pemberani, Jisung-ah?" Tanya Johnny menggoda maknaenya.

"HYUUUNGGGGGG!" tawa mereka meledak seketika. Puas mengerjai maknae mereka.

"Jisung-ah, nanti jika tidur hati-hati kalau ada yang memelukmu dari belakang."

"TAEYONG HYUNG!"
.
.
Malam menjelang, para hyung kembali ke dorm mereka, karena tak mungkin mereka menginap semua di sana. Haechan dan Mark ikut kembali ke dorm 127, Chenle se kamar dengan Jisung-Jaemin. Tapi malam itu, Jeno dan Jaemin masih duduk di ruang tengah.

"Bahumu terluka, kan?" Jeno tersenyum dan mengangguk.

"Louis sudah mengobatinya, hanya luka gores dari peluru. Penembaknya amatir." Jaemin menghela nafas.

"Lain kali pamitlah padaku jika mendapat misi seperti ini lagi. Kau membuatku cemas." Jeno memeluk Jaemin dari samping dan mengangguk.

"Akan kulakukan lain kali, maafkan aku hari ini, oke?" Jaemin mengangguk.

"Kau tak mengantuk?" Tanya Jeno sembari memainkan rambut biru Jaemin.

"Aku sudah banyak tidur, bagaimana denganmu, harusnya kau lelah kan?" Jeno mengangguk.

"Lelah sekali." Gumamnya. Jaemin meraih tangan Jeno yang bermain di rambutnya lalu mencium tangan itu.

"Xander, aku mencintaimu, dan kau tahu itu, kan?" Jeno atau Xander itu tersenyum dan mengangguk.

"I know, because I love you too, more than you know, Lysie." Jaemin menyamankan dirinya dalam pelukan Jeno.

"Oh aku baru ingat" Jaemin mendongak.

"Mereka sudah benar-benar bergerak terang-terangan. We need to be more careful."

"They want to die"
.
.
.
-tbc-

[NOMIN] The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang