Chapter 6

11.2K 1.4K 27
                                    

NCT 127's Dorm

"JANGAN BERCANDA!" Doyoung dan Ten berteriak bersamaan, member lain meringis pelan mendengar teriakan keduanya.

"Aku tak bercanda, Doyoung, Ten, kami berdua memang nyaris mati." Taeil dan Jeno yang baru kembali juga ikut terkejut mendengar perkataan Johnny. Jeno segera menatap Jaemin yang kini menangis tanpa suara dan sedang Kun tenangkan. Dengan pelan Jeno mendekati Jaemin dan menepuk pundak Kun.

"Biar aku saja hyung." Kun nampak ragu, apalagi Jaemin dan Jeno baru saja bertengkar. Tepatnya Jaemin yang melampiaskan emosi pada Jeno.

"Ceritakan!" desak Yuta. Johnny menghela nafas.

"Selesai kami bersepeda kami memutuskan untuk pergi ke supermarket membeli pesanan kalian tadi, di dalam sana awalnya tak terjadi apapun, sekeluarnya dari sana, tiba-tiba terdengar suara tembakan dan kaca yang berada tepat di belakangku pecah. Jaemin segera menarikku pergi tanpa bicara, saat kami ada di gang yang tak jauh dari supermarket itu, aku menghubungi manager hyung agar segera datang menjemput kami. Aku tidak tahu jika sejak kami berlari ternyata Jaemin menghubungi Jeno berkali-kali. Namun selang beberapa menit setelah aku menghubungi manager hyung, Jaemin sekali lagi menarikku dan membawaku pergi dari gang tersebut. Saat itu aku tak tahu situasi apa yang aku alami, tapi firasatku hanya berkata agar aku menuruti apa saja yang Jaemin katakan." cerita Johnny, Jeno yang mendengarnya merasa bersalah.

'Mian, ini pasti membangkitkan trauma lamamu.' Jeno duduk di sebelah Jaemin dan mengusap kepala Jaemin lembut, namun di tepis si empunya. Jeno menghela nafas pelan, dia mendekatkan tubuhnya pada Jaemin, bibirnya berada di samping telinga Jaemin.

"Maafkan aku, aku salah karena mengabaikan telpon darimu hingga membuatmu seperti ini." masih diposisi yang sama, lengan Jeno perlahan melingkari pinggang ramping Jaemin.

"Aku tahu ini membangkitkan mimpi burukmu yang sudah lama kau pendam, aku minta maaf." Jaemin tak merespon apapun. Jeno mengusap pinggang samping Jaemin.

"Ceritakan padaku, hm?" ada jeda cukup lama, hingga akhirnya Jaemin merespon, masih diposisinya yang menenggelamkan wajahnya di lutut.

"Ada dua, satunya penyerang jarak dekat, satunya sniper. Mereka menembak tanpa ragu, bahkan mungkin sangat percaya diri. Aku takut, aku takut Johnny hyung terluka karena itu, aku panik. Aku tak membawa apapun untuk perlindungan diri. Aku menghubungimu berkali-kali tapi kau tak menjawab, aku sungguh ketakutan saat itu Jeno!" Jaemin mendongak, wajahnya merah penuh air mata, menatap Jeno.

Namja tampan bermata sipit itu merasa hatinya sakit melihat air mata dan tatapan ketakutan di mata Jaemin. Segera Jeno memeluk Jaemin dengan erat.

"Maafkan aku, maafkan aku." ucap Jeno berkali-kali, pelukannya pada tubuh Jaemin mengerat.

.

.

Dream's dorm

Malam setelah makan malam di dorm hyungline, 127, para member dream, Renjun, Jeno, Jaemin, Chenle, dan Jisung kembali ke dorm mereka sendiri.

Mereka dibuat bingung dengan sikap diamnya Jaemin. Tak biasanya namja manis itu terdiam, kecuali sedang lelah atau saat mencharger ulang energinya. Jeno yang tahu alasan dibalik diamnya Jaemin tak mengatakan apapun.

Belum sampai Jisung masuk kamar, Jeno menarik lengannya.

"Tidurlah di kamar Renjun dan bawa Chenle, kalian bisa gunakan kasurku, ada yang ingin kubicarakan dengan Jaemin berdua  malam ini." Jisung awalnya ingin menolak, dia tak mau berbagi tempat tidur dengan Chenle. Tapi melihat mata tajam hyungnya akhirnya dia menurut.

Renjun dibuat heran dengan kedatangan Chenle dan Jisung di kamarnya.

"Kenapa kalian kemari?" tanya Renjun heran.

"Jeno hyung yang minta, dia bilang ingin bicara dengan Jaemin hyung berdua." jelas Jisung. Renjun akhirnya mengangguk saja. Dia sejujurnya penasaran ada hubungan apa Jaemin dengan Jeno. Keduanya sangat misterius bagi Renjun. Tapi namja China itu tak mau ambil pusing, dia yakin, suatu saat nanti baik Jeno atau Jaemin akan bercerita sendiri kepadanya, kepada mereka.

"Cepat ganti pakaian dan tidur! aku tak mentolerir keberisikan jenis apapun!" titah Renjun pada dua maknaenya.

"Neee~"

.

.

Jisung-Jaemin room

Jeno mengusap kepala Jaemin, menenangkan namja manis yang masih nampak muram itu.

"Belum tenang, hm?" tanya Jeno dengan lembut.

"Sudah membaik, Maaf." Jeno menggeleng pelan. Dia usap sayang kepala Jaemin.

"Maafkan aku untuk hari ini, mataku terlalu lelah menatap ponsel, sehingga aku menganggurkan ponselku, aku sudah minta seseorang untuk mengikutimu dan John hyung tadi, tapi aku tak tahu kenapa keduanya masih bisa lolos dari pengawasan. Salah satu faktor kenapa aku mengabaikan ponselku karena aku sudah mengirim orang dan bisa tenang sejenak dari ponsel, namun nyatanya tidak. maafkan aku." Jaemin mengangguk pelan. Keheningan melanda mereka, namun mereka tak merasa canggung sama sekali, justru rasa tenang, aman, dan nyaman mereka rasakan.

"Jeno, aku ingat kau bicara soal kerjaan dan tikus, itu bagaimana?" tanya Jaemin baru ingat pembicaraan pagi mereka.

"Oh itu!" Jeno beranjak dari duduknya dan mendekati tasnya, lalu mengeluarkan dua buah kotak dan satu map coklat. Jaemin menerima ketiga benda itu dan terkejut saat membuka dua kotak sebelumnya.

"I-ini-?!" Jeno mengangguk.

"Dua senjata itu milikmu, sayang." ujar Jeno dengan ulasan senyum kecil.

"Gomawwoooo~ aku sudah menunggu ini!" pekik Jaemin senang, melupakan fakta bahwa dia baru saja menangis karena takut.

"Ini isinya apa?" Jeno mengode Jaemin untuk membukanya sendiri. Jaemin perlahan mengambil map itu lalu membukanya dengan perlahan.

"Omo! I-ini-?!" Jeno mengangguk.

"Tikus"

.

.

-tbc-

[NOMIN] The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang