[RS] See you again!

1.5K 242 191
                                    

"Neul, are you seriously? Pulang hari ini juga? Wah gila lo yah, udah gila, bobrok, gak bisa diem, savage, kejam, bar-bar, bacot terus memutuskan sepihak gitu aja mau pulang sekarang? Bandara tutup tau, pas tau lo mau balik ke Jepang, pesawat mendadak mogok semua, pilot nya mencret, langit macet, terus jalanan di aspal. Serius mau pulang sekarang?"

Jineul yang sedang mengemasi pakaiannya langsung membanting koper sampai barang-barang yang sudah ia kemas berhamburan kembali saat sebuah ocehan menyebalkan terdengar. Ia menatap kesal ke arah ambang pintu, di mana di sana ada Jae yang sedang bersandar pada kusen pintu sembari bersidekap dada. Sulung Kim itu tampak masih mengenakan pakaian kantor, lengkap dengan kemeja putih berdasi dan tuxedo hitam nya.  Sepertinya sengaja mampir dari tugas kantor hanya untuk menemui sejenak adik bungsunya yang katanya akan kembali ke Jepang siang ini.

"Abang mau aku tabok pake bakiak atau pake tangan?" Tawar Jineul sembari mengangkat kedua tangannya dan di tangan kirinya terdapat sebuah bakiak kayu, matanya menatap Jae datar pertanda jika emang memang sudah terlampau kesal. Bungsu Kim itu tampak serius menawarkan pilihan pada Jae dan membuat si sulung itu menelan ludah takut, karena pilihan apapun yang ia pilih tidak baik baginya.

"Marah-marah mulu lo. Anak lo udah empat loh, harus bisa jaga emosi. Seorang ibu adalah sekolah pertama anak-anaknya, jika lo terus-menerus emosian, anak-anak lo bisa merekam semua emosi lo di alam bawah sadar dan mereka nantinya bakalan gitu. Sabar, sabar." Ucap Jae. Ia melangkah masuk ke dalam kamar adiknya itu dan membantu memunguti baju-baju yang berserakan di lantai untuk dilipat dan dimasukkan kembali ke dalam koper.

"Hm—" balas Jineul singkat. Masih kesal perihal ucapan Jae yang agak memancing emosinya barusan.

"Gue sedih tau gak." Jae mendudukkan dirinya di samping Jineul yang sedang mengemasi barang-barang. Sulung Kim itu memperhatikan wajah sang adik dengan tahapan sendu tanpa dibuat-buat. Jineul terdiam lalu mendongak untuk menatap wajah Jae dengan ekspresi masa bodonya. "Gak nanya."

"Serius neul. Lo mau balik ke Jepang padahal waktu yang gue habiskan sama lo masih sedikit. Boleh gak gue egois kalo gue pingin lo terus bareng-bareng sama kita kayak dulu lagi? Gue tau kehidupan setelah menikah itu kita bakalan pisah tapi setidaknya kalau lo tinggal di sini, gue sering nengok lo." Ucap Jae sedih sembari menatap Jineul. "Ada beberapa faktor yang buat gue dulu gak ngerestuin lo sama Yuko, dek. Ini salah satunya. Buat ketemu atau bahkan ngumpul bareng pun, harus menunggu lama dan pas udah ngumpul itu gak lama. "

Gerakan Jineul melipat baju terhenti. Ia menegakkan tubuhnya dan menoleh ke arah Jae yang sekarang sedang menatap lantai. Bungsu Kim itu menghela nafas, merasa kurang nyaman dengan obrolan mereka dan suasana yang tercipta. Mereka sudah beberapa kali membicarakan ini dan Jae terus saja mengungkit hal yang sudah lalu, ditambah jika mereka ada di obrolan seperti ini, Jae selalu dalam mode serius tanpa bisa diajak bercanda.

"Bang—" ucapan Jineul terpotong saat tiba-tiba Jae mengangkat tangannya pertanda jika Jineul tidak boleh berbicara. "Iya gue tau, dek, gue egois. Udahlah terserah lo ke depannya mau gimana kan ini hidup lo juga. Tugas gue udah selesai semenjak lo nikah. Tapi, kalaupun ada masalah, gue terbuka sama lo kok. Dan gue berharap lo terus bahagia karena gue gak mau lo datang ke gue sambil nangis gara-gara masalah. Kelemahan gue dari dulu adalah lihat lo nangis."

Jineul berjongkok di hadapan Jae dan memegang kedua tangan kakaknya itu, ditatapnya Jae tepat di kedua matanya sembari sebuah senyuman menenangkan tercetak di wajah si bungsu itu. "Aku tau perasaan, abang. But, memang ini udah jalan nya. Bang, kalau aku bisa juga, aku milih buat tinggal di sini tapi sudah menjadi aturan jika anak perempuan setelah menikah adalah hak milik suaminya. Bang, aku harus nemenin mas Yuko kemanapun dia pergi. Dia suami ku, tanggungjawab ku sekarang. Aku tau Abang mungkin khawatir atau gimana, tapi, kita udah bicarakan hal ini dulu kan? Dan juga, Abang tenang aja. Aku bakalan bahagia seperti apa yang abang bilang, abang lupa kalau misalnya mas yuko macem-macem ada Jaena di garda terdepan?"

[✓] Genbrok!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang