지원: 04

2.8K 404 77
                                    

Jangan lupa vomment ya cintaku.
Karena vomment itu apa?

Yup.
Karena Vomment itu gratis.

Selamat membaca.


***

Seorang wanita dengan kulit lebih cerah dan dalam sekali lihat sudah kelihatan bahwa dia sangat merawat dirinya. Dia tengah duduk bersama dua orang dayang yang memijat bagian pundaknya.

"Selamat pagi, Selir Son."

Ji Won menunduk hormat bersama Hyojung di belakangnya. Son Songwan tersenyum sembari beranjak dari tempat tidur.

"Kakak, jangan sungkan seperti itu," Ji Won cukup terkejut dengan reaksi Selir Son. Senyumnya yang sangat bersahabat dan genggaman tangannya mengerat. Sepertinya hubungan mereka cukup dekat.

Son Seungwan duduk menghadap Ji Won dengan kedua tangannya menggenggam tangan wanita itu. Senyumnya masih terjaga apik.

"Kakak, tolong bantu aku menghilangkan beberapa luka."

Hyojung sudah tahu apa adegan selanjutnya. Kalau selir nya tidak hilang ingatan, pasti dia akan menolak mengunjungi kediaman selir Son apapun alasannya.

"Bukankah di istana ada tabib?"

Satu tangannya Ji Won gunakan untuk memegang kening Seungwan. Walaupun dia berkata untuk mendahulukan tabib, tapi nalurinya sebagai dokter membuat dia otomatis melakukan pemeriksaan.

"Suhu tubuhmu normal, sepertinya lukamu tidak parah. Boleh aku lihat?" Dia menelisik ke beberapa bagian tubuh Son Seungwan dan tidak melihat luka sama sekali disana.

"Disini," pantas saja Son Seungwan tidak ingin diperiksa oleh tabib, karena lukanya di area leher, sedikit ke arah dada dan bagian selangka.

Ji Won memajukan badannya, tangannya pun terulur untuk memegang beberapa titik yang berwarna biru keunguan.

Hening.
Sesaat fikiran Ji Won terasa kosong.

Kissmark! Hatinya merapal kata itu berulang kali, membuat fikirannya terus di lumpuhkan dengan kata itu.

"Kakak, apakah lukaku parah?"

"Tidak."

Ji Won masih belum sadar sepenuhnya. Kissmark yang cukup banyak, area-area yang diberikan pun sangat tepat. Pria yang melakukan ini adalah orang itu kan... Molla, molla! Ini bukan urusannya.

"Kalau seperti itu, obat apa yang bisa kakak berikan? Adik takut jika ini terlihat oleh orang lain." Son Seungwan terlihat sedikit murung, dari apa yang dia keluhkan dan bagaimana caranya dia berekspresi, Ji Won sedikit muak.

Boleh kan?

"Kakak, kenapa kakak diam lagi? Tolong beri adik obat. Eum... Selain obat memar boleh tidak berikan adik obat..." Son Seungwan menggantung bicaranya. Memberi isyarat agar Oh Ji Won mendekat.

Bodohnya Oh Ji Won, dia malah memajukan kepalanya seakan penasaran. Setelah mendengarnya, dia bersumpah bahwa perempuan ini salah satu yang bisa dia sebut dengan enemy.

JI WON, 1882 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang