지민: 14

2.1K 307 107
                                    

Ehm, intro dulu.
Haloooooo semuanya yang ada di seluruh nusantara kembali lagi ke @anapark_ story.

Sebelum lanjut, kita Highfive dulu gengs 🖐️


Bagaimana dengan part sebelumya? Udah bikin adem belum? Itu hidangan pembuka buat kalian 😭😭

Kalau kalian sudah pernah baca cerita aku, kalian pasti tahu kalau masalah di cerita ini ga akan se-simple itu. U know what a mean kan? 🙄🙄

Aku ga suka, bukan ga suka juga sih, maksudnya kurang nge-feel aja gitu kalau ceritanya adem-ayem damai sentosa.

So, Are u ready for this?


Vote dulu dah sebelum sebel, eh sebelum baca.

Kiss😘


***

Ji Won, 1882 | Ksg

"Oh Ji Won!"

"Oh Ji Won!"

Sepasang mata monolid Ji Won terbuka perlahan, menampakkan sosoknya yang lembut dengan senyuman yang khas. Dia meringis saat sekujur tubuhnya terasa nyeri.

"Sayang, akhirnya kau bangun juga."

Ji Won menangis sambil memeluk Yi Jimin dengan erat, seolah tak ingin berpisah sebagaimana mimpi buruknya. Mimpi ketika dia berada di suatu tempat yang tidak ada Jimin disana.

"Yi Jimin, aku mencintaimu." Ji Won melepaskan pelukannya kemudian menangkup kedua pipi prianya, "...Aku bermimpi kalau aku kehilanganmu. Aku takut sekali. Hiks," suaranya bergetar seiring dengan air matanya yang turun perlahan.

Yi Jimin tersenyum kemudian mengecup pucuk kepala Ji Won, "Aku juga mencintaimu, Oh Ji Won. Jangan takut, aku ada disini."

Rasanya damai sekali. Pelukan Yi Jimin adalah obat mujarab bagi kegelisahan Oh Ji Won. Dia merasa tenang dengan detak jantung yang perlahan normal. Bagaimanapun, mimpi kehilangan Yi Jimin adalah yang terburuk dalam hidupnya.

"Hyojung," Yi Jimin memanggil pelayan selir pertama untuk memerintahkan sesuatu.

"Hamba menerima perintah, yang mulia." Gadis itu maju beberapa langkah karena pangeran Yi Jimin yang memberinya sebuah isyarat.  Sebuah gesture  agar Hyojung mengikis jarak diantara keduanya.

Dari jarak sedekat ini, Hyojung dapat melihat Yi Jimin yang membaringkan selir pertama dengan sangat lembut. Perlahan hingga kepala selir Ji tepat berada di atas bantal. Satu kecupan pun  menutup aktivitas itu.

"Kau setelah ini pergilah menemui tabib dan katakan padanya bahwa selir pertama sudah sadar. Minta dia kemari untuk memeriksa," titah Yi yang mendapat sahutan dari Hyojung. Gadis itu kemudian menunduk mengantarkan kepergian pangeran pertama Yi Jimin keluar kamar.

Rasanya lega sekali. Hyojung hampir saja menangis melihat nonanya yang datang dalam keadaan pingsan kemarin sore. Walaupun pangeran tidak memberikan penjelasan sedikitpun --- ya, dia juga memang tidak berhak untuk itu, namun dari apa yang dia lihat nona baru saja mengalami kecelakaan. Mungkin kecelakaan waktu berburu? Entahlah, Hyojung juga tidak tahu, yang jelas sekarang nona nya sudah aman dan diperiksa hari itu juga oleh tabib kediaman pangeran pertama.

JI WON, 1882 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang