지민: 13

2.1K 297 47
                                    

Masih adakah yang melek jam segini?
Yang melek berarti ngga merem 🙄🙏

Untuk temen-temen yang udah baca dari part 1 harus vote yeah! 😎

***


Sebelumya di Ji Won, 1882 |Ksg, Ji Won dan ketiga pangeran serta selir ketiga dan selir kedua berburu. Esoknya, Seulgi dan Jimin mandi bersama di air terjun dan pada saat itu dia diberikan sebuah cincin pernikahan. Cincin yang memabwa Seulgi ke Jeoson, 1882.





Ji Won, 1882| Ksg

Satu tangan Ji Won menarik busur dengan kuat, lengan-lengannya memang sudah terlatih sejak dia menyukai boxing. Namun panah yang dia lepaskan melesat jauh dari sasaran. Ternyata kuat saja tidak cukup.


"Kenapa memanah sangat sulit? Menembak malah sebaliknya," gerutu Ji Won.

"Menembak?" Jimin yang bingung memiringkan kepalanya.

Seulgi salah bicara, dia sadar itu. Tapi apakah benar zaman ini belum ada pistol? Alamak, kunonya.

"Suatu alat yang mematikan, setiap akhir pekan aku--- ah, aku hanya mengigau. Yi, kemana buruan kita tadi?" Ji Won berusaha mengalihkan perhatian Jimin atas ucapannya. Dia celingak-celinguk melihat area sekitar barangkali bisa menemukan rusanya yang bersembunyi.

"Jika sungguh mematikan, Oh Ji Won kau jangan pernah menyentuh alat lagi. Ini perintah! Apa kau mengerti?" Jimin ternyata masih fokus pada alat berbahaya yang baru saja Seulgi ucapkan.

"Hmm... Baiklah. Kemana kita cari buruan selanjutnya?" Seulgi hanya tidak mau membahas perihal pistol. Dia takut keceplosan lagi.

"Coba kesana!" Seru Jimin, dia baru saja melihat kijang yang berlari kencang.

"Ok!"

Selain Diving dan boxing, Kang Seulgi menyukai menembak. Olahraga kegemarannya memang tidak ada yang feminim sedikitpun. Dia sangat menyukai tantangan. Itulah sebabnya dia tidak takut berkuda dan mencoba memanah seperti ini. Tapi memanah jauh lebih sulit dari yang dia bayangkan, sekedar kuat saja memang tidak terlalu berguna.

Jimin melajukan kudanya menuju sisi lain dari hutan belantara ini, sedikit lebih ke dalam dan tanpa dia sadari kijang bedebah itu menuntun mereka jauh dari lokasi semula.

"Jiwon, panahmu!" Oh Ji Won yang mendengar perintah Jimin langsung mengarahkan panahnya namun dia cukup kesulitan mengingat kijang yang dia bidik kembali bergerak.

Hap!

Jimin menangkap tangan Ji Won dan mengarahkan panahnya bersama. Nafas keduanya pun seirama menyesuaikan dengan hati-hati sebelum anak panah di lepaskan.

Syut!

Seulgi berteriak kegirangan namun disaat yang bersamaan Jimin mengaduh. Saat Seulgi menoleh pada pria yang berada dibelakanhnya, dia terkejut bukan main melihat lengan Yi Jimin yang mendapat goresan dengan luka terbuka.

"Ji--Jim, apa panahku mengenaimu?" Seulgi gugup bukan karena darah yang mengucur deras itu. Tentu saja bukan.  Dia gugup karena merasa bersalah telah melukai Yi Jimin dengan anak panahnya sendiri.

"Bu--bukan, jangan menangis." Jimin menggeleng, dia meringis sambil menutupi lukanya dengan satu tangan. Namun darah segar terus saja keluar dari sela jarinya. "Ka--kau bisa mengendarai kuda? Ada penyusup. Kita harus lari sekarang."

JI WON, 1882 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang