지원: 05

2.7K 436 61
                                    

Warning.

Selalu diingatkan kepada para bidadari yang sedang membaca cerita ini, untuk memberikan vomment.

Vote berguna, tentu saja.
Komentar untuk memberi semangat dan biar author nya tahu, bagian atau kalimat mana yang menarik pembaca. Atau --- kekurangan cerita terletak dimana, seberapa jauh kalian mendalami cerita, dll.

Check this out.

Ji Won, 1882|Ksg

Matahari bangkit dari persembunyiannya. Dengan gagah berani, dia mewarnai langit dengan gradasi sempurna, oranye gelap dan sedikit terang di atasnya.

Jeoson, 1988. Kediaman istana pangeran hampir sepi oleh penguasa istana.

"Ahgassi, anda sangat cantik hari ini," Hyojung menutup mulutnya merasa bersalah padahal Ji Won belum memberikan reaksi apa-apa. "Maksud hamba, ahgassi selalu cantik. Tapi hari ini lebih cantik."

Sebenarnya Hyojung tidak perlu merasa bersalah, Seulgi cukup rasional. Berbicara masalah kecantikan di wilayah pangeran pertama, dia bisa mengurutkannya dengan benar.

Peringkat pertama di raih oleh Permaisuri Shin. Sebagai wanita saja dia merasa wajah permaisuri sangat sempurna dengan bagian-bagian wajahnya yang proporsional. Satu lagi, rahang yang sedikit tajam membuat dia cukup pantas menjadi pemimpin para selir.

Peringkat kedua adalah Selir tingkat dua, Son Seungwan. Kulitnya yang seputih susu dan wajahnya yang sangat manis dengan senyumannya yang menawan. Kecantikannya yang alami sangat sulit dijelaskan.

Ketiga tentu saja selir tingkat satu,  Hwang Yenna. Dia kalah dari segi penampilan dari selir Son. Walaupun dia juga cantik tapi kurang menawan dan menarik perhatian.

Adapun selir tingkat tiga, Ji Won akan bertemu dengannya hari ini karena mereka bersama-sama dengan pangeran dan permaisuri untuk mengunjungi raja dan ratu di istana utama.

Hyojung membantu tuannya untuk keluar dari kediaman mereka. Langkah kaki tuannya sangat lambat, belum lagi eskpresi wajahnya yang sangat kaku menahan kesal.

Pasalnya, selir Ji mengeluh atas pakaian yang dia kenakan untuk perayaan hari ini. Terlalu panas, terlalu berat, terlalu panjang dan yang terakhir terlalu norak. Satu kata yang tak pernah di dengar oleh Hyojung sebelumnya. Tapi sesuai dengan situasinya, dia bisa menebak bahwa kata 'norak' juga memiliki makna yang sama. Makna yang menunjukkan bahwa pakaian yang Selir Ji kenakan sangat tidak disukainya.


Keduanya berjalan dengan perlahan karena Seulgi masih belum terbiasa dengan apa yang dia kenakan. Seandainya. Hanya seandainya Seulgi bisa me-request, saat ini dia ingin mengenakan kaos dan hotpants saja.

Membayangkan bahwa disana tidak ada AC membuat suhu tubuhnya lebih panas. Seulgi mendongak, apakah matahari akan kembali menyengat hari ini? Dia mohon tidak. Pakaian tebal ditambah matahari yang terik, Seulgi rasa dia akan menjadi pepes segera.

Sebuah tempat yang terlihat seperti pendopo menjadi akhir dari perjalanan mereka. Hyojung melepas genggamannya pada tangan Selir Ji kemudian mengajak tuannya itu untuk bergabung dengan para selir yang disertai pelayannya disana. Sedangkan tak jauh dari mereka ada pangeran dan permaisuri yang sudah bersiap memasuki kereta.

Batin Seulgi meronta, apakah dia akan pergi ke istana menggunakan kereta ini?

Bukan. Ini bukan kereta dengan kuda di depannya. Sangat tidak mirip dengan delman, kendaraan yang pernah dia lihat di berita. Kendaraan yang ada di salah satu negara bernama Indonesia.

JI WON, 1882 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang