지민: 15

1.9K 311 67
                                    

Gimana-gimana kalau tunggu vote ya sampe 85 baru aku nulis Ji Won lagi?

Call?
Oke call!

Kita ketemu di part 16 kalau udah 85 vote nya ya.
Biar nyantai dikit coy👀

Seperti biasa, don't forget to vomment my babeh💛




***
Ji Won, 1882 | Ksg

Hingar-bingar kota Seoul kembali menemani hari Seulgi. Ferrarinya tidak melaju seperti biasa, hanya merayap untuk melihat keindahan Gangnam.

Ada rindu disana. Hmp... Seulgi sendiri bingung. Apakah dia se-rindu itu pada Seoul sehingga berkeliling dengan mobil saja tidak cukup.

Ada rasa hening disana.

Matanya menangkap beberapa pasang muda-mudi yang tengah mambaca sembari bergurau. Ya, dr. Kang sudah berada di perpustakaan untuk bertemu dan membaca buku kesayangannya. Buku yang baru sudah dia intai sejak satu minggu yang lalu, berisi sebuah penelitian dari Stanford University tentang cancer.

Buk!

Dia menutupnya cepat kemudian menutup wajahnya sendiri dengan buku itu, debu pada buku akan mengenai wajahnya dan menimbulkan jerawat? Seulgi tidak peduli. Dia merasa bosan bahkan di perpustakaan.

Dia gila!

Perasaannya terlalu sepi sekarang. Menutup matanya merasakan keheningan yang teramat dalam.

"Seulgi?"

Dia mendengar namanya di panggil dan ternyata seroang perempuan berwajah mungil.

"Bae Yooa?" Gadis itu menyerngitkan keningnya, "Siapa? Aku?"

Tidak! Dia bukan! Seulgi menggeleng, "Cheonsa, itu kau ternyata."

"Hm... Aku sedang libur jadi kemari. Kau sendiri? Bukankah kau dinas sekarang? Kepala rumah sakit benar-benar baik padamu ya?" Jelas-jelas itu sebuah penghinaan. Cheonsa membungkusnya dengan kalimat pujian.

"Aku sudah mendapat izin asal kau tahu," malas Seulgi dia pun menutup wajahnya dengan buku, lagi.

"Izin ya izin juga, atau kau tidak ingin bertemu prof. Kim Taehyung?" Cheonsa membuka bukunya dan mulai membaca namun dia sangat tidak tahan untuk menyela Kang Seulgi.

"Ck! Kau sungguh punya banyak waktu luang ya?" Seulgi mendecih, tapi dia sama sekali tidak menjauhkan buku dari wajahnya.

Drt...drt....

"Halo?" Ketahuilah kalau Seulgi menjawab dengan nada teramat malas.

"Seulgi, dimana kau?!"

Mati! Itu suara Professor Kim Namjoon, mentornya di rumah sakit.
Seulgi terduduk, sehingga buku terjatuh begitu saja di atas meja, "perpustakaan nasional."

Walaupun dia sedang izin, tapi terkadang mentor ini suka semena-mena padanya.

"Tepat sekali. Sekarang kau datang ke Istana Gyongbokgung, ada seorang aktor yang terluka disana,"  Suara itu begitu terburu-buru bahkan telfon di matikan tanpa memastikan apakah Seulgi akan menjawab iya atau bukan.

JI WON, 1882 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang