지원: 10

2.5K 368 138
                                    


Ji Won, 1882| Ksg di part sebelumnya: Yi Jungkook mendesak Oh Ji Won untuk berbaikan dengan kakak pertamanya. Demi hubungan persaudaraan pangeran di istana.

***
지원: 10
(Jiwon: 10)


Hyojung mondar-mandir kebingungan sejak lima belas menit yang lalu. Terlihat seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa. Pasalnya Selir Ji terus merintih sambil memegangi perutnya, wajah cantik itu pun dibuat pucat pasi karenanya.

"Ahgassi, bagaimana ini? Bagaimana?" Maafkan dia yang terlalu awam tentang pengobatan. Hyojung hanya terus merapalkan apa yang harus dia lakukan.

Oh Ji Won mencoba membuka matanya, ingin sekali berucap kepada Hyojung agar gadis itu diam saja. Sakit di perutnya adalah bentuk dari asam lambungnya yang meningkat sebab dia yang belum makan apapun sejak tiga hari yang lalu. Lebih daripada itu, beban fikiran lah yang membuat dia menderita mag dengan perih yang tak terkira.

"Ahgassi!" Hyojung memantapkan dirinya, "saya akan pergi ke kediaman pangeran. Tunggu saya kembali." Dia membalikkan badan tanpa tahu bahwa Ji Won mencoba menghentikannya dengan tangan yang begitu lemah.

Sementara itu, di depan kamar pangeran dan permaisuri terlihat Hyojung yang sibuk meremat jemarinya. Seumur hidupnya baru kali ini dia merasa gugup, barangkali kedua kali selain dari kematian ahgassi yang dia cintai. Masuk ke kediaman pangeran tanpa izin adalah sebuah pelanggaran apalagi sampai berdiri di depan kamar tanpa perintah.

Untuk detik berikutnya, Hyojung berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia menerima apapun konsekuensinya.

Brak! 

Pintu terbuka dan Hyojung memasang wajah setegar mungkin. Satu tamparan tak masalah, demikian juga pukulan atau bahkan kematian. Hyojung hanya peduli pada perempuan yang terbaring lemah di kediamannya sekarang.

Yi Jimin menyerngitkan keningnya, dia pun melepaskan pelukannya pada permaisuri dan kemudian berdiri sembari merapikan kerah pakaiannya.

"Maafkan hamba pangeran. Hamba sudah mengejar penyusup ini, dan dia sungguh lanc---"

"Kau diam saja. Ini bukan salahmu," Yi Jimin menghentikan permohonan ampun dari pelayan istana miliknya, matanya berfokus pada perempuan yang bersimpuh sampai wajahnya tak terlihat itu. "Kau bangun lah, sebaiknya kau memberikan alasan yang bisa ku terima karena berani menerobos kediamanku sepagi ini."

Permaisuri tidak beranjak, dia tetap menyandarkan punggungnya pada kepala tempat tidur dengan atasan yang tersingkap. Menonton adegan seorang pangeran yang sebentar lagi akan meledak.

"Ma--maafkan hamba pangeran," Hyojung mengangkat kepalanya perlahan. Yi Jimin terkejut karena selain dari pelayan istananya, dia hanya mengenal satu pelayan lainnya yaitu Im Hyojung.

Tapi bukan hanya Yi Jimin saja, Shin menarik satu sudut bibirnya. Dia kemudian berdiri tepat di samping pangeran serta bergelayut manja di lengannya.

"Pelayan selir Ji, sungguh tidak sopan memaksa masuk ke--" Shin berdecak teramat pelan ketika Yi Jimin memutus ucapannya hanya demi pelayan menyedihkan ini. Suatu adegan yang sudah dia prediksi ketika mengetahui bahwa yang bersimpuh disana adalah pelayan selir ke empat.

"Katakan apa urusanmu, Hyojung?" Bukan hanya membela, bahkan Yi menyebut langsung namanya seolah pelayan ini cukup berharga.

Tatapan mata Shin menyalang dan sungguh menekan Hyojung sekuatnya, namun gadis itu sudah bertekad sebagaimana yang dikatakannya di awal. Dia tidak takut.

JI WON, 1882 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang