Dengan mata sembab, Leandra bangun dari tidurnya. Menatap luka di tangannya yang mulai mengering. Sementara tangannya meraba wajahnya yang sudah tak terbentuk lagi. Sesekali ia menekan luka itu. Perih yang di rasakan, membuat dirinya tak sanggup lagi untuk hidup.Entah apa salah yang pernah dia lakukan hingga kakaknya berubah menjadi seperti phsycopat. Dan ayahnya yang kini lebih dingin kepadanya. Dirinya bahkan tidak pernah bertemu dengan ayahnya di rumah. Mungkin ayahnya pergi? Pergi meninggalkannya sendiri.
Rasa lapar menggerogoti perut Leandra, ia melangkah menuju dapur. Mengambil sebongkah roti di lemari makanan dan memakannya dengan lahap.
Leandra kembali menuju ke kamarnya, mengambil paper bag pemberian Aidan kemarin. Ia membuka paper bag yang berisi ponsel itu. Ia mengaktifkan ponsel itu dan melihat beberapa panggilan dan pesan dari Aidan. Ia hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya.
Ponsel berbunyi menandakan ada panggilan masuk, ia melihat dengan jelas nama yang terpampang di ponsel itu. Dengan ragu ia mengangkat telepon itu.
"Kenapa lama sekali Ra?" ucap Aidan.
Dengan suara seraknya Leandra berucap, "ah ya aku baru aja dari kamar mandi,""Ra apa kamu menangis? Tunggu aku 20 menit lagi."
Bip. Telepon sudah dimatikan. Leandra merenung, memikirkan apa yang akan ia katakan pada Aidan nanti.
Deru mesin mobil terdengar dari kamar Leandra, ia yakin itu Aidan. Tak lama, ketukan pintu terdengar. Leandra dengan pasrah membuka pintu itu dan siap menerima bermacam pertanyaan yang diluncurkan untuknya.
"Kenap-, Ra kenapa denganmu? Kenapa wajahmu jadi seperti ini? Siapa yang melakukannya? Katakan padaku."tanya Aidan.
"Eh-em ini, masuk dulu Ai?"ucap Leandra sembari mengalihkan pembicaraan mereka.
Ucapan Leandra membuat Aidan geram, " Ra tolong katakan padaku siapa yang melakukannya."ucap Aidan penuh penekanan.
Leandra membisu. Ia dilanda dilema sekarang. Ia ingin mengatakan yang sejujurnya tapi ia takut Aidan akan marah besar padanya. Tapi di sisi lain, Leandra tidak sanggup menahan semua ini.
"Ehm-in-ini uu-"
Aidan menatap dalam mata Leandra, berharap gadis itu mengatakannya dengan jujur.Melihat tatapan itu, Leandra menghembuskan nafasnya, " ini ulah kakakku Ai."
Sontak Aidan terkejut mendengarnya. 'Bahkan ada seorang kakak yang tega menyiksa adiknya seperti ini' pikir Aidan.
"Dimana kakakmu itu?"tanya Aidan lebih dingin.
"Hai? Aku di sini. Kau mencariku huh?"ucap Leni sembari menghampiri mereka.
Aidan menatap Leni tajam, sementara Leandra hanya menundukkan wajahnya.
"Biasa aja dong liatinnya. Ntar naksir lagi sama aku,"ucap Leni di buat buat dan tangannya menggandeng tangan Aidan dan langsung di tepis kasar Aidan.
"Apa anda sungguh tidak punya hati sampai melukai adik anda sendiri?"tanya Aidan.
"Loh emang kenapa? Diakan adikku. Aku berhak dong."sentak Leni.
"Anda memang tidak punya hati. Saya akan membawa Leandra pergi dari rumah ini. Jangan harap kau bisa bertemu dengannya lagi."ucap Aidan sambil menggandeng tangan mungil Leandra keluar dari rumah itu.
"Pergi aja sana. Dasar Jalang!"teriak Leni sambil menutup pintu dengan keras.
Leandra terisak. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aidan yang menyadarinya, ia membawa Leandra ke pelukkannya.
"Udah jangan nangis. Nanti cantiknya ilang loh," Aidan berusaha menghibur Leandra, berharap Leandra akan tenang. Tapi malah sebaliknya, Leandra menangis dengan kencang sambil berkata, "Aku emang ngga cantik Ai."
Aidan menempelkan jarinya ke bibir Leandra, " stt kamu tetep cantik kok, ya udah sekarang kita ke rumah aku ya."
Yang di jawab anggukan oleh Leandra.☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Sesampainya di rumah Aidan, orang tua dan adiknya terkejut dengan keadaan Leandra. Mereka menatap Aidan dengan beribu tanda tanya. Aidan hanya menatap mereka seolah akan menjelaskannya nanti.
Aidan membawa Leandra ke kamar tamu.
Lalu menyuruhnya untuk mandi dan berganti pakaian.
Aidan pergi ke ruang tamu dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Kejam sekali kakanya itu," celoteh Anindira.
Nandira menatap tajam ke arah putri bungsunya itu, "Dek kamu ngga usah tanya macam macam ya! Awas kamu,"
"Iya mama"
"Jadi apa yang kamu lakukan sekarang? Lapor polisi?" Ayah Aidan menimpali.
"Aku rasa begitu yah, tapi aku harus menunggu sampai Leandra pulih."
"Mama terserah kamu aja, yang penting kakaknya itu dapet balasan yang setimpal," ucap Nandira sambil meremas tangannya sendiri.
"Itu udah pasti ma. Aku ke kamar."ucap Aidan sambil beranjak dari sana.
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆Leandra membisu. Menatap bunga mawar yang tumbuh tidak jauh dari kamar itu. 'Ada banyak duri dalam satu tangkai mawar itu, kenapa dia tidak kesakitan? Angin yang mengguncang mawar itu hingga dia seperti orang mabuk. Apa dia tidak pusing?' pikir Leandra.
Leandra kembali membisu. Ia mengingat sosok yang sangat ia cintai. Jujur saja, ia merindukan wanita itu. Wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya meski hanya sementara. Ia rindu kasih sayang dan bermanja pada ibunya.
Nandira masuk ke dalam kamar Leandra, melihat gadis itu dari ujung pintu. Ia yakin Leandra belum menyadari kehadirannya.
Nandira memutuskan untuk mendekatinya."Nak?" tak kunjung ada jawaban.
Nandira menyentuh pundak Leandra yang membuat gadis itu terkejut."Eh tante, maaf tante. Aku tadi melamun."ucap Leandra sambil tersenyum kikuk.
"Ngga papa, sekarang kamu jangan panggil tante ya? Kamu panggil mama saja. Itu lebih baik karena kita satu rumah sekarang."
"Memangnya boleh tan eh ma?"
Nandira tersenyum, "boleh kok,"Leandra ingin memeluk ibu barunya. Ia sangat merindukan sosok ibu disampingnya.
Seolah bisa membaca pikiran Leandra, wanita itu tersenyum dan berkata, " Peluk saja nak, sekarang kau juga anakku kan?"
Tanpa banyak kata, Ia langsung memeluk wanita itu.
"Aku merindukan ibuku,"ucap Leandra
Ia terisak di pelukan Nandira. Memeluk erat Nandira menumpahkan rasa rindu yang ia pendam.
"Aku tau. Do'akan dia. Aku yakin dia sedih kalo liat kamu nangis kaya gini,"
Nandira melepas pelukan itu dan mengusap air mata Leandra. Kemudian menatap luka di wajah dan tangan Leandra.
"Astaga! Aku lupa, ayo mama obati."ucap Nandira sambil menarik tangan Leandra.
Leandra menatap wajah cantik Nandira yang dengan telaten mengobati lukanya.
Leandra tersenyum dalam hati.
'Setidaknya aku bisa merasakan kasih sayangmu lewat mama baruku, ibu'batin Leandra.================================
PART TERPENDEK
MAAF YA GUYS
LAGI BUNTU SOALNYA😁
JANGAN LUPA VOTE😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Leandra
Teen FictionLeandra Nadine seorang gadis piatu, yang kini tinggal bersama dengan ayah dan kakak perempuannya. Gadis sederhana yang selalu di fitnah dan disiksa kakak perempuannya. Pertemuannya dengan seorang Aidan Andros Ararya, membuat kehidupannya sedikit le...