Bab 11

56 11 13
                                    

Happy reading❤

Sampai saat ini, leandra belum di temukan. Aidan telah mencarinya kemana-mana, bahkan beberapa orang suruhan ayahnya ikut mencarinya. Pikirannya sangat kalut saat ini, ia mencoba untuk berfikir positif.

Waktu malam menjelang tiba, ia khawatir sekarang. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Di mana dia? Apa dia baik-baik saja?

Saat ini Aidan berada di rumah, ia memberitahukan tentang kejadian tadi. Tentu saja membuat Nandira marah.

"Kamu ini gimana si? Kenapa ngga jaga perasaanya? Cepet cari dia! Mama ngga mau ya dia kenapa napa!" Omel Mamanya

"Iya ini aku juga usaha  mencarinya ma," ucap Aidan sambil berlalu dari hadapan ibunya.

"Mama harap kamu menemukannya lebih cepat. Mama nggak mau ya dia sampai kenapa-napa!" Nandira mengulang ucapannya.

Aidan menghiraukan perkataan Nandira, ia menyambar kunci mobilnya, baru saja ingin membuka pintu mobil, ia melihat perempuan yang tengah berjalan ke arah rumahnya. Dia Leandra. Sosok perempuan yang sedang di khawatirkannya.

Aidan sontak menghampiri gadis itu dan memeluknya. Ia terkejut karena pelukannya tidak mendapat balasan, lalu melepaskannya. Menangkup kedua pipi Leandra, di lihatnya mata yang bengkak. Dia menangis. Bahkan gadis itu masih menahan air matanya yang sekali saja dia berkedip akan jatuh.

"Tolong maafkan aku, kamu salah paham tadi," ucap Aidan memecah keheningan.

"Ya, a..aku tahu. Aku masuk dulu," jawabnya.

Aidan membiarkan gadis itu masuk ke rumahnya, perasaannya benar- benar tidak karuan saat ini.

Leandra yang baru masuk ke rumah milik Aidan itu, langsung berlari ke arah kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Ia ingin sendiri sekarang. Ia merasa ini kekanakan tapi ia tidak peduli.

Sebenarnya tadi dirinya pergi ke makam ibunya. Menceritakan apa yang telah dilihatnya tadi pada ibunya. Meskipun ia yakin ini sia-sia, tapi setidaknya hatinya sedikit lega setelah bercerita pada ibunya.
  
~~~~~~~~~~~~~~••~~~~~~~~~~~

"Mana Lea? Belum ketemu?"tanya mama yang belum tahu jika gadis itu sudah ada di kamarnya.

"Dia sudah masuk, Ma. Apa mama tidak melihatnya? Dia di kamar sekarang."

"Oh ya sudah. Kamu jangan ganggu dia. Mama tahu dia butuh waktu."

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Sudah satu minggu ini Leandra mendiamkan Aidan. Aidan pun sudah tak bisa menghadapi situasi ini lagi. Apalagi ia juga tidak bertemu dengan Leandra selama satu minggu ini. Ya karena gadis itu sengaja menghindar darinya.

"Arggh, kenapa jadi seperti ini!"geram Aidan.

Dia kalut, bahkan dirinya tidak bisa berfikir dengan jernih.

Ketukan pintu membuat Aidan menoleh ke arah mamanya yang tengah tersenyum padanya.

"Apa apa ma?"

"Tidak ada. Aidan apa kamu melupakan sesuatu?"

"Tidak. Memangnya apa?"

"Ck kamu ini. Sini mama bisikin,"
Aidan mendekat ke arah mamanya dan mendengar bisikan wanita dengan baik.

Hingga ia tersenyum puas, seolah tidak ada hal yang di fikirkannya.

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Bagi Leandra bersikap acuh pada Aidan sangat membutuhkan banyak tenaga. Sebenarnya dia tak sanggup menjalani semua ini, tapi ya dia kecewa. Dia ingin marah. Tapi dia juga sadar, dia bukan siapa-siapa. Ya walaupun Aidan mengatakan jika dia sayang padanya, tapi Leandra belum mendapat kepastian yang sesungguhnya.

Leandra termenung di balkon kamarnya, sembari menatap cincin pemberian Aidan.

"Apa kamu tidak merindukanku? Kamu memang tidak peka!" titahnya.

Leandra sadar ia terlalu kekanakan, tapi ya dirinya sudah terbakar api cemburu jadi dia tidak bisa mengontrol dirinya.

"Dari pada aku harus mendiamkannya lebih lama lagi, lebih baik nanti aku yang mulai berbicara padanya,"

                            ***

Sore ini, Leandra berniat meminta maaf pada Aidan karena telah mengacuhkannya dan juga karena dirinya terlalu kekanakan.

Ia pergi ke kamar Aidan, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Ia pun melangkahkan kakinya ke arah ruangan kerja milik Aidan yang berada tepat di samping kamar.
Leandra mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. Hingga dirinya memutuskan untuk membuka pintu itu.

Dan ternyata tidak di kunci, Leandra membuka pintu itu dengan hati-hati tentunya.

Ia melihat Aidan yang tampak sibuk dengan berkas-berkas di meja kerjanya. Ia pikir Aidan akan sadar akan kehadirannya, tapi ternyata tidak.

Ia pun mencoba mencairkan suasana, "Ai? Aku minta maaf dengan sikapku aku tid.."

Ucapannya dipotong langsung oleh Aidan, "Tidak apa-apa."

Singkat. Padat. Jelas. Mendengar jawaban Aidan membuatnya semakin yakin bahwa dia marah padanya.

"Kamu marah denganku? Ya, memang wajar kalau kamu marah denganku. Apalagi dengan sikapku yang kekanakan,tolong maafkan aku ya?"

Aidan menatapnya sekilas sambil berujar, "Bisa tolong kamu keluar dulu? Aku sedang sibuk. Konsentrasiku bisa terganggu."ucapnya dengan dingin.

"Uhm, ya sudah. Aku keluar dulu. Dan maafkan aku," ucap Leandra sambil beranjak cepat dari ruangan itu, mengusap kedua pipinya yang basah karena air mata.

Dan itu terlihat di mata Aidan.

Sampai benar-benar pintu itu tertutup rapat, Aidan berujar, "Maafkan aku."





Hallo semuanya👐👐👐

Minal 'Aizin Wal Faizin yaa

Hari kemenangan penuh berkah aamiin.

Nantikan part selanjutnya❤❤

See you😍

See you😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LeandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang