Bab 9

64 14 0
                                    


 
  Sesuai dengan janji Aidan, kini ia tengah menunggu gadisnya memakan es krim. Gadis itu memesan bermacam varian rasa es krim.
Aidan menangkupkan kedua tangan pada pipinya. Mengamati setiap inci wajah gadis itu.

"Mau?" tanya Leandra

"Tidak,"

"Oh ya sudah, ayo pulang."

Aidan pergi ke kasir dan membayar pesanan tadi, "Yuk pulang,"kata Aidan sembari menggandeng tangan Leandra.

Mereka masuk ke dalam mobil dan melakukan perjalanan pulang dalam keadaan hening.

Dalam hati Leandra ingin bertemu dengan ayahnya. Tapi ia ragu mengatakannya pada Aidan.

Aidan menatap Leandra sekilas, "Ada apa?"

Dengan ragu, Leandra mengungkapkan keinginannya,
"Ai? Aku ingin bertemu dengan ayahku."

Aidan menoleh, menatap Leandra "boleh,"

Mendengarnya, membuat Leandra senang. Ia pikir Aidan tidak akan mengizinkannya.

Mereka pun menuju ke rumah Leandra. Sesampainya di sana, rumah itu sangat sepi. Seperti tak berpenghuni. Dengan ragu, Leandra mengetuk pintu rumahnya.

Klek. Pintu terbuka, Leandra menoleh dan mendapati ayahnya yang memandangnya dengan tatapan tak terbaca.

Leandra merindukan ayahnya, ia berdiri di depan ayahnya kemudian memeluknya.

Ia berharap ayahnya membalas pelukannya. Tapi nyatanya? Ayahnya malah mendorong hingga Leandra terjatuh.

Melihatnya membuat Aidan geram, " Maaf. Dia merindukanmu. Apa kau sama sekali tak merindukannya? Bahkan dia kesini dengan niat yang baik."

Aidan membantu Leandra berdiri.
"Rindu? Saya sama sekali tidak merindukannya. Justru saya sangat membencinya. Dia yang sudah membuat anakku masuk ke penjara. Dan itu juga ulahmu! Bahkan saya rela kalau dia mati." cercah Raden

"Kau memang bukan ayah yang baik. Hati anda sangat keras. Semoga anda tidak menyesel."sarkas Aidan

"Menyesal? Tidak akan pernah."ucap Raden sambil menutup pintu dengan keras.

Leandra menatap nanar pintu itu. Sepertinya memang dirinya sudah pernah di harapkan lagi di sini.
Aidan menggandeng tangan Leandra dan pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Aidan melihat mobil yang tak asing baginya. Ia tahu siapa yang datang. Dengan geram, Aidan masuk ke rumah tanpa mengetuk pintu.

"Apa yang kau lakukan di sini?"ucap Aidan sambil menatapnya.

"Loh kenapa? Masalah? Lagian tante Dira juga nggak masalah aku datang, iya nggak tan?"

Nandira menatap Aidan dan berkata, "Kamu ini gimana si! Dia temen kamu."

Leandra membisu. Ia tidak ingin mengatakan apapun sekarang. Ia menatap perempuan itu.

"Tante, gara gara perempuan itu tadi aku di usir dari kantor Aidan."ucap Putri tiba tiba. Ya dia Putri si perempuan ular.

"Kamu ini gimana si! Masa ada tamu malah di usir. Mama nggak pernah ngajarin kamu buat nggak sopan sama orang Aidan," geram mama.

Aidan menatap mamanya dengan pandangan tak terbaca. Mamanya tahu siapa Putri dulu. Kenapa sekarang justru membelanya?

"Sebaiknya Lo keluar sekarang."ucap Aidan menatap tajam ke arah Putri.

"Ya udah tante, aku pulang aja. Lagian disini tidak dihargai."pamit Putri.

Perempuan itu keluar dengan emosi yang sudah di ubun-ubun. Bisa-bisanya pesona seorang Putri ditolak mentah mentah seperti itu.

'Aku janji akan membuat perempuan itu sengsara. Liat aja nanti' batin Putri.

                   ☆☆☆☆☆☆☆

Leandra menatap Nandira dan Aidan bergantian. Ia merasa ini perdebatan anak dan ibu. Ia juga tidak berhak untuk ikut campur, "Ai, ma, aku ke kamar dulu ya,"pamitnya.

Melihat Leandra telah memasuki kamar, Nandira kembali menatap Aidan, "Mama tahu Putri. Tapi setidaknya kamu menghormati tamu yang datang ke sini."

Nandira pergi berlalu.
Aidan pun kembali ke kamarnya. Ia mengambil ponsel di sakunya dan menelpon seseorang.

"Awasi dia,"

"Baik," jawab orang itu.

Ia merasa gadisnya akan mendapat masalah. Ntah itu apa. Mungkin ini hanya firasat. Tapi terasa sangat nyata.

                           ☆☆☆☆☆

   Leandra masih memikirkan perdebatan antara ibu dan anak itu. Ia merasa mama Aidan tahu segalanya tentang Putri. Ia ingin bertanya. Tapi ia sungkan.
Ia mengubur rasa penasaran itu dalam-dalam.

Klek. Pintu kamar terbuka, membuat Leandra menatap siapa pelakunya. Ternyata Anindira.

"Kak ayo bantuin aku ngerjain tugas,"ucapnya dengan tatapan memohon.

"Ayo, mau ngerjain di mana?"

"Di taman belakang aja gimana kak?"
"Ya udah. Yuk,"

Dari balkon kamar, Aidan melihat keakraban antara gadis dan adiknya itu. Ia berharap, mereka akan terus seperti itu.








10 Mei 2020
***

LeandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang