Anindira melihat dari kejauhan Leandra yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya dengan berurai air mata. Membuatnya bertanya-tanya dalam hati.'Apa yang sudah dilakukan kakakku itu?'
Karena rasa penasarannya, Anindira menghampiri Leandra dan bertanya, "Kaka kenapa? Kak Aidan udah ngapain kaka? Kenapa nangis?"
Leandra menatapnya, kemudian berkata," Aku tidak apa-apa. Aku hanya kelilipan debu tadi. Hehehehe."
Anindira sebenarnya tahu, kalau Leandra berbohong. Tapi ia tidak ingin membuat masalah. Jadi ia percaya saja.
Dan membiarkan Leandra berlalu ke kamarnya. Melihat pintu kamar Leandra yang benar-benar telah tertutup rapat, membuatnya langsung melangkahkan kakinya menuju ke ruangan kakaknya itu.
Ia mendobrak pintu ruangan itu, hingga sang empu yang ada di dalam terkejut.
Aidan menatap horor adiknya itu. Tapi itu sama sekali tak membuatnya takut, justru membuatnya ingin mencakar wajah yang seolah-olah tak punya dosa itu.
"Kak Lea kenapa? Tadi aku liat dia nangis gara-gara keluar dari sini! Pasti ulah kakakkan? Ngaku!" Omel Anindira
"Kamu hanya bocil yang baru lahir kemarin, jadi tidak usah ikut campur," ucapnya dengan nada santai.
"Apa bocil?! Nggak ikut campur gimana kak? Kakak tuh udah bikin Kak Lea nangis tahu ngga?! Udah lah emang ribet ngomong sama kakak," ucap Nandira kemudian keluar dari ruangan itu.
~••~
Malam telah tiba, Leandra kini sibuk mempersiapkan makan malam bersama Nandira tentunya. Leandra telah memasak makanan kesukaan Aidan tentunya, semoga saja dia menyukainya.
Leandra menatap Aidan yang baru saja datang ke ruang makan. Leandra menatap dalam kedua bola mata Aidan saat pandangan mereka bertemu. Aidan memutuskan pandangan itu dengan cepat, membuat dirinya terkejut.
Ia lihat Aidan menatap mamanya, berkata , "Wah, mama masak makanan kesukaanku? Pas banget nih aku lagi kepengin makan sup."
"Ini Lea yang masak. Semuanya Lea yang masak, mama cuma bantuin dikit tadi."
Mendengar ucapan Nandira, Leandra tersenyum berharap Aidan akan memakannya.
"Kenapa bukan mama saja? Aku kangen masakan mama." ucap Aidan sedikit di tekankan.
Mendengar jawaban Aidan, membuat hatinya teriris. Hingga bunyi ponsel membuat mata Leandra menatap benda pipih yang ada di tangan Aidan. Ada telepon masuk. Aidan dengan sigap mengangkat telepon itu.
Leandra mendengar samar-samar itu suara sekretaris Aidan. Ia yakin ini masalah pekerjaan.
Aidan bersuara memecah keheningan, " Mama aku pergi ke kantor. Ada yang perlu di urus."
"Kenapa tidak makan dulu?" ucap Leandra
"Lama." jawabnya singkat.
"Ya sudah kalau gitu, kamu hati-hati. Jangan ngebut ya. Ini udah malem." ucap Nandira yang di balas anggukan Aidan.
Leandra menatap kepergian pria itu. Menatapnya nanar. Tak sadar air matanya telah menetes membasahi ke dua pipinya.
Nandira menatap Leandra, " Sudahlah. Mungkin dia memang sedang sibuk. Ayo kita makan dulu."
"Kenapa dia jadi gini ma? Aku salah ya?" titah Leandra tak mampu menahan tangisannya.
"Nggak sayang. Katanya di kantor emang lagi ada masalah, jadi pikirannya bercabang kemana-mana sekarang." ujar Nandira sambil mengelus bahu Leandra menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leandra
Teen FictionLeandra Nadine seorang gadis piatu, yang kini tinggal bersama dengan ayah dan kakak perempuannya. Gadis sederhana yang selalu di fitnah dan disiksa kakak perempuannya. Pertemuannya dengan seorang Aidan Andros Ararya, membuat kehidupannya sedikit le...