2.1

30 6 0
                                    

Setelah melihat kejadian tadi didepan pintu, kini Andara terlihat lesu, mengapa harus sahabatnya sendiri? Kenapa tidak orang lain. Jika seperti ini kan bisa saja terjadi perpecahan antar persahabatan.

Koridor sekolah sudah sepi, sahabatnya sudah pulang sedari tadi sedangkan ia baru saja beres keluar dari perpustakaan karena katanya ada novel novel baru jadi ia mencari dan meminjamnya.

Dan sudah dipastikan jika jam jam sekarang angkutan umum tak ada, Andara pun berjalan sendirian dan tak tahu harus kemana dan tak peduli jika kakinya sakit akibat main futsal.

Kini ia sudah berada di taman yang lumayan jauh dari sekolahnya, Andara tak kenal lelah meskipun sedari tadi kakinya mengayun untuk berjalan. Andara berkeliling di daerah taman sampai ia menemukan objek yang sangat indah, itu danau. Ia baru tahu jika di taman ini ada tempat danau yang sangat indah, disana sepi tak ada orang yang berlalu lalang kecuali dirinya.

Sambil menenteng keresek berisi coklat dan susu vanila, ia pun duduk di kursi yang sudah berkarat. Andara makan dengan tenang sambil membaca novel yang ia pinjam di perpustakaan tadi hingga tak terasa jika awan mulai gelap dan matahari mulai terbenam.

Andara bangkit dari duduknya dan menepuk nepuk rok bagian belakang karena sedikit kotor, ia merogoh saku untuk mengambil handphonenya.

Angkutan umum sudah pasti tidak ada, ia tak tahu harus bagaimana caranya untuk pulang, jika handphonenya nyala sudah pasti ia akan meminta jemput kepada papahnya atau kakaknya.

Daerah ini sudah sepi dan daerah ini pun jauh dari daerah komplek perumahannya. Andara pun berjalan sampai menemukan jalan raya, ia duduk di halte kali aja ada angkutan umum atau bus mini yang lewat.

Sudah setengah jam ia menunggu angkutan lewat sialnya tak ada satu pun yang melintas, bagaimana ia pulang? Langit sudah mulai gelap ia takut jika terjadi apa apa. Hingga ada sebuah motor yang berhenti di depan Andara, ia mengerutkan keningnya, seperti kenal.

Orang itupun membuka helm full facenya, baru Andara tahu jika itu Alvaro. Ia tersenyum senang, akhirnya.

"Ngapain Ra?" Tanya Alvaro.

"Nunggu angkutan" jawabnya.

"Astaga jam segini mana ada" kata Alvaro, Andara pun menggaruk lengannya meskipun tidak gatal sama sekali, ia hanya bingung harus menjawab apa.

"Yaudah ayo naik, gue anter" ajak Alvaro.

"Boleh?" Tanya Andara memastikan.

"Iya, ayo gabaik perempuan pulang malem" Andara tersenyum dan langsung naik ke motor Alvaro.

Selama perjalanan sama sama hening hanya ada suara kendaraan kota Bandung yang sedikit ramai, pikiran Andara melayang ke kejadian Alvaro dan Amanda, ada hubungan apa antara keduanya? Dan mengapa Amanda tak pernah cerita kepadanya dan sahabatnya.

Motor Alvaro sudah terparkir didepan gerbang rumah Andara, tetapi Andara tak menyadarinya ia sedari tadi melamun memikirkan kejadian tadi.

"Ra.." panggil Alvaro membuat Andara tersadar dari lamunannya.

"Eh.. udah sampai ya?" Tanya Andara sedikit kaget.

"Iya"

"Al makasih ya maaf udah ngerepotin"

"Iya sama sama"

"Lo mau mampir dulu?" Tawar Andara.

Alvaro menggeleng pelan, "udah malem lo istirahat aja"

"Oh yaudah makasih ya"

"Iya" Andara pun membalikkan badannya untuk berjalan ke arah gerbang rumahnya, namun terhenti karena tangannya yang di cekal oleh Alvaro.

Waiting For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang