Dua Puluh Lima

97 20 7
                                    

Selamat membaca ^^
Mohon maaf bila ada typo 🙏






Selamat membaca ^^Mohon maaf bila ada typo 🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Hari demi hari Arvin dan Ataya jalani. Setiap satu minggu sekali, Arvin akan memberanikan diri untuk keluar bersama Ataya. Tapi, setelahnya, kondisi Arvin langsung drop dan setelah itu, dokter memutuskan untuk Arvin diam di rumah selama beberapa bulan untuk mengisolasi dirinya, supaya tidak menyebar pada orang lain, dan kondisi Arvin membaik.

Setelah tahu kalau dirinya harus mengisolasi, itu membuat Arvin sedikit prustasi. Masalahnya, ada beberapa kegiatan yang Arvin harus lakukan di kampusnya. Ya, walau ia hanya satu minggu sekali pergi ke kampus.

Di rumah pun, ia hanya bisa berdiam diri di kamar, dan sesekali pergi ke kamar mandi. Makan saja ia di dalam kamar, Via yang mengantarkan makanan setiap jam makan Arvin.

Saat ini, Arvin hanya mengguling-gulingkan badannya di atas kasur, yang entah sudah ke berapa ratus kali ia menggulingkan badannya itu dalam satu minggu ini.

Saking bosan, Arvin jadi sering menonton drama Korea. Biasanya, jika ia ada di rumah, ia akan membaca buku. Karena ia di rumah sudah beberapa bulan, jadi buku di rumahnya sudah di baca semua, dan Arvin paling tidak suka membaca ulang buku. Karena akhirnya akan sama seperti itu.

Banyak drama yang ia tonton. Selain menanyakan pada Ataya, ia juga menanyakan tentang drama Korea pada Sella, yang memang sangat suka dengan yang berbau Korea.

“Kak,” panggil Dinda.

“Kenapa, Din?” tanya Arvin.

“Boleh, masuk?” tanya Adinda balik.

Kedua tangan Arvin mengisyaratkan, kalau Adinda harus memakai masker dan sarung tangan terlebih dahulu. Bagaimana pun, Arvin tidak ingin adiknya itu tertular.

Sesudah memakai kedua itu, Adinda langsung masuk dan duduk di sisi ranjang Arvin.

“Tumben,” celetuk Adinda.

“Tadi Kak Aya telepon aku, katanya, Kak Arrayan, Kak Elang sama Kak Sella mau kesini,” ujar Dinda.

“Kok, gak telepon Kakak, sih?” protes Arvin.

“Ya mana Dinda tahu, Dinda, kan, bidadari,” ucap Dinda sambil mengangkat kedua bahunya.

Arvin langsung membawa handphone dan mengetik nama Ataya di layar handphone nya.

“Ay, kok, gak bilang aku sih?” tanya Arvin saat sambungan teleponnya di angkat.

Arvin, tadi aku udah telepon kamu, loh. Kamu aja yang terlalu sibuk dengan kegiatan rebahan kamu, hih.”

Arvin terkekeh mendengar Ataya yang berceloteh, dan mendengus kesal dari seberang sana. Dapat di pastikan, kalau Ataya saat ini, sedang mengerutkan bibirnya, dengan mata yang melotot tajam. Membayangkannya saja, membuat Arvin gemas.

Võiltus [HWANGSHIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang