Dua Puluh Sembilan

89 23 1
                                    

Selamat membaca ^^
Mohon maaf bila ada typo🙏




Selamat membaca ^^Mohon maaf bila ada typo🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Bosan. Satu kata yang Ataya rasakan beberapa hari belakangan ini. Kesehariannya sungguh monoton. Bangun tidur, mandi, sarapan, pergi ke kampus, pulang, menonton televisi, tidur lagi terus saja terulang seperti itu setiap hari.

Sampai-sampai, tubuh Ataya merasa sakit, karena terus menerus rebahan dan rebahan setiap harinya. Apakah ia akan selamanya tetap seperti ini? Tentu saja tidak. Ataya akan mengubah kebiasaannya ini. Tapi, untuk saat ini, Ataya belum bisa. Kehilangan Arvin adalah terberat menurut Ataya.

"Ya, Sella udah di luar, tuh!" ujar Egi.

"Hah, mau ngapain? Aya gak nyuruh Sella kesini, kok," ujar Ataya.

"Kamu samperin aja, siapa tahu, Sella mau ngabarin sesuatu, Ya," titah Egi.

Kedua langkah kaki Ataya melangkah keluar. Dengan langkah gontai, ia menghampiri Sella yang duduk di kursi teras dengan Arrayan di sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Ataya.

"Keluar, yuk! Gak bosen lo ngurung diri di rumah mulu?" tanya Arrayan.

"Males, ah. Lo berdua aja sana, gue mau rebahan lagi," kata Ataya berjalan masuk ke dalam rumah.

Arrayan dan Sella menyerah. Sudah belasan kali mereka mengajak Ataya untuk keluar rumah. Bahkan, Ataya sangat jarang ke toko buku. Biasanya, sehari sekali ia wajib untuk mengunjungi toko buku.

Ataya masuk ke dalam kamarnya. Ia mendudukkan bokongnya di kursi belajar dan membawa buku catatan berwarna merah muda. Ataya membuka lembar demi lembar buku itu. Tangannya terhenti saat melihat list yang Ataya buat berdua dengan Arvin, satu tahun sebelum Arvin meninggal.

Masih hangat di pikirannya, saat itu Ataya dan Arvin sedang berdua di kafe dan Arvin dengan iseng membawa catatan milik Ataya dan mengoreskan tinta hitam di lembaran buku itu. Yang seperti ini isinya.

List yang akan Ataya dan Arvin lakukan di masa depan :

1. Jalan-jalan berdua ke Yogyakarta karena itu impian Ataya.
2. Lulus kuliah dan wisuda bareng.
3. Bangun toko buku bersama.
4. Hidup bersama, selamanya.

Senyum Ataya memudar saat melihat list yang terakhir. Hidup bersama katanya? Ataya mendecih kecil, kemudian melihat pas foto yang ia simpan di meja belajarnya. Foto selfi milik Ataya dan Arvin yang sengaja Ataya simpan di meja belajarnya.

Agar Ataya lebih semangat untuk belajar. Kala Ataya sedih, ia pasti akan melihat foto itu dan di balik foto itu ada Arvin yang sangat malas untuk di foto dan harus di paksa terlebih dahulu. Jadilah jika melihat foto itu, Ataya akan kembali tertawa dan semangat.

Tapi berbeda kali ini. Ia tidak pernah tersenyum lagi melihat foto itu. Ia hanya menangis dan dadanya serasa sesak bila melihatnya. Senyuman yang selalu melekat di ingatan Ataya, dan tak akan pernah Ataya lupakan sampai kapan pun.

Panggilan sayangnya yang selalu Arvin berikan pada Ataya, membuat Ataya rindu akan panggilan itu. Walau pun banyak yang bilang cringe atau geli, tapi Ataua suka dengan panggilan Atayangku itu.


•••••


Mata Ataya melihat sekeliling kelasnya. Masih sepi. Apakah Ataya berangkat terlalu pagi? Kayanya tidak, tapi belum ada siapa pun di dalam kelasnya. Bahkan, Sella yang sering terlebih dahulu datang pun belum terlihat batang hidungnya sama sekali.

Beberapa menit kemudian, teman-temannya datang satu persatu. Setelah selesai kuliah, Ataya niatnya mau langsung pulang. Tapi, Sella memaksa Ataya untuk menemaninya membeli perlengkapan bayi untuk keponakannya.

"Ayo, Ya!" bujuk Sella.

"Kenapa gak minta anter Arrayan, sih?" tanya Ataya.

"Ayang masih ada kelas. Lo tahu, kan, kelas dia padat mulu," celetuk Sella.

Ia jadi mengingat di mana dulu Ataya sering meminta Sella mengantarnya ke toko buku, karena Arvin belum selesai kelas. Ataya akhirnya mengantar Sella, karena Ataya ingat, dahulu Sella sering mengantarnya jika Arvin tidak bisa.

"Ya, rencana udah kuliah mau apa?" tanya Sella.

"Gak tahu, gak apa rencana. Blur masa depan gue," jawab Ataya.

Sella langsung memukul lengan Ataya pelan. "Najis banget seorang Ataya Naura Ningrum bilang gitu," ujar Sella.

"Gak tahu La, gue bingung sama hidup gue. Kayanya kalau gini aja, gak bakal maju," celetuk Ataya.

"Lo mau maju ke mana, heh?" ledek Sella. "Ya, mending lo coba biasain hidup tanpa Arvin deh. Biar hidup lo gak monoton kaya gini. Coba lo cari aktivitas lain, yang bisa lo lakuin," tutur Sella.

Ataya menghela nafas panjang. Itu yang ia pikirkan. Tapi, kegiatan apa yang harus Ataya lakukan? Ataya bahkan tidak memiliki hobi apa pun selain membaca.

"Gue tahu, coba lo buka toko buku, siapa tahu, lo bisa ngelakuin aktivitas lo di sana, Ya." Ya begitulah sahabat. Selalu memberi saran pada kota. Bukan hanya datang saat butuhnya saja.

"Itu cita-cita Arvin La. Bangun toko buku berdua sama gue," ucap Ataya.

"Nah, lo harus kabulin Ya. Biar Arvin juga seneng. Kalian berdua sama-sama seneng deh. Udah, gak usah sedih, gue masih ada di sini," kata Sella. "Ya, mending lo suka kpop, deh. Bisa menghilangkan patah hati lo, serius," lanjutnya dengan kedua alis yang ia naikkan.

Ataya menggeleng kuat. Ia tidak ingin menjadi seperti Sella yang lupa waktu karena kpop.

Sekarang tekat Ataya kuat. Ataya ingin membiasakan dirinya tanpa Arvin, dan tentunya Ataya harus kuat. Dan ia akan membangun toko buku karena itu keinginan terakhir Arvin, setelah lulus kuliah nanti.

 Dan ia akan membangun toko buku karena itu keinginan terakhir Arvin, setelah lulus kuliah nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Võiltus [HWANGSHIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang