Tujuh

144 34 16
                                    

Selamat membaca ^^










Selamat membaca ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Arvin mengajak Ataya ke suatu tempat, yaitu puncak di salah satu daerah. Itu adalah tempat pertama kali mereka berkencan, selain di toko buku dan perpustakaan.

Baik Ataya maupun Arvin, mereka masih mengingat tempat ini. Tempat yang selalu menjadi sejarah di antara mereka berdua. Di mana waktu mereka kesini pertama kali, mereka hanya anak sekolah menengah pertama, yang hanya bisa datang ke sana dengan naik angkutan umum, dan berjalan kaki, dari bawah hingga atas puncak.

Di saat itulah, keduanya mengingat momen indah itu. Momen yang akan selalu di ingat sampai kapan pun. "Ay, inget gak? Kita dulu di sini nyanyi-nyanyi buat ngilangin cape?" tanya Arvin menunjuk jalan dengan pohon teh di sampingnya.

"Inget banget Vin. Waktu itu, aku cape, kamu malah ngajak nyanyi," celetuk Ataya di selangi tawa.

"Ternyata, tujuh tahun, jalan ini gak berubah ya," ujar Arvin.

Ataya menatap Arvin yang sedang fokus menyetir. "Emangnya, mau berubah jadi apa? Power rangers?" tanya Ataya cekikikan.

Arvin melirik Ataya sekilas. "Jadi Batman," timpal Arvin.

Ataya tertawa terbahak-bahak. "Iya, tapi ada yang berubah. Dulu, jalanan masih jelek banget. Sekarang, udah mulus, banget." Mata Ataya tak lepas dari pemandangan di luar sana.

Arvin memarkirkan mobilnya di lapangan luas dan sepi. Sedangkan Ataya keluar mobil, langsung berlari dan duduk di kursi dengan pemandangan yang sangat menyegarkan mata.

Ataya berlari ke tengah-tengah puncak. Sudah lama ia tidak melihat pemandangan indah seperti itu. Ataya melambaikan tangannya, agar Arvin mendekat ke arahnya.

Arvin menghampiri Ataya sambil membawa tikar gulung, yang sudah ia dan Ataya siapkan dari kemarin. Tempat ini adalah salah satu puncak, dengan pemandangan indah dan bisa melihat semua kota yang ada di bawah.

Bukan tempat wisata. Itu hanya puncak kecil, yang hanya beberapa orang tahu. Soalnya, puncak itu ada di daerah yang cukup terpencil. Arvin menggelarkan tikar untuk ia dan Ataya duduk.

"Pertama kali kita ke sini, kita masih malu-malu kucing ya Vin, duduk aja masih jaga jarak," kekeh Ataya.

Arvin tersenyum mengingat kenangan manisnya itu. "Kamu juga masih jaim. Padahal pacaran udah satu tahun. Tapi, masih malu-malu," ledek Arvin.

"Ih nih ya, kita tuh waktu itu masih kecil Arvin, jadi ya pacaran tuh, ya biasa aja chatingan gitu," ucap Ataya.

Arvin mengelus puncak kepala Ataya. Jika Arvin boleh egois, ia tidak ingin melepaskan Ataya. Ia tidak ingin jauh dari Ataya. Karena menurut Arvin, Ataya sudah menjadi bagian hidupnya.

"Vin, makanannya mana?" tanya Ataya celingukan mencari makanan.

Arvin menepuk jidatnya pelan. "Masih di mobil, lupa." Arvin dengan gesit langsung berlari ke arah mobil dan membawa makanan yang sudah Ataya siapkan.

"Vin," panggil Ataya sambil membuka cangkang ciki.

"Kenapa Ay?"

"Kamu nyangka gak sih, bakal pacaran lama sama aku?" tanya Ataya.

Arvin menangkup kedua pipi Ataya sambil menatapnya dalam. Ataya yang di buat kaget dengan perlakuan Arvin, hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah.

Sudah delapan tahun pacaran pun, Ataya masih sering di buat kaget oleh perlakuan manis Arvin padanya.

"Enggak. Aku tuh gak nyangka bakal pacaran lama sama kamu. Yang minjem uang aku di pertemuan pertama kita," ucap Arvin sambil melepaskan tangannya dari pipi Ataya.

Ataya memukul lengan Arvin. "Inget aja sih," protes Ataya.

"Aku gak bakal ngelupain semua momen yang bersangkutan sama, kamu." Senyum Ataya mengembang begitu mendengar Arvin berbicara seperti itu.

"Eh Vin, punya mantan rasanya gimana, ya?" Ataya menopang dagu.

Arvin menajamkan matanya sambil menatap Ataya. "Kamu mau putus sama aku?" tanya Arvin.

Ataya lagi-lagi memukul lengan Arvin. "Kalau ngomong, asal aja ya," sarkah Ataya. "Ya enggak lah," lanjut Ataya.

"Terus kenapa kamu nanyain mantan?" tanya Arvin.

"Ya tanya aja Vin, ya ampun. Nih ya, aku selalu dengerin curhatan temen aku tentang mantan. Mereka selalu jelekin mantan. Emang, mantan tuh kaya kotoran ya? Sampe mereka jijik banget gitu," cerocos Ataya.

"Ya mungkin, mantannya udah bikin dia sakit hati. Jadi mereka jijik sama mantannya," ucap Arvin.

Ataya menyandarkan kepalanya pada bahu Arvin. "Aku sama kamu gak boleh jadi mantan ya. Kalau kamu jadi mantan aku, aku bakal jijik lebih dari aku jijik sama kecoak terbang," cicit Ataya.

Arvin menyimpan tangannya di bahu Ataya. "Insyaallah, aku bakal selamanya sama kamu. Gimana?" tanya Arvin.

Ataya mengangguk semangat. "Setuju," seru Ataya semangat.

"Oh ya, Arrayan kemarin ngadu sama aku," ujar Arvin.

"Ngadu apa?"

"Katanya, dia sebel sama Sella," jawab Arvin.

"Sebel kenapa lagi sih?"

"Si Sella nge block instagramnya Arrayan," ucap Arvin.

Ataya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Arvin barusan. Sella itu, kalau ia sudah kesal dengan seseorang, pasti ia tidak mengambil pusing. Sella langsung memblock semua akun orang itu.

"Jangan aneh, dia emang kaya gitu. Waktu aku gak mau dengerin dia curhat Oppanya, dia langsung block aku," curah Ataya.

Arvin menggelengkan kepalnya. "Temen kamu tuh ada-ada aja deh Ay," kata Arvin.

"Tapi, dia tuh emang polos banget orangnya Vin. Kalau temen-temen bahas mantan, aku sama dia cuma diem aja sambil lirik-lirikan," cicit Ataya di selangi tawa.

"Bahas mantan lagi," seru Arvin dengan nada sedikit kesal.

Ataya tertawa sambil memeluk Arvin. "Aku cuma curhat aja Vin, ih." Kemudia tawa mereka pun sama-sama pecah.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Võiltus [HWANGSHIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang