Tiga Puluh Satu

148 22 7
                                    

Selamat membaca ^^
Mohon maaf bila ada typo🙏




Selamat membaca ^^Mohon maaf bila ada typo🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Toko buku Võiltus sudah berdiri selama dua bulan. Dan selama dua bulan itu, toko buku sangat ramai pengunjung. Entah hanya sekedar baca, mengerjakan tugas, atau membeli. Itu membuat Ataya bahagia. Karena ia tidak akan merasakan kesepian lagi.

Bahkan ada beberapa pengunjung tetap dan sudah menjadi teman Ataya. Karena perbedaan umur pengunjung dan Ataya lumayan jauh, jadi Ataya menganggapnya adik.

“Kak Aya suka baca dari kapan?” tanya gadis 16 tahun yang sudah Ataya anggap adik.

“Mmm ... dari SD juga Kakak udah suka baca, dan gara-gara hobi Kakak, Kakak jadi ketemu seseorang yang Kakak sayang,” ucap Ataya.

“Pasti Kak Arvin,” celetuk Meisya, pelanggan Ataya.

Ataya mengangguk. Karena Meisya selalu datang setiap hari dan selalu mengajak Ataya berbincang, akhirnya Ataya menceritakan tentang Arvin pada Meisya.

“Kak, Mei pulang dulu, ya,” ucap Meisya pamit.

Hari sudah mulai gelap. Biasanya Ataya akan menutup tokonya jam delapan malam. Tapi, suasana hatinya sedang baik sekarang, dan ia melihat pengunjung pun lumayan banyak. Jadi Ataya mengundur waktu pulangnya.

Saat Ataya sedang membereskan rak di barisan buku novel, ia menangkap seorang lelaki dengan tubuh tinggi terlihat sedang mencari sesuatu. Ataya menghampiri pria itu, dan bertanya apa yang bisa ia bantu.

Tapi, saat pria itu menengok ke arah Ataya, Ataya membeku. Matanya melotot tak percaya. Bagaimana mungkin.

“Mbak, kenapa?” tanya pria itu.

Ataya langsung menggelengkan kepalanya cepat. “Cari apa, Kak?” tanya Ataya.

“Ini, saya lagi cari buku tentang tanaman Mbak, ada?” tanya pria itu.

“Ada, sebelah sini,” ujar Ataya mengajak pria itu ke rak sebelah.

Ataya memperhatikan wajah itu setiap inci. Matanya, hidungnya, bentuk wajah pun sangat mirip dengan Arvin. Hanya saja, pria ini memiliki lesung pipi, sedangkan Arvin tidak.

“Terima kasih, Mbak,” ujar pria itu menunjukkan lesung pipinya.

Ataya kembali ke tempat kasir dengan perasaan yang berbeda. Hatinya berdegup kencang, dan rasanya tubuh Ataya lemas. Bagaimana mungkin ia bertemu dengan seseorang yang sangat-sangat mirip dengan Arvin?

Sudah pukul 10 malam, dan toko buku sudah tidak ada pengunjung. Ataya langsung beres-beres dan akan segera pulang. Saat sudah menggembok pintu toko, ia langsung menepuk keningnya cukup keras.

Ataya lupa, kalau mobilnya di pinjam oleh Mark tadi, dan ia kesini pun naik taksi. Sepertinya sifat pelupa Arrayan menurun pada Ataya. Ataya celingukan mencari kendaraan. Jam 10 sudah jarang taksi dan angkutan umum. Apalagi ini di daerah yang jauh dari kota.

Võiltus [HWANGSHIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang